MURSHID AT-TABARRUK
Murshid ini berada pada tingkat pertama dan di perkenankan untuk mengajari dan menaruh talqin dzikir pada para jama'ah. Dia juga mengajarkan untuk selalu mengingat dan menyeru Allah dan bagaimana untuk mengikuti perintah Allah. Dia memberi sekalian jama'ah langkah pertama pada jalan thariqat, seperti anak kecil yang kata pertamanya adalah “mak atau ayah,” lalu anda menyeru (memanggil) pada siapa yang pertama kali anda cintai, jadi dia mengajar anda bagaimana mengatakan “Allah” dan untuk membangun hubungan itu antara jantung jasmani dan rohani. Dengan pembacaan do'a dan wirid dzikir, anda akan melihat atau mengenali tanda-tanda Allah, jika anda tidak melihat mereka secara bathiniah, anda belum mencapai tahap yang murshid itu dan mencoba menunjukkan kepada anda, dia harus menaruh pada lidahmu sultannya dzikir yang di gambarkan di dalam Al-Qur‘an. Dia akan menaruh pembacaan Al-Qur’an dan asma Allah dan arah kepada Nabi Saw, yaitu bagaimana membaca shalawat yang sesuai dengan kebutuhan pribadi, untuk mencapai hadhirat dan syafa'at Nabi Muhammad Saw.
Pembacaan shalawat berbeda-beda dari seorang kepada orang lainnya, mereka memberi tahu anda mana asma Allah yang di baca dan bagaimana membaca shalawat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anda pertama kalinya. Murshid At-Tabarruk harus memiliki pengetahuan dan kuasa dari Murshid At-Tarbiya dalam hal mengajarkan dzikir ala thariqat kepada Allah, baik yang terucap ataupun yang di bathin. Dia harus tahu dzikir setiap makhluq yang ada, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.
Dia juga tahu apa yang di butuhkan tubuh anda untuk membaca tasbih, karena setiap sel dalam tubuh anda memiliki tasbih tertentu.
Murshid ini mengetahui bahasa apa dan tasbih jenis apa yang di buat bagi setiap makhluq, mendengarkannya secara serentak, namun mereka tidak menjadi tertumpang-tindih atau membingungkan.
Dia tahu semua tasbih untuk muslim dan non-muslim, karena tubuh mereka membuat tasbih tanpa memandang apakah tubuh dan pikirannya menerima Islam.
Dia menerima dari Nabi Saw ilmu (syari'at) tentang informasi yang tepat (presisi) tentang apa yang di perbuat oleh setiap makhluq yang hidup dan tidak hidup, baik yang di dunia dan di barzakh.
Dia juga tahu benar tentang jin dan kelebihan yang di berikan kepada mereka dari Allah dan atau hukumamnya.
Dia tahu secara tepat bagaimana setiap insan dan jin dapat memperoleh ridha Allah, termasuk amal apa yang tepat bagi seseorang dalam membuka pintu untuk mencapai kemanisan dzikir.
Dia akan tahu tasbih apa yang di perlukan murid untuk tubuhnya dan untuk jiwanya, secara terpisah.
Murshid at-Tabarruk tahu nama semua manusia sepanjang penciptaan, sebagaimana yang di ajarkan kepada Adam As dan di contohkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di mana Allah bertanya kepada Malaikat apakah mereka tahu semua nama ciptaan, namun mereka tidak mengetahuinya, ketika Dia bertanya kepada Adam As, dia membaca semua nama ciptaan satu persatu, ketika di lakukan (pembacaan) itu, setiap bentuk spiritual mereka muncul di depan Adam As, Murshid ini tentu telah mewarisi kuasa itu dari Adam As sebagaimana pada tingkatan maqam pertama pada dzikir idzmuzzat.
Dia harus tahu para malaikat dari setiap makhluq ciptaan Allah, termasuk mereka yang mencatat amal baik dan buruk, demikian juga mereka yang memonitor jumlah makanan yang anda lahap dalam praktek ibadah dzikir.
Dia harus tahu semua malaikat yang melayani manusia.
Dia harus tahu berbagai giliran malaikat yang turun, mereka yang turun sepuluh menit sebelum Fajr, sebelum Maghrib dan antara Maghrib dan lsha'. Para malaikat ini yang datang pada gilirannya mengharapkan murid untuk melaksanakan wirid yang di wajibkan dari Murshidnya.
