Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

HAKIKAT TAWASSUL

Perdebatan seputar sampai atau tidaknya hadiah fatihah (tawasul) kepada orang-orang yang telah meninggal masih menjadi polemik yang berkepanjangan di kalangan umat Islam, umumnya polemik ini memicu terjadinya polarisari pemikiran, antara yang meyakini bahwa hadiah fatihahnya di terima dan yang menyakini bahwa hal itu (hadiah fatihah) pahalanya tidak sampai pada orang yang telah mati, pendapat yang menyatakan bahwa hadiah fatihah tidak akan sampai (menambah amal shaleh) orang yang telah meninggal di dasari keterangan A-Qur‘an surat An-Najm ayat 38-40 : ”(yaitu) bahwasanya seorang manusia yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya.

"Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya.” (QS. An Najrn: 38-40). Kalau di pikir dengan cermat dan jeli, seluruh umat Islam pasti sepakat, bahwa ”hadiah kepada orang yang sudah mati tidak akan sampai”. Coba renungkan, bagaimana mungkin bisa sampai sedangkan dirinya sendiri sudah tak berdaya dan tidak lagi mampu berbuat apa-apa.

Mengenai masalah tersebut di atas, perlu di ketahui bahwa sesuatu yang bisa di hadiahkan atau di pindah milikkan adalah yang sudah di miliki, sengan demikian, bagaimana mungkin ganjaran (pahala) dapat di hadiahkan, sedangkan hal itu (pahala) belum tentu kita miliki, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam masalah ini, hendaknya di pahami, bahwa hakikat di bacakannya surat Al-Fatihah kepada orang yang sudah meninggal itu merupakan manifestasi dari jasa atau amal orang yang telah meninggal tersebut ketika ia masih hidup.

Dalam memahami ayat di atas hendaknya tidak mempersempit pengertian, sebagai ilustrasi, jika anak kita, cucu, tetangga, famili atau seluruh umat Islam mendo'akan (menghadiahi fatihah) di saat kita masih atau suclah meninggal, hal itu merupakan buah dari amal shaleh yang telah kita kerjakan, mereka melakukan semua itu karena ingat akan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan.

Itulah hakikat dari mengalirnya amal dari anak yang shaleh, yang senantiasa kepada bani Adam (keturunan Adam), pemahaman yang berkembang di masyarakat selama ini cenderung mengartikan bahwa yang di maksud pahala yang mengalir dari anak shaleh itu hanya untuk orang tuanya, padahal adalah juga untuk seluruh umat Islam (mukminin/mukminat). Bayangkan, kalau hanya untuk kedua orang tuanya saja, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki keturunan padahal mereka shaleh.

Tidak mengalir amal kebaikannya? Oleh karena itu, jika kita senantiasa beriman clan beramal shaleh, maka akan mengalir amal baik itu kepada kita baik di dunia maupun di akhirat tanpa mengurangi pahala amal clari mereka yang mengikuti, begitu pula sebaliknya, berkenaan dengan ini Rasulullah Saw pernah bersabda : ”Siapa saja yang melakukan amalan baik, ia mendapat pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikatinya tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka dan begitu juga amalan buruk.” Karena kematian itu pasti datangnya dan akan di lalui oleh tiap-tiap yang bernyawa maka harus kita persiapkan sebaik-baiknya dengan cara meningkatkan keimanan kita secara terus menerus serta selalu melakukan amal shaleh hingga kebaikan kita tidak terputus sampai kapan pun dan semoga itulah yang menjadi sesuatu yang selalu di kenang dan di tiru orang lain.

Itulah pengertian tawasal, kematian merupakan pintu gerbang menuju kehidupan yang kekal abadi, oleh karena itu perlu persiapan sebaik-baiknya, perhatikan sejenak sabda Nabi Muhammad Saw berikut : ”Dengan maut, berarti manusia keluar dari kehidupan dunia yang relatif dan sementara, masuk kepada kehidupan yang kekal dan abadi (akhirat),"

Sebagai penutup, perhatikan firman Allah dalam Surat Yaasin ayat 12 : ”... dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan." (Q.S. Yaasin : 12). Essensi ayat di atas menyiratkan hakikat tentang tawassul, yaitu aliran amal yang terus mengalir kepada orang yang telah meninggal sebagai akibat dari perbuatan baik yang di amalkan orang lain sesudah meninggal.

Posting Komentar untuk "HAKIKAT TAWASSUL"