Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

MENUNDA SHALAT MEMBUAT SIRNA HARAPAN

Sekilas kita perhatikan musnahnya harapan dan nilai dalam pelaksanaan shalat bagi kaum muslimin, baik dalam kaifiyat pelaksanaannya maupun menjaga waktu-waktunya, sebagian kaum muslimin, ada yang memperbanyak jumlahnya hingga di luar ketentuan syari'at, atau justru merasa berat dalam pelaksanaannya, sehingga menganggapnya sebagai beban berat yang harus di pikul dan menjadikannya bagaikan sembahyangnya umat Nasrani atau Yahudi yang cukup di pendekkan saja dalam satu hari dan kurun waktu tertentu dalam seminggunya, ini suatu pandangan yang keliru, bukan demikian yang di harapkan Allah dari kaum muslimin, sebab Dia berkehendak merahmati, memuliakan dan memberikan keutamaan pada mereka.
Orang tidak mampu memenuhi kriteria dalam melaksanakan shalat, kecuali bagi yang memahami dan menghayati makna yang tersirat di balik shalat-shalat tersebut, yaitu, adanya kebaikan-kebaikan di dunia maupun di akhirat kelak, pada pembahasan di awal, masalah ini telah kami uraikan, manusia senantiasa berada dalam konfrontasi hebat melawan syetan beserta konco-konconya pada pergolakan antara mempertahankan kebaikan dan melawan kejahatan di satu sisi menurut kita, sebaliknya di sisi lain menuruti kemauan syetan. Shalat lima waktu yang waktunya terbagi pada waktu subuh, siang, sore, malam, ibarat terminal-terminal tempat berpangkalnya rohani, atau bagai minuman segar pelepas dahaga untuk mengobati kegundahan jiwa yang berasal dari sisi Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, yang demikian itu pantas untuk di jadikan pelindung bagi kita dari batu ujian hidup, membentengi kita dari ketergelinciran sehingga tidak perlu memulai meniti jalan yang lurus, kedisiplinan itu telah menghimpun kita dari shalat yang satu ke shalat berikutnya, tidak demikian halnya dengan mereka yang melalaikan shalatnya atau bagi mereka yang melaksanakannya namun tidak pada waktunya atau melaksanakannya dengan tidak khusyu dan tanpa kehadiran hati ketika shalat, maka, kesempatan ini akan di jadikan peluang oleh syetan untuk sedikit demi sedikit menjauhkan kita dari jalan yang lurus.
Sejalan dengan itu, jika waktu shalat yang lima kali sehari telah kita lenakan dan kita biarkan menggilas kita dalam perhitungan, maka kita dapati tidak sebatas sepersepuluh waktu sehari semalam saja, melainkan memberi peluang besar bagi syetan untuk melemahkan sendi-sendi keampuhan yang dapat menghalangi cita-cita dan harapan suci serta dapat memengaruhi seseorang untuk sama sekali meninggalkan kewajiban shalatnya.
Alhasil, bagi siapa yang menghidupkan hakikat shalat dari kehidupan di clalam mihrabnya, maka ia akan merasakan nikmatnya iman dan kelezatan suatu ketaatan, tidak menunda-nunda waktu pelaksanaan atau memberatkannya, menjadikan shalat bagian dari hidupnya, menanti harapan tibanya waktu untuk bercumbu rayu karena bahagia berjumpa dengan Allah serta bersimpuh di bawah kekuasaan-Nya.
Berbeda sekali jika kita melihat sikap kaum munafik dalam menghadapi tibanya waktu shalat, bermalas-malas, menunda-nunda waktu, atau rnerasa berat melaksanakannya, sebagaimana di sebutkan dalam ayat,"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk bershalat, mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali." (Q.S. An-Nisaa‘ : 142). Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda,"Tidak ada shalat yang terberat atas diri orang munafik dari shalat subuh dan isya, andaikan mereka mengetahui di dalam kedua shalat tersebut terdapat kebaikan-kebaikan, pastilah akan mendatanginya (melakukan dengan baik) meskipun harus merangkak." (H.R Muttafaq ’alaih). Syetan itu tidak pernah letih dan bosan untuk berusaha membujuk rayu seseorang agar merasa berat di dalam menunaikan shalat, sehingga lebih mementingkan kesibukan urusan dunianya dan justru merusak nilai shalat itu sendiri atau merendahkan kepentingan shalat dengan kesibukan urusan duniawi. Allah berfirman,"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan yang demikian itu karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau menggunakan akaI." (Q.S. Al-Maa‘idah : 58).
Dalam masalah ini, dapat kita petik hikmah kandungan ayat Al-Muddatstsir : 38-48, mengisahkan kesaksian manusia di hadapan Allah pada hari kiamat yang di nyatakan sebagai berikut : "Tiap-tiap diri manusia bertanggungjawab atas apa yang telah di perbuatnya kecuali golongan kanan, mereka berada di dalam syurga, mereka tanya-menanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam neraka Saqar? Mereka menjawab,"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak pula memberi makan orang miskin dan kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan kami mendustakan hari pembaIasan, hingga datang kepada kami kematian, maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dan orang-orang yang memberikan syafa'at." (Q.S. Al-Muddatstsir : 38-48). Adapun di tempat persaksian lain, di sana syetan berada di tengah-tengah api neraka jahannam, ia berdiri berkhutbah di hadapan rrmnusia yang telah ia sesatkan itu. Berkatalah syetan tatkala perkara (hisab) telah di seIesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tempat akan menyalahinya, sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku atasmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. "Sesungguhnya orang-orang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (Q.S. Ibrahim : 22).
Shalat lima kali sesuai dengan waktunya beserta jumlah raka'atnya merupakan suatu keharusan ruhaniah jasmaniah, di mana Allah telah mensyari'atkannya. Dia tidak sekedar dokter jiwa, bahkan Dia Penciptanya Yang Maha Mengetahui dan Pembuat kebijaksanaan juga, oleh karena itu, wajib bagi kita untuk iman dan khudhu' terhadap hukum-hukum dan syari'at-Nya, berpegang teguh pada perintah-Nya, harus rnemperhatikan dan memelihara waktu-waktunya, baik yang tidak di ketahui kandungan rahasianya maupun segala sesuatu yang tampak menyangkut seluruh aspek, semua yang telah Dia turunkan kepada kita berupa berkah dan rahmat-Nya dan segala yang menjadi kewajiban bagi kita, yaitu beribadah hanya kepada-Nya untuk menentang segala bentuk sesembahan terhadap matahari, bintang-bintang, batu-batu besar dan juga api kecuali hanya kepada Allah. Allah berfirman,"Musa berkata,"Tuhan kami adalah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap sasuatu bentuk kejadian, kemudian memberinya petunjuk." (Q.S. Thaahaa : 50).

Posting Komentar untuk "MENUNDA SHALAT MEMBUAT SIRNA HARAPAN"