Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TAFAKKUR DAN TADABBUR

Bagaimana soal Tafakkur, Tadabbur?

Keutamaan itu ada empat, yaitu :
  1. Kebijaksanaan (hikmah), tiangnya adalah tafakkur.
  2. Kesucian diri, tiangnya adalah membuang keinginan rendah (syahwat).
  3. Kekuatan, tiangnya adalah menahan marah.
  4. Al-hal (pengalaman ruhaniah), tiangnya adalah keseimbangan kekuatan-kekuatan nafsu.
"Terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir (Q.S. Al-Baqarah : 164). Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih beganti bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (Q.S. Al-Furqan : 62). Atha' berkata, “Yang dimaksud dengan silih berganti itu adalah dalam gelap dan terang serta berkurang dan bertambah.” Allah juga memuji orang-orang yang suka bertafakkur, sebagaimana frman-Nya : "Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhanku, Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia.” (Q.S. Ali ‘Imran : 191). 

Ibnu Abbas Ra berkata, “Suatu kaum memikirkan Allah Swt, lalu Rasulullah Saw bersabda, “Pikirkanlah ciptaan Allah, jangan berpikir tentang Allah, karena kamu tak akan sanggup memikirkan-Nya.” Pada suatu hari, Nabi Saw menemui suatu kaum yang sedang bertafakkur. Beliau bertanya, "Mengapa kalian tidak berkata-kata?" Mereka menjawab, "Kami sedang memikirkan ciptaan Allah Swt. Beliau pun bersabda, "Kalau begitu, lakukanlah, pikirkanlah tentang ciptaan Allah, tetapi jangan memikirkan Dzat-Nya.
 

Atha' berkata, "Aku dan Ubay bin Umar pergi menemui Aisyah Ra, dia berkata kepada kami dari balik tirai, "Wahai Ubay, apa yang menghalangimu untuk menjenguk kami? Ibnu Umar menjawab, "Bukankah Nabi Saw pernah bersabda, "Berkunjunglah jarang-jarang, niscaya bertambah kecintaan." Selanjutnya, Ibnu Umar berkata, "Beritahukanlah kepadaku kekaguman yang pernah engkau lihat dari Rasulullah Saw." Aisyah menangis, lalu berkata, "Setiap ihwalnya menakjubkan, pada malam giliranku, beliau datang kepadaku sehingga kulitnya bersentuhan dengan kulitku, akan tetapi, beliau berkata, "Biarkanlah aku beribadah kepada Tuhanku." Lalu, beliau bangun dan mengambil tempat air untuk berwudhu'. Kemudian, beliau shalat dan menangis hingga basah janggutnya. Beliau bersujud hingga basah tanah tempat sujudnya, lalu beliau berbaring pada salah satu sisi badannya hingga datang Bilal melantunkan adzan shalat shubuh.

Bilal bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa anda menangis? Padahal, Allah telah mengampuni dosa-dosa anda yang telah lalu dan kemudian? Beliau menjawab, "Bagaimana kamu
ini, wahai Bilal. Bagaimana aku tidak menangis? Pada malam ini Allah telah menurunkan ayat, sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Q.S. Ali Imran : 190).

Selanjutnya, beliau bersabda, "Celakalah orang yang membacanya tetapi tidak memikirkannya." Tentang hal ini Al-Auza'i di tanya, apa tujuan tafakkur di situ? Dia menjawab, "Membaca dan memikirkannya."

Muhammad bin Wasi', mengatakan bahwa seorang laki-laki penduduk Basrah pergi menemui Ummu Dzar sepeninggal suaminya, Abu Dzar. Dia menanyakan kepadanya tentang ibadah Abu Dzar. Ummu Dzar menjawab, "Sebagian siangnya dia gunakan untuk bertafakkur di salah satu sudut rumah."

Al-Fudhail berkata, "Pikiran adalah cermin yang memperlihatkan kepadamu kebaikan-kebaikan dan kejelekan-kejelekanmu." Ketika Ibrahim di tanya, mengapa berlama-lama bertafakkur, dia menjawab, "Tafakkur adalah inti berpikir.'

Thawus berkata, Al-Hawariyun (para pengikut setia Nabi Isa As) bertanya kepada Isa As, "Wahai Ruh Allah, apakah kini di muka bumi ada orang seperti anda? Isa As menjawab, "Ya, yaitu orang yang pembicaraannya merupakan dzikir, diamnya merupakan tafakkur dan pandangannya merupakan pembelajaran (tadabbur), dialah orang yang sepertiku."

