MAKNA MURAQABAH (PENJAGAAN)
Praktik sufi yang sangat penting dalam praktiknya adalah penjagaan, kata Arabnya muraqabah, hal ini di prakfikkan agar dapat menyaksikan dan menghaluskan keadaan diri sendiri, dengan praktik muraqabah timbul kepekaan yang kian lama kian besar yang menghasilkan kemampuan untuk menyaksikan “pembukaan" di dalam hasil ibadah. Muraqabah yang terkonsentrasi dan maju terjadi dalam pengasingan diri (khalwat), selama pengasingan dan ketika “pembukaan" yang sesungguhnya terjadi, si pencari akan menerima kekosongan dan ketidak terbatasan waktu yang luas dalam dirinya, ini merupakan kulminasi, boleh di katakan, dari kesadaran diri dan keterjagaan diri serta awal dari apa yang di pandang sebagai proses pembangunan makrifat atau pencerahan, maksud dari semua ini adalah bahwa orang itu sadar setiap waktu tentang keadaan di dalam batin yang tak terlukiskan, yang tak ada batasnya.
Makna Pengasingan Diri (Khalwat)
Sering praktik khalwat di padu dengan praktik spiritual lain yang di tetapkan selama empat puluh hari, mengapa empat puluh hari? Dalam dunia alamiah, terdapat banyak hukum alam, sebagian di antaranya berjalan menurut siklus juga terdapat banyak hukum biologi, seperti hukum-hukum yang mengatur perkembangbiakan dan pemberian makanan, yang mengikuti suatu ritme tertentu dan siklus waktu, dalam hal makanan rohani atau rehabilitasi, ada pula tempo dan frekuensi optimum.
Dalam tradisi praktik khalwat, sufi sering kita dapati waktu pengasingan diri di tetapkan oleh guru rohani bagi muridnya, biasanya untuk jangka waktu empat puluh hari, atau sepuluh hari, atau tujuh atau tiga hari dan sebagainya, misalnya, untuk waktu khalwat selama bulan Ramadhan, hendaknya seseorang menyendiri (berkhalwat) di masjid sedikitnya selama tiga hari dan biasanya sepuluh hari. Syeikh sufi menyuruh seseorang pencari untuk berkhalwat apabila tubuh, pikiran dan hatinya telah sepenuhnya siap untuk itu. Kata Arab untuk pengasingan diri adalah khalwah (khalwat), begitu memasuki khalwat, tujuannya adalah dengan cara dzikrullah dan berjaga untuk rneninggalkan semua pikiran dan melalui pemusatan pikiran ke satu titik mengalami kasadaran yang murni, selama khalwatnya seorang murid, makannya harus di atur dengan cermat oleh syeikh, demikian pula keadaan mental, emosi dan rohaninya senantiasa di awasi.
Pengasingan spiritual dan dzikrullah tidak akan bermanfaat apabila si pencari tidak siap meninggalkan semua aspek kemakhlukkan, salah satu bentuk pengasingan spiritual jangka waktunya adalah empat puluh hari sekali khalwat, di katakan bahwa bila seseorang telah siap untuk di kurung selama empat puluh hari, suatu terobosan atau pembukaan dapat tercapai lebih awal, sebelum genap ernpat puluh hari, jangka waktu khalwat yang di sebutkan dalam Al-Qur'an sehubungan dcngan Nabi Musa As adalah suatu janji karena Allah selama empat puluh hari (Q.S. 2 : 251), di mulai tiga puluh hari lalu di tambah sepuluh hari (Q.S.7 : 142). Nabi Zakaria As di perintahkan untuk tidak berbicara selama tiga hari (Q.S. 19 :10). Nabi Muhammad Saw di tanya : "Berapa hari seseorang harus bertaubat agar di ampuni (yakni sadar akan hakikat)?" Nabi Saw menjawab, "Setahun sebelum mati sudah cukup." Kemudian beliau segera berkata, “Setahun terlalu lama, sebulan sebelum mati cukuplah." Kemudian beliau berkata, “Sebulan terlalu lama.” Kemudian beliau terus berkata semakin mengurangi jangka waktunya, sampai beliau berkata, “Langsung taubat, juga cukup."
