Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

AL-BARQU (KILAT)

Apa itu Al-Barqu?

Al-Barqu atau kilat merupakan salah satu cahaya "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in", yang menerangi hamba saat masuk ke jalan orang-orang yang benar, "Kilat merupakan awal kilauan yang tampak di hadapan hamba, lalu mengajaknya untuk masuk ke jalan ini." Allah berfirman : "Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu ia berkata kepada keluarganya, "Tinggallah kamu di sini, sesungguhnya aku melihat api." (Q.S. Thaha : 9-10).
Letak pelandasan kepada ayat ini, karena api yang di lihat Musa itu terjadi pada awal jalan nubuwahnya, kilat yang diisyaratkannya di sini merupakan kilat keadaan, bukan kilat amal atau kilat yang datang dari orang yang mengadakan perjalanan, tapi itu semata merupakan pemberian.

Ada tiga derajat kilat, yaitu :
1. Kilat yang berkilau dari sisi janji, yang muncul dari hakikat harapan, sehingga karenanya hamba menganggap banyak pemberian yang sedikit, menganggap sedikit keletihannya yang banyak dan menganggap manis kepahitan qadha', janji di sini adalah janji yang diberikan Allah kepada para wali-Nya, berupa berbagai macam karamah di dunia ini dan pada saat perjumpaan dengan-Nya. Kilat ini berkilau dari puncak hakikat harapan, sehingga seorang hamba menganggap banyak pemberian Allah yang sedikit, yang pada hakikatnya pemberian itu tidaklah sedikit, yang membuatnya berpandangan seperti ini empat hal, yaitu :
  • Melihat keagungan pemberinya.
  • Menghinakan diri sendiri.
  • Kecintaan kepada pemberi.
  • Melihat keadaan sebelum menerima pemberian itu, yang tidak mempunyai apa-apa.
Menganggap sedikit keletihannya, membuatnya mampu mengemban beban perjalanan dan menghadapi kesulitannya, begitu pula sikap-nya yang menganggap manis kepahitan qadha', yaitu berupa ujian yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya, agar Dia mengetahui siapa di antara mereka yang paling sabar, benar dan lebih besar iman-nya, lebih cinta, tawakal dan patuh, jika orang yang mengadakan perjalanan kepada Allah melihat kilat ini, maka qadha' yang pahit akan terasa manis.

2. Kilat yang berkilau dari sisi peringatan agar waspada, sehingga hamba menganggap pendek harapannya yang panjang, berzuhud di tengah manusia dengan segera dan membersihkan rahasia dirinya, puncak kilat ini tidak seperti puncak kilat pada derajat pertama, kilat ini berkilau dari puncak kewaspadaan, sementara kilat pada derajat pertama dari puncak harapan, jika hamba bisa menangkap kilat ini, maka dia menganggap pendek harapannya yang panjang dan setiap saat terbayang bahwa karunia pasti akan datang kepadanya, karena itu dia menjadi semakin waspada terhadap serangannya, karena takut akan mendapatkan siksa Allah atau muncul gangguan saat akan berjumpa dengan-Nya, sehingga jika saat pertemuan itu dia belum dalam keadaan suci dan tidak diperkenankan masuk kecuali setelah dalam keadaan suci, sebagaimana dia tidak boleh masuk shalat selagi di dunia kecuali setelah dalam keadaan suci.

Hal ini mengingatkan hamba agar mensucikan hati sebelum menghadap kepada Allah dan masuk ke tempat perjumpaan, terutama ditujukan kepada orang-orang yang mau memikirkan Allah dan memahami rahasia-rahasia ibadah, membersihkan rahasia diri artinya membersihkan relung-relungnya dari hal-hal selain Allah, hal ini telah dijelaskan di bagian terdahulu.

3. Kilat yang berkilau dari sisi kelembutan karena membutuhkan, sehingga menghasilkan awan kegembiraan, menurunkan hujan kesenangan dan mengalir dari sungai kebanggaan, ini merupakan kilat yang berkilau dari ufuk kelembutan dan kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya, yang bisa melihat kilat ini akan memperoleh kebanggaan, yaitu berupa jalan paling besar yang menghubungkannya dengan Allah, sedangkan jalan selainnya tertutup, kilat ini menimbulkan kegembiraan yang bersifat khusus, yang tidak ada duanya di dunia, jika di langit sudah tampak awan, maka tak lama kemudian akan turun hujan, sehingga membuat batinnya merasa senang dan bangga, yang tidak dimiliki hamba yang lain.

Kebanggaan ini termasuk kesempurnaan ubudiyah, dengan kata lain, jika hamba melihat kasih sayang dan kelembutan Allah, menyaksikan karunia dan kemurahan-Nya, tentu dia akan menyaksikan kebutuhannya kepada Allah di setiap saat, yang demikjan ini termasuk pintu syukur yang paling besar dan merupakan sebab bertambahnya nikmat, jika nikmat itu beralih dari dirinya, di dalam hatinya tetap ada awan kegembiraan.

Jika awan ini menggumpal di langit hatinya, maka akan menimbulkan hujan dan hujan ini pun mendatangkan kesenanganyang lain, dalam keadaan seperti itu pada lisannya akan mengalir sungai kebanggaan dzikrullah, bukan karena 'ujub atau riya', tapi karena wujud kegembiraan terhadap nikmat Allah yang senantiasa diterimanya.

Posting Komentar untuk "AL-BARQU (KILAT)"