Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

LADUNI BUKAN HASIL SULAPAN

Ilmu Laduni Bukan Hasil Sulapan

Tanda-tanda orang yang mendapatkan Ilmu Laduni itu tidak hanya dapat di lihat dari orang yang asalnya tidak bisa menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris misalnya, kemudian tahu-tahu menjadi bisa atau tidak bisa membaca kitab kuning, menjadi bisa, terlebih bila di kaitkan dengan kelebihan-kelebihan dan kesaktian (karomah), seperti orang dapat menghilang atau dapat terbang di udara seperti burung.

Tidak hanya itu saja, tetapi juga dan yang paling utama, Ilmu Laduni itu merupakan berbagai kemudahan dan kelebihan yang di turunkan guna menyertai hidup orang bertaqwa, baik aspek ilmiah maupun amaliah sehingga menjadikan seorang hamba dapat berma‘rifat kepada Tuhannya, memang terkadang gejala yang muncul di permukaan seperti keadaan yang di sebutkan di atas, namun bila hal itu terjadi, itu bukan di sebabkan karena orang mendapat Ilmu Laduni tersebut telah mendapatkan kesaktian, akan tetapi karena usaha penggodokan di dalam kalbu telah menghasilkan buah.

Kongkritnya, ketika potensi kecerdasan akal yang selama ini masih tertutup hijab, ketika hijab itu sudah berhasil di hilangkan maka yang sudah cerdas menjadi semakin cerdas, sehingga setiap yang sudah di baca dan di hafalkan selamanya tidak dapat hilang (lupa) lagi, Allah menyatakan keberadaan potensi tersebut dengan firman-Nya : "Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa." (Q.S. Al-A‘la : 6).

Artinya, kalau memang ada orang yang asalnya tidak dapat membaca kitab kuning, dalam waktu yang relatif singkat kemudian menjadi bisa, apabila kemampuan itu didapatkan dari sumber Ilmu Laduni, maka kemampuan itu bukannya datang dengan sendirinya tanpa sebab, melainkan di datangkan dengan sebab-sebab dan proses yang harus di jalani, namun demikian, datangnya kemampuan itu dengan jalan yang di mudahkan, hal tersebut sebagai sunnah yang tidak akan ada perubahan lagi untuk selama lamanya, sebagaimana sunnah-sunnah yang sudah di perjalankan Allah kepada para pendahulunya, yaitu para Nabi, Ash-Shiddiq, Asy-Syuhada‘, Ash-Sholihin.

Kalau datangnya kemampuan-kemampuan itu tanpa sebab dan tanpa proses usaha yang harus di jalani oleh pemiliknya, bisa jadi itu hanya hasil sulapan atau daya sihir yang terkadang datangnya dari syetan dan jin sebagai istidraj atau kemanjaan sementara bagi manusia dan ketika masa tangguhnya habis, istidraj itu berangsur angsur akan di hilangkan lagi untuk selamanya bersama hancurnya pemiliknya.

Seperti itu pula keadaannya, ketika usaha pencarian sumber "Ilmu Laduni" yang di lakukan oleh seorang pemburu, terjebak dengan gambaran personal bukan karakter, artinya mencari Nabi Khidhir As secara personal bukan secara karakter, mencari di pinggir-pingir laut di muka bumi, bukan di dalam lautan ruhaniah yang ada dalam hati sanubari manusia.

Mencari pertemuan dua lautan yang dapat di lihat mata, bukan secara i‘tibari, maka yang muncul bisa jadi berupa bayangan visual di dalam hayal manusia yang di hasilkan dari sihir dan tipu daya syetan dan jin, jika demikian keadaannya, berarti usaha pencarian itu belum menemukan tujuan yang asli, walau untuk menyelesaikan tahapan menemukan yang asli itu terkadang orang harus terlebih dahulu mampu melewati yang palsu.