Praktik-Praktik Sufi Lainnya
Banyak syeikh sufi dan orang suci telah mengajukan do'a, wirid dan bacaan-bacaan yang membantu si pen cari untuk menyucikan dan mengangkat dirinya, lingkaran dan pertemuan dzikrullah di selenggarakan untuk membantu menyucikan diri dengan jalan meninggalkan pikiran dan perhatian pada urusan duniawi, banyak bantuan datang melalui konsentrasi pada bunyi khusus yang spesifik secara berulang-ulang, energi yang memancar dari kehadiran banyak orang dalam suatu lingkaran dzikrullah menciptakan “pembukaan" ke “hati" dan menghasilkan rasa riang dalarn diri para pencari.
Hadhrah yang biasanya melibatkan seruan atas sifat-sifat Allah yang Maha Hidup (Al-Hayyu), dapat di lakukan sambil berdiri, berirama dan bergoyang dalam kelompok-kelompok, sebagian kelompok berdiri melingkar, sebagian berdiri dalam barisan dan sebagian duduk berbaris atau melingkar, pria di satu kelompok dan wanita di kelompok lain yang terpisah. Sebagian sufi telah mengambil praktik-praktik dari Asia dan Afrika dan menginovasi berbagai cara dan sarana dalam menggunakannya sesuai dengan kebutuhan khusus mereka, misalnya, beberapa sufi, terutama para anggota thariqat Naqsyabandi, menggunakan latihan pernapasan dan penarikan nafas panjang secara intensif, yang menambah aliran oksigen kedalam perEdaran darah. Praktik-praktik ini sangat menyerupai praktik yang di lakukan para yogi di India, sebagian dari praktik-praktik ini terbuka bagi umum, sedang yang lainnya hanya di maksudkan bagi para pemula dan para pencari yang dekat, sering mereka mengeluarkan anak-anak dan orang-orang yang sangat muda, praktisnya, dalam semua kasus, pria dan wanita di pisahkan, sehingga tak ada energi pengganggu yang menyebabkan penyimpangan perhatian.
Gerak berputarnya para darwis merupakan praktik aneh lainnya, prinsip di balik gerakan ini adalah bahwa bentuk lahiriahlah yang dapat di biarkan untuk berkelana dan berputar, sedangkan sentralitas batin dan perasaan yang mendalam tetap hening dan kokoh, persis seperti benar-benar heningnya inti sentral dari puncak yang sedang berputar. Gaya berputar di kuasai oleh Maulana Jalaluddin Rumi, yang biasa di lakukan sambil mengelilingi sebatang pohon, efeknya adalah mencapai pemusatan ke satu titik dengan mempersatukan dua realitas yang saling berlawanan, berputar secara lahifiah, diam secara batiniah, dalam satu wujud, selama berputar, perhatian harus di arahkan ke dalam menuju “hati” dan sesuai dengan itu kepada Allah, karena apabila ia di arahkan keluar, orang yang berputar akan segera pusing. Berputar dapat menimbulkan keadaan asyik masyuk apabila di lakukan di bawah pengawasan dan tuntunan yang benar dari syeikh sufi, para anggota Thariqat Rifa’iyah menunjukkan suatu fenomena fisik yang agak spektakuler dan aneh, yang tak mudah di jelaskan, salah satu praktik itu adalah menusuk tubuh dengan pedang tanpa mengeluarkan darah dan nampaknya tanpa rasa sakit, yang di lakukan sementara dalam keadaan fly.
