Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

PENERAPAN DAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN HAJI HAKIKAT MELALUI MURAQABAH

Saudara mungkin ada yang belum tahu tentang cara pelaksanaan ibadah kepada Allah ala Thariqat ini? Penasaran bagaimana sesungguhnya cara melaksanakan ibadah "MURAQABAH" yang ada pada halaman situs ini, Muraqabah tersebut ada 3 (tiga) macam dan penerapannya di sini kami beberkan sekaligus yang di lakukan pada satu kegiatan amalan, muraqabah tersebut dapat di baca dulu, yaitu :- MURAQABAH AHDIYATUL AF’AL
- MURAQABAH MA'IYAH
- MURAQABAH AQRABIYAH

Nah, ketiga jenis muraqabah di atas bisa di terapkan menurut ajaran dari guru-guru tasawuf atau thariqat, hal ini di terapkan pada pelaksanaan haji hakikat guna memenuhi syarat keislaman yaitu rukun islam yang lima, baik syari'at maupun hakikat mestilah di laksanakan, hal ini cukup mudah bagi yang sudah melaksanakan haji syari'at atau minimal pernah melaksanakan umrah, tapi bukanlah menutup untuk yang belum pernah sama sekali, bukan....bukan...sebab Allah tidak memandang itu, tetapi ketaqwaan seseorang-lah yang di pandang Allah dalam berbakti kepada-Nya, nah, bagi mereka yang sudah pernah, tidak akan canggung lagi dalam penerapan amalan ini, bagi yang belum hendaklah mengetahui dan paham terlebih dahulu bagaimana rukun dan syarat haji serta umrah, berikut kita mulai bahas dan mari bersama kita simak dan cerna dengan baik, karena bahasanya agak samar kami tulis guna menjaga apabila di baca anak-anak yang di anggap belum mampu untuk memahami dan mengetahui amalan semacam ini, jika pekerjaan haji menurut syari'at adalah mengunjungi ka'bah di Makkah, ada beberapa syarat yang berhubungan dengan ibadat haji, memakai ihram, dua helai kain yang tidak berjahit menandakan pelepasan semua ikatan duniawi, memasuki Makkah dalam keadaan berwudlu', tawaf keliling ka'bah sebanyak tujuh kali tanda penyerahan sepenuhnya, lari-lari kecil dari Safa ke Marwah sebanyak tujuh kali, pergi ke Padang Arafah dan tinggal di sana hingga matahari terbenam, bermalam di Muzdalifah, melakukan kurban di Mina, meminum air zamzam, melakukan shalat dua raka'at yang berdekatan dengan tempat Nabi Ibrahim As pernah berdiri.
Bila semua ini di lakukan, syarat rukun pekerjaan haji pun sempurna dan balasannya di akui Allah, jika terdapat kecacatan pada pekerjaan tersebut, balasannya di batalkan Allah.
Allah yang Maha Agung berfirman : “Sempurnakan haji dan umrah karena Allah.” (Q.S. Al-Baqarah ,: 196). Bila semua itu telah selesai, banyak daripada hubungan keduniaan yang di tengah masa pekerjaan haji boleh di lakukan, sebagai tanda selesainya pekerjaan haji, seseorang itu melakukan tawaf terakhir sekali sebelum kembali kepada kehidupan harian.nya sehari-hari.
Ganjaran untuk orang yang mengerjakan haji di nyatakan oleh Allah dengan firman-Nya : “Dan barangsiapa masuk ke dalamnya amanlah ia dan karena Allah (wajib) atas manusia pergi ke rumah itu bagi yang mampu." (Q.S. Ali ‘Imraan : 97). Orang yang sempurna ibadat hajinya selamat daripada adzab neraka, itulah balasannya.
Pekerjaan haji kerohanian memerlukan persiapan yang besar dan mengumpulkan keperluan-keperluan sebelum memulai perjalanan, langkah pertama adalah mencari juru pandu, pembimbing, guru, seorang yang di kasihi, di hormati, di harapkan dan di taati oleh orang yang mau menjadi murid, pembimbing itulah yang akan membekalkan murid itu bagi mengerjakan haji kerohanian, dengan segala keperluannya, kemudian dia mesti menyediakan hatinya, untuk menjadikannya terbangun dari keduniaan, seseorang itu perlu mengucapkan kalimah tauhid yang di namakan juga dengan Dzikir Tahlail, yaitu : "Laa ilaaha illallaah" dan mengingat Allah dengan menghayati kalimah tersebut, dengan ini, hati menjadi hidup dan terbangun, menjadi hidup. ia hendaklah mengingat Allah secara berkekalan, mengingat Allah hingga seluruh diri batin menjadi suci bersih daripada selain Allah, selepas penyucian batin, seseorang perlu pula mengamalkan nama-nama bagi sifat-sifat Allah (bagian dari sifat dua puluh), yang akan menyalakan cahaya keindahan dan kemuliaan-Nya, di dalam cahaya itulah, seseorang itu di harapkan dapat melihat ka'bah bagi hakikat rahasia.
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim As dan anaknya Nabi Ismail As melakukan penyucian ini : "JanganIah engkau sekutukan Aku dengan sesuatu apa pun dan bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang tawaf dan yang berdiri dan yang ruku' dan yang sujud." (Q.S. Al-Hajj : 26). Sesungguhnya ka'bah dzahir yang ada di Makkah di jaga dengan bersih untuk para pekerja haji, betapa lebih lagi kesucian yang perlu di jaga terhadap ka'bah batin yang di atasnya hakikat akan memancar.
Selepas persediaan itu, pekerja haji batin menyelimutkan dirinya dengan ruh suci, mengubah bentuk kebendaannya menjadi hakikat batin dan melakukan tawaf ka'bah hati, mengucap di dalam hati nama Tuhan "ALLAH", nama yang khusus bagi-Nya, ia bergerak dalam bulatan hati, karena berjalannya ruhani bukan lurus, tetapi dalam bentuk bulatan, akhirnya ini adalah permulaannya.
Kemudian ia pergi ke Padang Arafah hati, tempat batin yang merendahkan diri dan merayu kepada Tuhannya, tempat yang di harapkan seseorang dapat mengetahui rahasia "Laa ilaaha illallaah", "Yang Maha Esa, tiada sekutu". Di sana ia berdiri mengucapkan nama ketiga "HU", bukan sendirian, tetapi bersama-Nya, karena Allah berfirman : "Dia beserta kamu walau di mana kamu berada." (Q.S. Al-Hadiid : 4), lihat pada
MURAQABAH AHDIYATUL AF’AL