Mereka mengharap melihat murid terlibat dalam praktek ini ketika mereka turun kedunia, agar supaya dapat meneruskan cahaya dan hubungan syurgawi yang mereka miliki, jika jama'ah itu tidak sedang melaksanakan kewajiban wiridnya itu dalam masa waktu khusus ini, malaikat tidak dapat mencerahkan atau menyalakan jantungnya, pada dasarnya, jama'ah yang tidak melakukan wiridnya adalah seperti keledai, sebagai balasan dari memelihara kewajiban hariannya, jama'ah dapat mengandalkan perlindungan Murshid nya dan mendapat jaminan sambungannya kepada Allah melalui amalan wirid atau dzikir.
Pertalian kontak ini harus ada agar supaya Murshid menyerahkan jama'ah itu kepada tahap kedua, yakni kepada Murshid At-Tazkiyya. Tahap pertama ini di mulai dengan membaca sehari-hari dalam sehari semalam sekurang-kurangnya sebanyak 5,000 kali “Allah, Allah" dan membaca 500 kali shalawat dalam cara atau model yang telah di rumuskan bagi murid per-individu jama'ah.
Tahap berikutnya adalah membaca dalam sehari-hari sekurang-kurangnya dalam sehari semalam sebanyak 24,000 kali “Allah, Allah” dan 5,000 kali shalawat, ini baru tahap pertama dari tujuh belas tahap yang berbeda dari Murshid At-Tabarruk dan berhenti sampai di tahap satu ini karena dia berkata, bahwa pikiran (pemikiran) orang-orang tidak dapat membawa lebih dari pada itu. Setelah semua tujuh belas tahap berikut nya adalah tahap Murshid At-Tazkiyya.
Dalam mata rantai Thariqat Naqsyabandi selain mata rantai emas kita, mungkin terdapat pribadi yang berbeda untuk mengisi masing-masing setiap posisi dari empat tahapan ini, dalam banyak kasus, seorang syeikh hanya dapat memanggul dua sampai tiga tahapan sebelum syeikh lainnya mengambil alih secara fisik, namun dalam mata rantai emas, terlihat syeikh zaman sekarang ini sudah berbeda tingkatan mata pelajarannya terhadap para jama'ah, mereka ini sekarang malah memiliki otoritas penuh dan kuasa untuk mengatur kesemua empat tahapan murshid untuk setiap jama'ah, itulah sebabnya sekali seseorang mengambil bai’at dalam thariqat kita, mereka tidak akan pernah membutuhkan Murshid yang empat itu.
Instruksi paling penting adalah, jika seseorang melaksanakan atau menyelesaikan tiga amalan ini secara tekun, Allah akan mengirim rahmat-Nya, yang akan membawa jama'ah itu ke pengenalan hadhirat Ilahi! Dia akan melakukan ini untuk kita karena kita mematuhi Allah dengan mematuhi petunjuk yang di ajarkan oleh syeikh kita dan Rahmat-Nya Allah adalah tak terbatas buat kita sekalian para jama'ah yang melaksanakan amalan ini.
Pembacaan shalawat berbeda-beda dari seorang kepada orang lainnya, mereka memberi tahu anda mana asma Allah yang di baca dan bagaimana membaca shalawat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anda pertama kalinya. Murshid At-Tabarruk harus memiliki pengetahuan dan kuasa dari Murshid At-Tarbiya dalam hal mengajarkan dzikir ala thariqat kepada Allah, baik yang terucap ataupun yang di bathin. Dia harus tahu dzikir setiap makhluq yang ada, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.
Dia juga tahu apa yang di butuhkan tubuh anda untuk membaca tasbih, karena setiap sel dalam tubuh anda memiliki tasbih tertentu.
Murshid ini mengetahui bahasa apa dan tasbih jenis apa yang di buat bagi setiap makhluq, mendengarkannya secara serentak, namun mereka tidak menjadi tertumpang-tindih atau membingungkan.
Dia tahu semua tasbih untuk muslim dan non-muslim, karena tubuh mereka membuat tasbih tanpa memandang apakah tubuh dan pikirannya menerima Islam.
Dia menerima dari Nabi Saw ilmu (syari'at) tentang informasi yang tepat (presisi) tentang apa yang di perbuat oleh setiap makhluq yang hidup dan tidak hidup, baik yang di dunia dan di barzakh.
Dia juga tahu benar tentang jin dan kelebihan yang di berikan kepada mereka dari Allah dan atau hukumamnya.
Dia tahu secara tepat bagaimana setiap insan dan jin dapat memperoleh ridha Allah, termasuk amal apa yang tepat bagi seseorang dalam membuka pintu untuk mencapai kemanisan dzikir.