Persepsi dan pengalaman seseorang dalam suatu keadaan ter-transformasi sangat berbeda dengan pengalaman dalam kesadaran normal, kebanyakan thariqat sufi mempraktikkan dzikrullah dengan berirama atau menyanyi, dengan sekali-sekali menggunakan instrumen rnusik, terutama genderang, musik telah memasuki praktik thariqat sufi secara sangat terbatas dan sering untuk jangka waktu sementara di bawah tuntunan seorang syeikh sufi, di anak benua India, kaum sufi mendapatkan bahwa orang Hindu sangat menyukai musik, sehingga mereka pun menggunakan musik untuk membawa mereka kejalan kesadaran diri, dzikrullah dan kebebasan yang menggembirakan, maka walaupun peralatan musik di gunakan untuk maksud dan tujuan itu, namun pada umumnya mereka di anggap sebagai penghalang yang tak perlu.
Kebanyakan bait-bait yang di nyanyikan adalah mengenai jalan rohani dan tak ada hubungannya dengan nyanyian biasa, sering merupakan gambaran tentang bagaimana membebaskan diri dari belenggunya sendiri dan bagaimana agar terbangun.
Jadi, nyanyian dan tarian sufi merupakan bagian dari praktik menumpahkan kecemasan duniawi dan menimbulkan kepekaan dalam diri dengan cara sama' (mendengar), dalam konteks sufi, sama' ini artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan musik atau nyanyian yang di maksudkan untuk peningkatan rohani dan pensuciaan diri, tidak ada arti lain yang di kandung semua praktik ini selain menimbulkan suatu keadaan netral dalam diri sendiri dan pembukaan hati dan tidak di lakukan demi hiburan sebagaimana musik biasa yang ritmis dan menggairahkan secara fisik.
Tarian itu adalah untuk Allah, bukan untuk orang lain, sering kita dapati, bahwa bilamana seorang syeikh sufi sejati tidak hadir, musik dan nyanyian tak dapat di kendalikan lagi dan melenceng dari tujuan yang di niatkan, musik adalah alat dan bila di pegang oleh orang yang tahu bagaimana menggunakannya, akan bermanfaat untuk tujuan yang di niatkan, apabila sebaliknya, maka ia bisa lepas kendali dan menyebabkan kerusakan.
Makna Pengasingan Diri (Khalwat)
Sering praktik khalwat di padu dengan praktik spiritual lain yang di tetapkan selama empat puluh hari, mengapa empat puluh hari? Dalam dunia alamiah, terdapat banyak hukum alam, sebagian di antaranya berjalan menurut siklus juga terdapat banyak hukum biologi, seperti hukum-hukum yang mengatur perkembangbiakan dan pemberian makanan, yang mengikuti suatu ritme tertentu dan siklus waktu, dalam hal makanan rohani atau rehabilitasi, ada pula tempo dan frekuensi optimum.
Dalam tradisi praktik khalwat, sufi sering kita dapati waktu pengasingan diri di tetapkan oleh guru rohani bagi muridnya, biasanya untuk jangka waktu empat puluh hari, atau sepuluh hari, atau tujuh atau tiga hari dan sebagainya, misalnya, untuk waktu khalwat selama bulan Ramadhan, hendaknya seseorang menyendiri (berkhalwat) di masjid sedikitnya selama tiga hari dan biasanya sepuluh hari. Syeikh sufi menyuruh seseorang pencari untuk berkhalwat apabila tubuh, pikiran dan hatinya telah sepenuhnya siap untuk itu. Kata Arab untuk pengasingan diri adalah khalwah (khalwat), begitu memasuki khalwat, tujuannya adalah dengan cara dzikrullah dan berjaga untuk rneninggalkan semua pikiran dan melalui pemusatan pikiran ke satu titik mengalami kasadaran yang murni, selama khalwatnya seorang murid, makannya harus di atur dengan cermat oleh syeikh, demikian pula keadaan mental, emosi dan rohaninya senantiasa di awasi.