Hal ini di lakukan dan di kerjakan ketika berada dalam mengamalkan "Muraqabah Ahdiyatul Af'al". Kemudian dia mengucapkan nama keempat "HAQ", nama bagi cahaya Dzat Allah dan kemudian nama kelima "HAYYUN", hidup illahi yang darinya hidup yang sementara ini ada, kemudian dia menyatukan nama illahi yang Hidup Kekal Abadi dengan nama ke-enam-Nya, yaitu "QAYYUM", yang Wujud Sendiri, yang bergantung kepada-Nya segala kewujudan, hal ini pada penerapan amalan
MURAQABAH MA'IYAH

Ini membawanya kepada Musdalifah yang di tengah-tengah hati, kemudian dia (hati) di bawa pula ke Mina, rahasia suci, inti pati atau hakikat, di mana dia ucapkan pula nama yang ke tujuh "QAHHAR", yang Maha Meliputi, Maha Keras, dengan kekuasaan nama tersebut, dirinya dan kepentingan dirinya di korbankan, tabir keingkaran di tiupkan dan pintu kebatilan telah di terbangkan.
Mengenai tabir yang memisahkan yang di cipta dengan Pencipta, Nabi Saw bersabda : "Iman dan kufur wujud pada tempat di sebalik arsy Allah, keduanya adalah hijab yang memisahkan antara Tuhan dengan pemandangan hamba-hamba-Nya, satu adalah hitam dan satu lagi putih, kemudian kepada ruh suci di cukurkan daripada segala sifat kebendaan." dengan membaca nama illahi ke delapan "WAHHAB", yaitu Pemberi kepada semua, tanpa batas, tanpa syarat, dia memasuki daerah suci bagi Dzat, kemudian dia mengucapkan nama kesembilan pula, yaitu "FATTAH", Pembuka segala yang tertutup, memasuki ke tempat menyerah diri di mana dia tinggal mengasingkan diri, hampir dengan Allah, dalam keakraban dengan-Nya dan jauh daripada segala yang lain, dia yang lanjut dengan mengucapkan nama yang ke sepuluh "WAHID", yang Esa, yang tiada tara, tiada sesuatu menyamai-Nya. Di sana dia mulai menyaksikan sifat Allah "SAMAD", yang menjadi sumber kepada segala sesuatu. Dia adalah pemandangan tanpa rupa, tanpa bentuk, tidak menyerupai sesuatu, kemudian tawaf terakhir di mulai, tujuh putaran yang dalam tempo tersebut dia mengucapkan enam nama-nama yang terakhir dan di tambah dengan nama ke sebelas, yaitu "AHAD", yang Esa, kemudian dia minum dari tangan keakraban Allah atas karunia-Nya. "Dan Tuhan mereka membuat mereka meminum minuman asli." (Q.S. Insaan : 21).
Wadah yang di dalam minuman ini di sediakan adalah nama yang kedua belas, yaitu "SAMAD", ini adalah pada amalan WUQUF QALBIY sumber yang menunaikan segala hajat, satu-satunya tempat meminta tolong, jadi, penerapan MURAQABAH AGRABIYAH, terhimpun dalam ingatan di kala mengingat asma Allah mulai "Wahhab" sampai pada "Samad", apa yang terjadi di situ, itulah hasil daripada raja muraqabah, yaitu