Oleh karena itu yang paling utama dalam setiap amal yang di jalankan dengan tujuan khusus adalah fungsi guru pembimbing ahlinya, kalau tidak demikian, dapat di pastikan bahwa perjalanan tersebut akan menuju jalan yang sesat. Konon, suatu saat ada seorang anak bertemu Nabi Khidhir As di tengah jembatan dekat rumahnya menuju arah pasar. Setelah pertemuan itu, anak tersebut seketika pandai berceramah dan berpidato tidak sebagaimana seorang anak pada usianya (usia belasan tahun), sehingga dalam waktu singkat menjadi terkenal dan di datangkan di sana-sini untuk berceramah, layaknya seperti orang kesurupan Jin, anak itu dapat berpidato dengan demikian ahlinya. Kata orang, ada roh suci yang memasuki jasadnya, sehingga kemudian anak itu menjadi kaya karena dia juga ternyata dapat mengobati orang yang sakit.

Contoh kejadian seperti ini kalau tidak di cermati dengan benar, tentunya dengan penguasaan ilmu khusus tentang dunia jin, maka banyak orang menjadi korban, karena sebentar kemudian anak itu pulih sebagaimana aslinya dengan tanpa membekaskan kemanfaatan untuk dirinya sendiri, dalam arti sebagaimana tujuan di turunkannya Ilmu Laduni yang telah di terangkan di atas, yang demikian itu hanya tipu muslihat syetan dan jin untuk menciptakan sumber fitnah, juga sebagai istidraj sementara dan berangsur-angsur akan hilang sama sekali.

Yang tertinggal kemudian adalah fenomena dan tanda tanya besar yang tidak terjawab, selanjutnya membentuk pola pikir yang salah terhadap orang yang ada di sekitar anak itu berada, tentang Ilmu Laduni, tentang Nabi Khidhir As, jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, tanpa ada tuntunan dan penerangan dari para ahlinya, maka selanjutnya banyak orang akan menjadi sesat dan menyesatkan, yakni ketika banyak orang menindaklanjuti tapak tilas perjalanan anak ajaib itu dengan usaha pencarian yang serupa.

Mencari Nabi Khidhir As dan Ilmu Laduni dengan bertapa dan menyepi di bawah jembatan menuju pasar, maka bisa di bayangkan akibatnya, tentunya banyak aqidah akan menjadi rusak karenanya, terkadang ada orang mengajarkan kepada orang lain untuk mendapatkan Ilmu Laduni dengan cara khusus, dengan mengamalkan bacaan-bacaan (amalan) khusus tanpa di ajarkan dasar ilmunya.

Membaca bacaan ini dan itu, dengan cara laku seperti ini seperti itu, kemudian (katanya) orang yang mengamalkan cara seperti itu akan bertemu dengan Nabi Khidhir As, lalu mendapatkan Ilmu Laduni dari Nabi Khidhir As, yang demikian itu banyak terjadi di dalam fenomena, ternyata hasilnya sama saja, para pencari ilmu yang utama itu malah terjebak tipu daya syetan dan jin, bukannya dapat bertemu dengan Nabi Khidhir As, malah ada yang menjadi gila, gila hormat, gila kedudukan, sehingga di mana-mana hidupnya hanya menimbulkan perpecahan sesama manusia.

Dalam arti jalan hidup itu tidak sebagaimana jalan hidup seorang ulama yang tawadhu‘, bertaqwa dan berma‘rifat kepada Tuhannya, oleh karena itu, pelaksanaan tawassul secara ruhaniah adalah merupakan solusi yang sangat efektif, menjadi sarana latihan yang multi guna agar perjalanan para salik mendapatkan penjagaan dari segala tipu daya syetan dan jin yang menghadang, supaya seorang salik berhasil lolos dan selamat dari segala ujian serta mampu menyelesaikan segala tahapan dan tanjakan sehingga mendapatkan hasil yang di harapkan...Insya Allah. 


Oleh karena ilmu, amal dan pelaksanaan akhlak yang mulia dari para khalifah bumi itu seperti juga para pendahulunya telah mampu menjadi penerang bagi kehidupan umat manusia, maka di mana saja mereka berada, anak zaman itu selalu menjadi pemimpin manusia yang multi guna, yang demikian itu, karena "Nur Cinta" telah di sambut dengan cinta pula, sehingga melahirkan nur cinta lagi cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. (Q.S. An-Nur/24).

Posting Komentar untuk "LADUNI BUKAN HASIL SULAPAN"