Pengasingan spiritual dan dzikrullah tidak akan bermanfaat apabila si pencari tidak siap meninggalkan semua aspek kemakhlukkan, salah satu bentuk pengasingan spiritual jangka waktunya adalah empat puluh hari sekali khalwat, di katakan bahwa bila seseorang telah siap untuk di kurung selama empat puluh hari, suatu terobosan atau pembukaan dapat tercapai lebih awal, sebelum genap ernpat puluh hari, jangka waktu khalwat yang di sebutkan dalam Al-Qur'an sehubungan dcngan Nabi Musa As adalah suatu janji karena Allah selama empat puluh hari (Q.S. 2 : 251), di mulai tiga puluh hari lalu di tambah sepuluh hari (Q.S.7 : 142). Nabi Zakaria As di perintahkan untuk tidak berbicara selama tiga hari (Q.S. 19 :10). Nabi Muhammad Saw di tanya : "Berapa hari seseorang harus bertaubat agar di ampuni (yakni sadar akan hakikat)?" Nabi Saw menjawab, "Setahun sebelum mati sudah cukup." Kemudian beliau segera berkata, “Setahun terlalu lama, sebulan sebelum mati cukuplah." Kemudian beliau berkata, “Sebulan terlalu lama.” Kemudian beliau terus berkata semakin mengurangi jangka waktunya, sampai beliau berkata, “Langsung taubat, juga cukup."
Praktik-Praktik Sufi Lainnya
Banyak syeikh sufi dan orang suci telah mengajukan do'a, wirid dan bacaan-bacaan yang membantu si pen cari untuk menyucikan dan mengangkat dirinya, lingkaran dan pertemuan dzikrullah di selenggarakan untuk membantu menyucikan diri dengan jalan meninggalkan pikiran dan perhatian pada urusan duniawi, banyak bantuan datang melalui konsentrasi pada bunyi khusus yang spesifik secara berulang-ulang, energi yang memancar dari kehadiran banyak orang dalam suatu lingkaran dzikrullah menciptakan “pembukaan" ke “hati" dan menghasilkan rasa riang dalarn diri para pencari.
Masing-masing guru spiritual, sesuai dengan keadaan dan waktunya, telah rnenghasilkein berbagai obat untuk mengobati penyakit-penyakit hati, beberapa syeikh telah mengetahui, bahwa praktik hadhrah adalah metode yang bermanfaat untuk memungkinkan “pembukaan" ke “hati”. Kata Arab "Hadhrah" biasanya di definisikan sebagai “tarian sufi" dalam konsteks ini, tetapi secara harfiah hadhrah berarti kehadiran, karena orang yang melakukan hadhrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah yang senantiasa hadir dan senantiasa meliputi.
Hadhrah yang biasanya melibatkan seruan atas sifat-sifat Allah yang Maha Hidup (Al-Hayyu), dapat di lakukan sambil berdiri, berirama dan bergoyang dalam kelompok-kelompok, sebagian kelompok berdiri melingkar, sebagian berdiri dalam barisan dan sebagian duduk berbaris atau melingkar, pria di satu kelompok dan wanita di kelompok lain yang terpisah. Sebagian sufi telah mengambil praktik-praktik dari Asia dan Afrika dan menginovasi berbagai cara dan sarana dalam menggunakannya sesuai dengan kebutuhan khusus mereka, misalnya, beberapa sufi, terutama para anggota thariqat Naqsyabandi, menggunakan latihan pernapasan dan penarikan nafas panjang secara intensif, yang menambah aliran oksigen kedalam perEdaran darah. Praktik-praktik ini sangat menyerupai praktik yang di lakukan para yogi di India, sebagian dari praktik-praktik ini terbuka bagi umum, sedang yang lainnya hanya di maksudkan bagi para pemula dan para pencari yang dekat, sering mereka mengeluarkan anak-anak dan orang-orang yang sangat muda, praktisnya, dalam semua kasus, pria dan wanita di pisahkan, sehingga tak ada energi pengganggu yang menyebabkan penyimpangan perhatian.
