Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kunci Pembuka Tabir Rahasia

Kunci Pembuka Tabir Rahasia

Allah berfirman : "Sebagai rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri." (Q.S.18/82). Artinya, bahwa ketiga perbuatan yang telah di lakukan Nabi Khidhir As tersebut adalah merupakan “rahmat dari Tuhanmu” untuk ketiga golongan yang di sebutkan dalam ayat itu.

Pertama orang-orang miskin pemilik perahu, kedua orang tua anak kecil dan ketiga dua orang anak yatim yang kedua orang tuanya orang yang sholeh. Dalam kaitan urusan ini Nabi Khidir As berkata; (yang demikian itu) tidak aku perbuat dengan dasar kehendak nafsuku.


Ayat ini merupakan jawaban dari segala misteri dan keajaiban yang di tampilkan ayat-ayat sebelumnya, mengapa Nabi Khidhir As dapat mengetahui apa-apa yang tidak di ketahui Nabi Musa As sehingga mampu berbuat di luar batas nalar manusia, ketika Nabi Khidhir As berkata : "Dan tidaklah semua itu aku lakukan menuruti kemauanku sendiri", berarti ada kemauan lain yang mendorong kemaunnya itu : "Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila di kehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Insan/30).

Itulah kehendak basyariyah atau manusiawi yang telah mampu di leburkan di dalam kehendak Ilahiyah atau ketuhanan sehingga rahmat hadits yang terbit dari hati manusia menjadi rahmat qodim yang azaliah. Itu merupakan tingkat penyatuan dua kehendak secara sempurna, ketika hati seorang hamba telah fana di hadapan Tuhannya maka kehendaknya juga menjadi fana di dalam kehendak tuhannya, dengan itu maka dua kehendak yang semestinya berbeda itu menyatu dan memancarkan dua rahmat secara bersamaan.

Dua rahmat yang semestinya berbeda, yang satu rahmat hadits yang satunya rahmat qodim, namun oleh karena di sampaikan oleh sumber yang sama, maka yang berbeda itu menjadi sama : "Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu." (Q.S. Al-A‘raaf/156). Seperti air yang mengalir di anak sungai, ketika air itu telah mencapai muara dan bersatu dengan air samudera, maka air sungai itu menjadi air samudera.

Itulah rahmat ilahiyat itu, ketika di pancarkan dari hati seorang hamba yang telah di penuhi rahmat, maka sinarnya akan mampu menembus segala dinding pembatas. Seperti itulah hati para kekasih Allah Ta‘ala dari para Nabi, Ash-Shiddiq, Asy-Syuhada, Ash-Sholihin, sehingga keberadaan mereka di mana-mana selalu menjadi rahmatan lil 'alamin.

Rasulullah Saw menyatakan di dalam sebuah haditsnya yang di riwayatkan dari Usamah bin Zaid Ra, ia berkata : "Kami sedang berada di sisi Rasulullah Saw, ketika salah seorang puteri baginda menyuruh seseorang untuk memanggil baginda dan memberitahu bahwa anak lelaki puteri (cucu) baginda berada dalam keadaan nazak. Lalu Rasulullah Saw bersabda kepada orang suruhan tersebut : "Kembalilah kepadanya dan katakan bahwa yang di ambil oleh Allah adalah milikNya dan apa yang diberi oleh Allah juga milik-Nya. Segala sesuatu di sisi-Nya akan berakhir, mintalah supaya dia bersabar dan berserah kepada Allah. Orang suruhan itu kemudian kembali lagi menghadap Rasulullah Saw dan berkata : "Dia berjanji akan melaksanakan pesan tersebut. Kemudian Nabi Saw berdiri di ikuti oleh Saad bin Ubadah dan Muaz bin Jabal Ra, Akupun (Usamah bin Zaid) turut berangkat bersama-sama di dalam rombongan itu.

Lalu, anak (dari puteri baginda) yang nafasnya masih bergerak-gerak (tersendat-sendat), seolah-olah berada di dalam satu qirbah (kubangan air) keruh, di angkat dan di serahkan kepada Rasulullah Saw Kedua mata Rasulullah Saw mulai berlinang. Saad bertanya : "Apa artinya ini wahai Rasulullah?, Rasulullah Saw menjawab :

ػََّهَمرَحْؿَةٌمجَعَؾَفَاماظؾّهُمصَيمضُؾُوبَمسَؾَادَهَموَإِغِؿَامؼَّْحَمُماظؾّهُمعَنْمسَؾَادَهَم
اظّّحَؿَاءَم (رواهماظؾكارى.معلؾم.ماظـلائ.مأبومداود.مإبنمعاجة.مأحمّم
إبنمحـؾل.) م

"lni adalah rahmat yang di letakkan oleh Allah di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah mengasihi hamba-hamba-Nya yang mempunyai rasa belas kasihan." (H.R. Bukhari, Muslim, An-Nasa‘i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad Ibnu Hambal).

Walhasil, oleh karena yang penting dari setiap kejadian adalah hasil akhirnya, maka datangnya rahmat ilahiyat itu sering kali tidak di awali dalam bentuk kesenangan nafsu syahwat : "Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang di beri rahmat oleh Tuhanku." (Q.S.Yusuf/53).

Melainkan kadang-kadang datang dalam bentuk kesakitan-kesakitan bagi orang yang berbuat kesalahan, mereka di caci, di fitnah, di hina, di denda, di hukum di dunia, bahkan dengan musibah-musibah yang menimpa dirinya.

Semua itu sejatinya merupakan pelaksanaan kafarat dan tazkiyah (peleburan dosa dan persucian) baginya, dengan itu supaya mendorong orang tersebut untuk menyesali perbuatannya dan mau
bertaubat dengan taubatan nasuha sehingga perjalanan hidupnya nanti di akhirat terbebas dari siksa neraka untuk selama-lamanya. Rasulullah Saw menyatakan yang demikian (dalam bentuk do‘a yang di panjatkan) dalam haditsnya :

محََّؼثُمأَبَيمػَُّؼَّْةَمرَضَيَماظؾّهُمسَـْهُمضَالَم:مضَالَمرَدُولُماظؾّهَمصَؾّىماظؾّهُم
سَؾَقْهَموَدَؾّمَماظؾّفُمِمإِغِؿَامأَغَامبَشٌَّمصَلَؼّؿَامرَجُلٍمعَنَماظْؿُلْؾَؿَينَمدَؾَؾْؿُهُمأَوْم
ظَعَـْؿُهُمأَوْمجَؾَّْتُهُمصَاجْعَؾْفَامظَهُمزَطَاةًموَرَحْؿَة*ًمم م

Di riwayatkan dari Abu Hurairah Ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Ya Allah, sesungguhnya aku hanyalah manusia, setiap orang muslim yang aku caci maki atau aku kutuk atau aku pukul, maka jadikanlah itu sebagai pensucian dan rahmat baginya." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dalam kaitan Ilmu Laduni, kesabaran murid dalam menghadapi rahmat awal yang di datangkan seorang guru mursyid kepada dirinya yang seringkali datang dalam bentuk jebakan dan ujian adalah hal yang sangat penting, sedangkan untuk mencapai kesabaran itu, kunci utamanya adalah husnudh-dhan atau menyangka baik kepada segala perilaku gurunya, baik yang di tujukan kepada dirinya maupun orang lain.

Posting Komentar untuk "Kunci Pembuka Tabir Rahasia"