MURAQABAH AGRABIYAH, sebagai hasil dari amalan maqamat "TAHLIL" yang telah di mulai pada awal pelaksanaan beramal atau wirid dzikir ini di lakukan tadi.

Dengan hasilnya adalah merupakan minum ilmu pengetahuan tentang tauhid dari sumber amalan ini, dia melihat semua tabir tersingkap dari wajah keabadian, dia mendongak melihat kepada-Nya dengan cahaya yang datang daripada-Nya, alam ini tiada persamaan, tiada bentuk, tiada rupa, ia tidak mampu di terangkan, di ibaratkan, alam yang tidak ada mata pernah melihatnya, tiada telinga pernah mendengarnya dan tiada hati manusia yang ingat. Kalam Allah tidak di dengar dengan bunyi atau di lihat dengan tulisan, kesukaan yang tiada hati manusia bisa untuk merasai adalah kelezatan dalam menyaksikan hakikat Allah dan mendengar percakapan-Nya, itu nanti di akhirat, sekarang untuk kemanisan dan kelezatan iman kepada Allah gara tauhid menjadi nyata terang benderang.
"Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal shalih, maka mereka itu Allah akan tukarkan kejahatan-kejahatan mereka kepada kebaikan-kebaikan." (Q.S. Al-Furqaan : 70).
Kemudian pekerja haji itu di bebaskan daripada semua perbuatan yang dari dirinya dan bebas daripada ketakutan dan dukacita. "KetahuiIah, sesungguhnya pembantu-pembantu Allah, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak akan mereka berdukacita." (Q.S. Yunus : 62). Akhirnya, tawaf selamat tinggal di lakukan dengan mengucapkan semua nama-nama illahi, kemudian para pekerja haji kembali ke rumahnya, ke tempat asalnya, bumi suci, di mana Allah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan paling indah, ketika kembalinya itu dia mengucapkan nama kedua belas "SAMAD", perbendaharaan yang darinya untuk semua keperluan makhluk di bekalkan kelak.
Itu adalah alam kehampiran dengan Allah. muraqabah, itulah tempat kediaman pekerja haji batin dan ke sanalah mereka kembali, hanya itulah yang dapat di ceritakan sekadar lidah mampu ucapkan dan akal mampu terima, selepas itu, tiada berita yang bisa di beri lebih daripada itu, tidak bisa di saksikan, tidak di mengerti, tidak mampu di fikir atau di terangkan.

Nabi Saw bersabda, "Ada ilmu yang tinggal tetap seumpama khazanah yang tertanam, tiada siapa yang bisa mengetahuinya dan tiada siapa bisa mendapatkannya melainkan mereka yang menerima ilmu ilIahi, tetapi bila di perdengarkan kewujudan ilmu demikian, yang ikhlas tidak menafikannya."

Manusia yang memiliki pengetahuan biasa mengumpulkan apa yang bisa di kumpulkan di permukaan, orang yang memiliki ilmu ketuhanan mengeluarkan dasarnya.
Hikmah kebijaksanaan orang arif adalah sebenar-benar rahasia bagi Allah Yang Maha Tinggi, tiada siapa yang tahu apa yang Dia tahu kecuali Dia sendiri. "Sedang mereka tidak meliputi (sedikit pun) daripada ilmu-Nya, kecuali apa yang di kehendaki-Nya, pengetahuan-Nya meliputi langit-langit dan bumi dan memelihara keduanya tidaklah berat bagi-Nya." (Q.S. Al-Baqarah : 255).
Mereka yang di rahmati, yang di karuniakan sebagian ilmu-Nya, adalah nabi-nabi dan kekasih-Nya yang berjuang untuk datang hampir kepada-Nya. Allah berfirman : "Dia mengetahui rahasia dan yang Iebih tersembunyi." (Q.S. Tha Haa : 7). "Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Kepunyaan-Nya nama-nama yang sangat baik." (Q.S. Tha Haa : 8). Dan Allah paling mengetahui atas segala-galanya.

Posting Komentar untuk "PENERAPAN DAN PEMBELAJARAN PELAKSANAAN HAJI HAKIKAT MELALUI MURAQABAH"