Gerak berputarnya para darwis merupakan praktik aneh lainnya, prinsip di balik gerakan ini adalah bahwa bentuk lahiriahlah yang dapat di biarkan untuk berkelana dan berputar, sedangkan sentralitas batin dan perasaan yang mendalam tetap hening dan kokoh, persis seperti benar-benar heningnya inti sentral dari puncak yang sedang berputar. Gaya berputar di kuasai oleh Maulana Jalaluddin Rumi, yang biasa di lakukan sambil mengelilingi sebatang pohon, efeknya adalah mencapai pemusatan ke satu titik dengan mempersatukan dua realitas yang saling berlawanan, berputar secara lahifiah, diam secara batiniah, dalam satu wujud, selama berputar, perhatian harus di arahkan ke dalam menuju “hati” dan sesuai dengan itu kepada Allah, karena apabila ia di arahkan keluar, orang yang berputar akan segera pusing. Berputar dapat menimbulkan keadaan asyik masyuk apabila di lakukan di bawah pengawasan dan tuntunan yang benar dari syeikh sufi, para anggota Thariqat Rifa’iyah menunjukkan suatu fenomena fisik yang agak spektakuler dan aneh, yang tak mudah di jelaskan, salah satu praktik itu adalah menusuk tubuh dengan pedang tanpa mengeluarkan darah dan nampaknya tanpa rasa sakit, yang di lakukan sementara dalam keadaan fly.
Persepsi dan pengalaman seseorang dalam suatu keadaan ter-transformasi sangat berbeda dengan pengalaman dalam kesadaran normal, kebanyakan thariqat sufi mempraktikkan dzikrullah dengan berirama atau menyanyi, dengan sekali-sekali menggunakan instrumen rnusik, terutama genderang, musik telah memasuki praktik thariqat sufi secara sangat terbatas dan sering untuk jangka waktu sementara di bawah tuntunan seorang syeikh sufi, di anak benua India, kaum sufi mendapatkan bahwa orang Hindu sangat menyukai musik, sehingga mereka pun menggunakan musik untuk membawa mereka kejalan kesadaran diri, dzikrullah dan kebebasan yang menggembirakan, maka walaupun peralatan musik di gunakan untuk maksud dan tujuan itu, namun pada umumnya mereka di anggap sebagai penghalang yang tak perlu.
Kebanyakan bait-bait yang di nyanyikan adalah mengenai jalan rohani dan tak ada hubungannya dengan nyanyian biasa, sering merupakan gambaran tentang bagaimana membebaskan diri dari belenggunya sendiri dan bagaimana agar terbangun.
Jadi, nyanyian dan tarian sufi merupakan bagian dari praktik menumpahkan kecemasan duniawi dan menimbulkan kepekaan dalam diri dengan cara sama' (mendengar), dalam konteks sufi, sama' ini artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan musik atau nyanyian yang di maksudkan untuk peningkatan rohani dan pensuciaan diri, tidak ada arti lain yang di kandung semua praktik ini selain menimbulkan suatu keadaan netral dalam diri sendiri dan pembukaan hati dan tidak di lakukan demi hiburan sebagaimana musik biasa yang ritmis dan menggairahkan secara fisik.
Tarian itu adalah untuk Allah, bukan untuk orang lain, sering kita dapati, bahwa bilamana seorang syeikh sufi sejati tidak hadir, musik dan nyanyian tak dapat di kendalikan lagi dan melenceng dari tujuan yang di niatkan, musik adalah alat dan bila di pegang oleh orang yang tahu bagaimana menggunakannya, akan bermanfaat untuk tujuan yang di niatkan, apabila sebaliknya, maka ia bisa lepas kendali dan menyebabkan kerusakan.
Posting Komentar untuk "MAKNA MURAQABAH (PENJAGAAN)"
Terimakasih atas kunjungan anda...