Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

MAKNA BATHIN DALAM SHALAT

Menurut Imam Ghazali, makna batin dalam Shalat memiliki banyak ungkapan, namun terangkum dalam enam perkara, yaitu kehadiran hati, taffahum (kefahaman), ta’dzim (rasa hormat), haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat), raja’ (pengharapan), dan haya (rasa malu).

Kehadiran hati
Maksudnya mengosongkan dan menjaga dialog hati, dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan amalan yang sedang dikerjakan. Juga pikirannya tidak boleh memantau dari selain perbuatan dan hati, yang sedang terkait dengan amalan, faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah atau perhatian utama, dengan lain perkataan hati bisa hadir, bila ada undangan kepada “perhatian utama”, kehadiran hati dalam terwujud bila perhatian utama diarahkan kepada setiap perilaku.

Himmah
Bisa terarah bila, mengetahui secara jelas tujuan yang akan dicarinya, yakni Allah dan merupakan sarana menuju kepada-Nya, akal sehatpun akan mengatakan “bagaimana mungkin, hati tidak hadir sedangkan yang dihadapan adalah Raja Diraja, yang di tanganNya segala kerajaan, kekuasaan, manfaat dan bahaya”.

Hadirnya hati
Bukanlah sebuah “keterpaksaan” bahkan bukan sesuatu yang “diusahakan”, karena hati akan hadir kepada “perhatian utama”, ketidakhadiran hati dalam perilaku
karena “perhatian utama” tidak tertuju kepada itu sendiri, bila demikian maka hati akan menuju perhatian- perhatian nafsu duniawi. Inilah yang disebut “kelalaian”, karena bagaimana mungkin kita sedang bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan
hati kita tidak “menghadap-Nya”.

Taffahum (Kefahaman)
Berarti peliputan hati terhadap pengetahuan lafadz dan gerak dalam Shalat, pengetahuan terhadap setiap ucapan, gerak dalam yang terbenam dalam lubuk hati akan memancarkan sebuah hikmah akhlaqul karimah dalam kehidupan, dalam lafadz dan gerak yang terkontrol oleh kehadiran hati akan dapat mengendalikan fikiran dan akal dalam setiap ucapan dan gerak itu sendiri, terapi untuk taffahum adalah menghadirkan hati disertai konsentrasi berfikir dan kesiagaan untuk menolak berbagai lintasan pikiran (yang liar), sedangkan untuk menolak lintasan fikiran yang menyibukkan adalah dengan membebasan diri dari sebab-sebab yang membuat fikiran tertarik kepadanya, siapa yang mencintai sesuatu pasti banyak mengingatnya, sehingga dengan demikian ingatan kepada yang dicintai pasti melanda hati.

Ta’dzim (Rasa Hormat)
Rasa hormat akan hadir dari ma’rifah kepada keagungan dan kemuliaan Allah. Siapa yang tidak diyakini keagunganNya maka jiwa tidak akan mau mengagungkanNya. Buah dari ma’rifah ini akan menghasilkan khusyu’ (tunduk) kepada Allah, selain ma’rifah tersebut, penyebab timbul rasa hormat juga disebabkan oleh ma’rifah akan kehinaan dirinya, karena tidak mempunyai kuasa apa-apa. Buah dari ma’rifah ini menghasilkan rasa pasrah dan tidak berdaya. Rasa pasrah dan tidak berdaya akan menghasilkan rasa hormat.

Haibah (Rasa Takut dari Rasa Hormat)

Rasa Takut merupakan keadaan jiwa yang lahir dari ma’rifat akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, pengaruh kehendak-Nya padanya, Allahpun seandainya menghancurkan orang-orang terdahulu dan kemudian, tidak akan berpengaruh terhadap kerajan-Nya, semakin dalam pengetahuan terhadap Allah menjadikan semakin takut kepadaNya.

Raja’ (Harap)
Harap akan muncul karena telah adanya keyakinan terhadap janji-janji Allah dan pengetahuan tentang kelembutan-Nya, keindahan ciptaannya, keluasan nikmat-Nya.

Haya’ (Rasa Malu)
Rasa malu akan muncul melalui perasaan serba kekurangan dalam beribadah dan pengetahuannya akan ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak Allah. Rasa malu tersebut semakin kuat dengan mengetahui cacat dirinya, kurang ikhlas dalam beribadah, keburukan batinnya serta kecenderungan terhadap duniawi dalam perbuatan ibadatnya. Selain itu rasa malu muncul juga disebabkan oleh pengetahuan bahwa Allah Maha Mengetahui segala rahasia dan lintasan hati sampai yang sekecil-kecilnya

Posting Komentar untuk "MAKNA BATHIN DALAM SHALAT"