Dia akan tahu tasbih apa yang di perlukan murid untuk tubuhnya dan untuk jiwanya, secara terpisah.
Murshid at-Tabarruk tahu nama semua manusia sepanjang penciptaan, sebagaimana yang di ajarkan kepada Adam As dan di contohkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di mana Allah bertanya kepada Malaikat apakah mereka tahu semua nama ciptaan, namun mereka tidak mengetahuinya, ketika Dia bertanya kepada Adam As, dia membaca semua nama ciptaan satu persatu, ketika di lakukan (pembacaan) itu, setiap bentuk spiritual mereka muncul di depan Adam As, Murshid ini tentu telah mewarisi kuasa itu dari Adam As sebagaimana pada tingkatan maqam pertama pada dzikir idzmuzzat.
Dia harus tahu para malaikat dari setiap makhluq ciptaan Allah, termasuk mereka yang mencatat amal baik dan buruk, demikian juga mereka yang memonitor jumlah makanan yang anda lahap dalam praktek ibadah dzikir.
Dia harus tahu semua malaikat yang melayani manusia.
Dia harus tahu berbagai giliran malaikat yang turun, mereka yang turun sepuluh menit sebelum Fajr, sebelum Maghrib dan antara Maghrib dan lsha'. Para malaikat ini yang datang pada gilirannya mengharapkan murid untuk melaksanakan wirid yang di wajibkan dari Murshidnya.
Mereka mengharap melihat murid terlibat dalam praktek ini ketika mereka turun kedunia, agar supaya dapat meneruskan cahaya dan hubungan syurgawi yang mereka miliki, jika jama'ah itu tidak sedang melaksanakan kewajiban wiridnya itu dalam masa waktu khusus ini, malaikat tidak dapat mencerahkan atau menyalakan jantungnya, pada dasarnya, jama'ah yang tidak melakukan wiridnya adalah seperti keledai, sebagai balasan dari memelihara kewajiban hariannya, jama'ah dapat mengandalkan perlindungan Murshid nya dan mendapat jaminan sambungannya kepada Allah melalui amalan wirid atau dzikir.
Pertalian kontak ini harus ada agar supaya Murshid menyerahkan jama'ah itu kepada tahap kedua, yakni kepada Murshid At-Tazkiyya. Tahap pertama ini di mulai dengan membaca sehari-hari dalam sehari semalam sekurang-kurangnya sebanyak 5,000 kali “Allah, Allah" dan membaca 500 kali shalawat dalam cara atau model yang telah di rumuskan bagi murid per-individu jama'ah.
Tahap berikutnya adalah membaca dalam sehari-hari sekurang-kurangnya dalam sehari semalam sebanyak 24,000 kali “Allah, Allah” dan 5,000 kali shalawat, ini baru tahap pertama dari tujuh belas tahap yang berbeda dari Murshid At-Tabarruk dan berhenti sampai di tahap satu ini karena dia berkata, bahwa pikiran (pemikiran) orang-orang tidak dapat membawa lebih dari pada itu. Setelah semua tujuh belas tahap berikut nya adalah tahap Murshid At-Tazkiyya.
Dalam mata rantai Thariqat Naqsyabandi selain mata rantai emas kita, mungkin terdapat pribadi yang berbeda untuk mengisi masing-masing setiap posisi dari empat tahapan ini, dalam banyak kasus, seorang syeikh hanya dapat memanggul dua sampai tiga tahapan sebelum syeikh lainnya mengambil alih secara fisik, namun dalam mata rantai emas, terlihat syeikh zaman sekarang ini sudah berbeda tingkatan mata pelajarannya terhadap para jama'ah, mereka ini sekarang malah memiliki otoritas penuh dan kuasa untuk mengatur kesemua empat tahapan murshid untuk setiap jama'ah, itulah sebabnya sekali seseorang mengambil bai’at dalam thariqat kita, mereka tidak akan pernah membutuhkan Murshid yang empat itu.
Instruksi paling penting adalah, jika seseorang melaksanakan atau menyelesaikan tiga amalan ini secara tekun, Allah akan mengirim rahmat-Nya, yang akan membawa jama'ah itu ke pengenalan hadhirat Ilahi! Dia akan melakukan ini untuk kita karena kita mematuhi Allah dengan mematuhi petunjuk yang di ajarkan oleh syeikh kita dan Rahmat-Nya Allah adalah tak terbatas buat kita sekalian para jama'ah yang melaksanakan amalan ini.
Posting Komentar untuk "MURSHID AT-TABARRUK"
Terimakasih atas kunjungan anda...