Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

THUMA'NINAH ALA TASAWUF

Thuma'ninah Tasawuf

Allah berfirman tentang thuma'ninah yang maknanya adalah ketentraman ini, yaitu : "Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." (Q.S. Ar-Ra'd : 28).
"Hai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga-Ku." (Q.S. Al-Fajr : 27-30).

Thuma'ninah merupakan ketentraman hati terhadap sesuatu, tidak cemas dan gelisah, di dalam atsar di sebutkan, "Kejujuran merupakan ketentraman dan kebohongan merupakan kebimbangan." Allah menjadikan thuma'ninah di dalam hati orang-orang yang beriman dan di dalam jiwa mereka, lalu memberikan kabar gembira, bahwa yang masuk syurga adalah orang-orang yang memiliki jiwa yang thuma'ninah. Firman Allah, "Hai jiwa yang tentram, kembalilah kepada Rabbmu", merupakan dalil bahwa jiwa itu tidak kembali kepada Allah kecuali jika dalam keadaan thuma'ninah, maka di antara do'a yang biasa di ucapkan orang-orang salaf, "Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku jiwa yang thuma'ninah kepada-Mu."

Thuma'ninah adalah ketenangan yang di kuatkan rasa aman yang sesungguhnya, menyerupai pandangan mata secara langsung, ada dua perbedaan antara sakinah (ketenangan) dan thuma'ninah (ketentraman) ini, yaitu :
- Sakinah merupakan keadaan secara tiba-tiba yang terkadang di sertai dengan hilangnya rasa takut, sedangkan thuma'ninah merupakan pengaruh yang timbul dari adanya sakinah, seakan-akan thuma'ninah merupakan puncak dari sakinah.
- Sebagai gambaran, keberuntungan yang di peroleh karena sakinah, seperti seseorang yang berhadapan dengan musuh, ketika musuh lari darinya, maka hatinya menjadi tenang, sedangkan thuma'ninah seperti benteng yang pintunya terbuka, lalu dia masuk ke dalamnya, sehingga dia merasa aman dari musuh. Thuma'ninah sifatnya lebih umum, karena di tunjang ilmu, pengabarannya, keyakinan dan keberuntungan, maka dari itu hati menjadi thuma'ninah karena bacaan Al-Qur'an, karena ada iman kepadanya, mengetahuinya dan mendapat petunjuknya, sedangkan sakinah merupakan keteguhan hati yang dapat mengusir rasa takut dan hilangnya kecemasan, seperti keadaan pasukan Allah yang dapat membunuh musuh.

Ada tiga derajat thuma'ninah, yaitu :

1. Thuma'ninah hati karena menyebut asma Allah, ini merupakan thuma'ninah-nya orang takut yang beralih ke harapan, dari kegelisahan ke hukum dan dari cobaan ke pahala. Thuma'ninah bisa muncul karena menyebut asma Allah dan membaca Kitab-Nya, tapi sifat thuma'ninah ini lebih umum dari sekedar menyebut asma Allah atau membaca Kitab-Nya, jika seseorang di rundung rasa takut sekian lama, lalu Allah hendak mengenyahkan rasa takut-nya itu, maka Dia menurunkan sakinah kepadanya, sehingga hatinya menjadi tenang dan beralih ke harapan, dengan begitu dia menjadi thuma'ninah dan merasa aman dari ketakutannya, maksud kegelisahan yang beralih ke hukum, bahwa orang yang merasa gelisah karena harus menanggung berbagai macam kewajiban dan beban perintah, apalagi orang yang mendapat tugas menyampaikan risalah dari Allah, memusuhi musuh-musuh Allah dan orang-orang yang menghadang jalan-Nya, padahal tugas-tugas tidak akan mampu di jalankan manusia, maka tentu saja hatinya akan merasa gelisah dan kesabarannya bisa melemah, jika Allah hendak menenangkannya, maka Dia menurunkan sakinah kepadanya, kemudian dia menjadi thuma'ninah karena pasrah kepada hukum agama dan hukum alam. Dia tidak akan merasa thuma'ninah kecuali dengan dua hukum ini. Seberapa jauh kesaksiannya terhadap dua hukum ini, maka sejauh itu pula thuma'ninah-nya. Dia merasa tentram beralih ke hukum agama, karena dia tahu bahwa itu adalah agama yang benar dan merupakan jalannya yang lurus. Dia merasa tentram beralih ke hukum alam atau takdir, karena dia mengetahui bahwa dia tidak ditimpa sesuatu melainkan sudah di takdirkan Allah. Apa pun yang di kehendaki-Nya pasti akan terjadi dan apa pun yang tidak di kehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Maksud beralih dari kegelisahan cobaan ke pahala, bahwa jika kesaksian seseorang tentang pahala menjadi kuat, maka hatinya menjadi tenang dan tentram, karena dia merasa akan mendapatkan pengganti. Cobaan terasa semakin berat karena dia tidak melihat pahala di balik cobaan itu, tapi karena kuatnya kesaksian terhadap pahala ini, adakalanya seseorang justru merasakan kenikmatan cobaan yang menimpanya dan tidak ingin jauh-jauh dari cobaan itu. Banyak orang berakal yang merasa yakin terhadap efektifitas suatu obat yang amat pahit, maka dia justru bisa menikmati kepahitannya itu, karena dia melihat manfaat di balik penderitaannya meminum obat tersebut.

2. Thuma'ninah ruh saat mencapai tujuan pengungkapan hakikat, saat merindukan janji dan saat berpisah untuk berkumpul kembali. Ruh menjadi thuma'ninah jika melihat tujuannya dan tidak ingin menengok ke belakang. Sedangkan pengungkapan hakikat di sini ada dua macam, yaitu :
- Pengungkapan jalan yang menghantarkan ke tujuan, yaitu mengungkap hakikat iman dan syari'at Islam.
- Pengungkapan tujuan perjalanan, yaitu mengetahui asma dan sifat.
Ruh juga akan merindukan apa yang dijanjikan kepadanya. la menjadi thuma'ninah karena apa yang dijanjikan itu. Ruh juga menjadi thuma'ninah jika dia berpisah dengan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaannya, seperti orang yang lapar lalu mendapatkan makanan, yang membuatnya merasa thuma'ninah.

3. Thuma'ninah karena menyaksikan kasih sayang Allah, thuma'ninah kebersamaan menuju kekekalan dan thuma'ninah kedudukan menuju cahaya azali. Derajat ini berkaitan dengan kefanaan dan kekekalan, orang yang sampai kepada kesaksian kebersamaan merasa tentram karena kasih sayang Allah. Maksud thuma'ninah kebersamaan menuju kekekalan, bahwa jika seseorang tidak merasakan thuma'ninah karena kekekalan yang akan di jalaninya, maka dia akan melepaskan ubudiyah, jika dia merasakan thuma'ninah terhadap kekekalan ini, maka itulah yang di sebut thuma'ninah kebersamaan menuju kekekalan. Thuma'ninah kedudukan menuju cahaya azaly, artinya thuma'ninah karena mengetahui ketetapan azaly yang tidak akan berubah dan berganti, jika hati merasa tentram karena mengetahui ketentuan Allah di dalam azal, maka inilah yang di sebut thuma'ninah kedudukan karena cahaya azal.

Posting Komentar untuk "THUMA'NINAH ALA TASAWUF"