Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

MURID YANG TERPURUK

Pernahkah terpikir dalam pikiran kita sekalian, bahwa sesuatu yang kita anggap sepele bisa mengakibatkan sesuatu yang besar dan berakibat fatal, sebagai contoh seorang manusia tidak pernah tersedak oleh tulang belulang ikan yang besar tetapi oleh duri ikan yang sangat kecil bahkan halus, begitu pula jumlah manusia yang di takdirkan meninggal dengan perantaraan seekor hewan kecil bernama nyamuk yang ternyata lebih banyak ketimbang mereka yang mati yang di mangsa oleh harimau buas.

Itu pula sebabnya Allah tidak segan-segan mengumpamakan berbagai kejadian di alam dunia ini salah satu di antaranya dengan perumpamaan seekor nyamuk seperti firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 26 yang artinya : "Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan serupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? Dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang di beri-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang di sesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (Q.S. Al-Baqarah : 26).

Melalui contoh yang telah di peragakan oleh Allah di atas, maka sebagai ikhwan sudah saafnya kita mawas diri jangan sampai kita pun sebenamya telah mengalami bala yang besar yaitu berpisah dengan guru hanya karena persoalan yang kita anggap kecil, sebagai contoh dalam kasus politik yang lalu banyak sekali yang mengambil jalan sendiri-sendiri, mereka beranggapan bahwa urusan politik adalah urusan yang tidak perlu campur tangan guru dan patuh kepada guru hanya karena urusan masalah tata cara dzikir dan amaliah-amaliah ibadah saja, padahal yang di maksud patuh kepada guru itu adalah melaksanakan semua yang menjadi ketetapan guru baik yang tersurat maupun yang tersirat tanpa bertanya 'mengapa begini, mengapa begitu‘ sebab jika seorang murid sering melakukan reserve seperti itu efeknya akan membuat murid tersebut tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan.

Lebih-lebih dalam persoalan amaliah ibadah, seorang murid jangan sampai menambah atau mengurangi apa-apa yang telah di contohkan oleh beliau lebih-lebih kalau menghentikan amaliah, dengan kata lain, semuanya harus seragam, jangan sampai terjadi misalnya murid di tempat A masih melakukan amaliah shalat sunat lidaf'il hala ba‘da shalat Isya sedangkan di tempat B sudah tidak pernah lagi yang pada akhirnya akan membuat para murid, khususnya yang baru menjadi gamang dengan hal itu dan mungkin bertanya-tanya. ”manakah yang perlu di ikuti? Mesti adanya keseragaman amaliah di antara para murid dan ini menjadi tugas serta tanggung jawab kita bersama untuk melaksanakannya.

Sebagai murid yang tidak menginginkan kesesatan hati yang bisa berakibat terhadap kecelakaan dunia akhirat maka wajib bagi tiap-tiap orang beriman untuk tunduk patuh kepada ketetapan Allah dan Rasul-Nya, karena kita tidak bertemu dengan Rasulullah Saw, maka wajib bagi kita untuk tunduk patuh kepada ketetapan penerusnya atau pewarisnya, yakni para 'ulama, namun karena jumlah 'ulama yang ada sekarang ini teramat banyak, maka 'ulama yang masuk dalam kriteria pewaris Nabi dan wajib kita tunduk patuh kepada ketetapannya adalah 'ulama yang mursyid kamil mukammil, yaitu yang bisa memperbaharui iman sekaligus bisa membuat orang yang memandangnya jadi ingat kepada Allah seperti sabda Nabi Saw : ”Pilihan kamu sekalian adalah orang-orang yang mengingatkan-mu kepada Allah jika kamu melihatnya dan menambah pengetahuanmu kata-katanya, serta membuat kamu terpesona dengan ibadah dan perbuatannya.” (H.R. Al-Hakim).

Untuk itulah, sebagai murid yang menginginkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, bertaubatlah atas tindakan-tindakan yang selama ini berseberangan dengan aturan dan ketetapannya, jangan sampai kita terkena hukum Allah seperti yang tercantum dalam surat Al-Ahzab ayat 36 : “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan tetapi bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang menyatu.” (Q.S.Al-Ahzab : 36).

Mudah-mudahan dengan berhidmat kepada Syeikh Mursyid, kita tidak tergolong golongan orang-orang yang terpuruk dan tersesat dan di sesatkan oleh Allah. Dalam berbagai kesempatan telah di utarakan, bahwa pengkhidmatan kita terhadap guru spiritual hendaknya di lakukan dengan sepenuh hati. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 24 : ”Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (Q.S. At-Taubah : 24).

Sedangkan sabda Rasulullah Saw : ”Tidaklah sempurna iman salah satu dari kamu sekalian, sehingga Aku lebih di cintai daripada dirinya sendiri, hartanya dan manusia semuanya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Pengertian kata ”Rasul-Nya” dalam Al-Qur‘an dan hadits di atas bukan hanya merujuk pada Nabi Muhammad Saw semata, melainkan juga kepada para penerusnya yakni para khalifah yang mursyid. Inilah tantangan buat kita, seberapa kuat keinginan kita untuk mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits di atas.

Sedangkan godaan kita adalah mencintai apa-apa yang di cintai seperti anak, isteri, harta, kecantkan, kegagahan, tahta dan lain-
lain karena sudah menjadi tabiat manusia secara umum untuk menyukai hal seperti itu, tetapi kecintaan kita terhadap hal-hal tersebut jangan sampai mengalahkan rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya juga pewarisnya, kalau rasa cinta kita terhadap maal (harta) dan kekuasaan menjadi prioritas utama, maka tunggu sampai Allah menurunkan keputusan-Nya (azab yang pedih).


Dengan memegang teguh dengan rnengamalkan sunnah-sunnahnya, menunjukkan wujud cinta hakiki kita kepada beliau di bandingkan dengan sekedar pandai berucap dan membangga-banggakan beliau tetapi dalam perbuatan bertolak belakang, di mana pun kita berada, selama sunah-sunah beliau di amalkan, maka hakikatnya itulah orang yang bersama beliau dan wajib mendapat karomahnya serta akan di antarkan oleh beliau menuju hadirat Allah, namun meskipun jarak antara kita dengan beliau secara zhahir berdekatan tetapi jika tidak berkesesuaian dengan ketetapannya, hakikatnya ikhwan seperti itu tidak lagi bersama-sama dengan guru.
 

Agar kita tidak termasuk kelompok murid-murid terpuruk, yang mendapat kehinaan besar di dunia maupun di akhirat maka patuhi ketentuan Allah dan apa-apa yang telah di tetapkan oleh Rasul-Nya maupun para khalifahnya yang Mursyid, jangan sekali-kali berseberangan dengan ketetapan itu jika kita tidak ingin di cap oleh Allah sebagai orang-orang yang tersesat, sebaliknya jika ingin bahagia, ikuti tanpa reserve ketetapan-ketetapan tersebut.
 

Inilah bukti cinta kita kepada Nabi Saw dan para khalifahnya yang mursyid, bukankah Rasulullah Saw telah bersabda : “Mengingat para Nabi adalah ibadah dan mengingat orang-orang yang shaleh menghapus dosa dan mengingat maut shadaqah dan mengingat akan di kubur mendekatkan kamu sekalian ke dalam syurga.” (H.R. Ad-Dailami). Dari hadits itulah kita mengetahui bahwa dengan kebersamaan kita dengan guru, mempunyai pengaruh besar kepada di ampuninya dosa-dosa yang berpengaruh besar terhadap kebahagiaan hakiki.

Posting Komentar untuk "MURID YANG TERPURUK"