Al-Hasan berkata, "Barangsiapa yang perkataannya bukan kebijaksanaan (hikmah), dia sia-sia, barangsiapa yang diamnya bukan tafakkur, dia lalai, barangsiapa yang pandangannya bukan pembelajaran, dia main-main." Lalu, tentang firman Allah Swt, Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar." (Q.S. Al-A’râf : 146), dia berkata, "Artinya, Aku (Allah) mencegah hati mereka untuk bertafakkur tentang urusan hati mereka untuk bertafakkur tentang urusan-Ku."

Abu Sa’id Al-Khudri Ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Berikanlah kepada matamu bagiannya dari ibadah." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa bagiannya dari ibadah itu? Beliau menjawab, "Pandangan terhadap mushaf dan mentafakkurinya, serta mengambil pelajaran dari keajaiban-keajaibannya."

Luqman suka berlama-lama duduk sendiri, lalu budaknya lewat di hadapannya dan dia bertanya, "Wahai Luqman, anda lama duduk sendiri, kalau engkau duduk bersama orang-orang, niscaya mereka akrab dengan anda." Luqman menjawab, "Aku berlama-lama duduk sendiri untuk bertafakkur, lama bertafakkur adalah bukti jalan syurga."
 

Umar bin Abdul Aziz berkata, "Bertafakkur tentang nikmat Allah Azza wa Jalla adalah termasuk ibadah-ibadah paling utama." Ibnu Abbas Ra berkata, "Shalat dua raka'at yang di maksudkan untuk bertafakkur adalah lebih baik daripada shalat malam yang tak khusyu'."

Ketika Abu Syuraih sedang berjalan, tiba-tiba dia duduk dan menyelimuti diri dengan jubahnya, lalu dia mulai menangis, ketika di tanyakan kepadanya apa sebabnya dia menangis, dia menjawab, "Aku mentafakkuri kehilangan sebagian umurku, sedikitnya amalanku dan semakin dekatnya ajalku." Abu Sulaiman berkata, "Tafakkur di dunia adalah hijab (pembatas) dari akhirat yang mewariskan hikmah (kebijaksanaan) dan menghidupkan hati."

Hatim berkata, "Karena tadabbur, bertambahlah ilmu, karena dzikir bertambahlah kecintaan dan karena tafakkur bertambahlah ketakutan (pada murka Allah)."

Ibnu Abbas Ra berkata, "Tafakkur tentang kebaikan mendorong untuk mengamalkannya, penyelesalan akan kejahatan mendorong untuk meninggalkannya."

Al-Hasan berkata, "Orang-orang berakal senantiasa mengulang-ulang dzikir ke tafakkur dan tafakkur ke dzikir sehingga mereka meminta hati mereka bicara, hati mereka pun mengatakan kata-kata bijaksana."

Idhaq bin Khalaf berkata, "Dawud Al-Tha'i Ra berada di atas rumah ketika malam bulan purnama, dia bertafakkur tentang kerajaan langit dan bumi, dia memandang langit, lalu menangis hingga terjatuh ke rumah tetangganya, tetangganya bangkit dari tempat tidurnya dalam keadaan tidak berpakaian, sementara di tangannya tergenggam sebilah pedang, dia mengira bahwa ada pencuri masuk ke dalam rumahnya, ketika melihat Dawud, dia kembali dan menyimpan lagi pedangnya, lalu dia bertanya kepada Dawud, "Siapa yang melemparkanmu dari atap rumah? Dawud menjawab, "Aku tidak merasakan hal itu." Al-Junaid berkata, "Majelis yang paling mulia dan paling tinggi adalah duduk sambil bertafakkur tentang tauhid, menghidupkan jiwa ma‘rifat, meminum cawan syurga dari lautan cinta dan memandang dengan prasangka baik kepada Allah Swt karena itu, betapa tingginya majelis itu dan betapa lezatnya minuman itu, berbahagialah orang yang di anugerahinya."

Al-Syaf'i Ra berkata, "Mohonlah pertolongan atas pembicaraan dengan diam dan atas kesimpulan dengan tafakkur." Dia juga pernah mengatakan, "Pandangan yang baik terhadap berbagai hal adalah keselamatan dari tipuan."

Keteguhan dalam pendapat adalah keselamatan dari kelalaian dan penyesalan, menimbang dan berpikir menyingkapkan keteguhan hati dan kekuatan dalam pandangan orang-orang bijak merupakan keteguhan dalam diri dan kekuatan dalam pandangan, untuk itu, berpikirlah sebelum membulatkan tekad, lakukanlah kajian secara mendalam tentang tadabbur sebelum menyerang musuh dan bermusyawarahlah sebelum maju.”

Posting Komentar untuk "TAFAKKUR DAN TADABBUR"