Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

KEROHANIAN PARA SUFI DAN MAKNA TASAWUF DALAM BAHASA KITA

Alam batin sufi di persucikan mereka dengan sengaja melalui amalan-amalan yang mencapai untuk itu dan merupakan suatu ikhtiar bagi seseorang manusia dalam menghadap kepada penciptanya supaya tergolong kepada apa yang di namakan dengan suci lahir dan batin, di terangi oleh cahaya makrifat dalam penyatuan penyembahan dan ke-ESA-an. Apa yang terjadi kepada ahli suluk yang suci adalah pakaian dan kehidupan mereka sangat sederhana dan tampak secara umum "hina”, walaupun mereka kelihatan tidak menarik secara keduniaan, tetapi hikmah kebijaksanaan (makrifat) mereka ternyata pada sifat mereka yang lemah lembut dan halus (sebab mereka menjunjung akhlak), yang menjadikan mereka menarik kepada sesiapa yang mengenali mereka, mereka menjadi contoh kepada alam manusia, mereka berpandukan ilmu ilahi, pada pandangan Tuhan mereka berada pada martabat pertama kemanusiaan, dalam pandangan mereka yang mencari Tuhan, puak sufi ini kelihatan cantik, walaupun pada zahirnya buruk, mereka mesti di kenali dan berupaya mengenali dan mereka dengan mesti dengan cara itu, yaitu satu dan semua, karena mereka semua berada pada makam keesaan dan mesti nyata sebagai satu.

Dalam bahasa Arab perkataan tasawwuf, kerohanian Islam, terdiri daripada empat huruf , yaitu ‘ta’, ‘sin’, ‘wau' dan ‘pa’ (t,s,w,f). Huruf pertama, t, bermaksud taubat , ini adalah Iangkah pertama yang perlu di ambil pada jalan ini, ia adalah seolah-olah dua Iangkah, satu zahir dan satu batin.

Taubat zahir dalam perkataan, perbuatan dan perasaan, menjaga kehidupan agar bebas daripada dosa dan kesalahan dan cenderung untuk berbuat kebaikan dan ketaatan, meninggalkan keingkaran dan penentangan, mencari kesejahteraan dan kedamaian.
Taubat batin di lakukan oleh hati, penyucian hati daripada hawa nafsu duniawi yang huru hara dan hati bulat yang berazam untuk mencapai alam ketuhanan.
 

Taubat dalam mengawasi kesalahan dan meninggalkannya, menyadari kebenaran dan berjuang ke arahnya yang membawa seseorang kepada Iangkah kedua, langkah kedua adalah keadaan aman dan sejahtera, huruf "s" adalah aman dan "S"ejahtera merupakan simbolnya, dalam peringkat ini juga ada dua Iangkah yang perlu di ambil, pertama adalah ke arah kesucian di dalam hati dan kedua ke arah pusat hati, hati yang tenang datang daripada hati yang bebas daripada kesusahan, keresahan yang di sebabkan oleh masalah semua kebendaan ini, masalah makan, minum, tidur, perkataan yang sia-sia.
 

Dunia ini seumpama tenaga tarikan bumi, menarik hati ke bawah dan untuk membebaskan hati daripada masalah tersebut yang menyebabkan berlaku tekankan kepada hati, di sana ada pula ikatan-ikatan hawa nafsu dan kehendak, pemilikan, kasihkan keluarga dan anak-anak yang mengikat hati seni kepada bumi dan menghalangnya terbang tinggi.
 

Cara membebaskan hati, bagi menyucikannya adalah dengan mengingati Allah, pada permulaan ingat ini, berlaku secara luar dan lisan, dengan mengulangi nama-nama Tuhan, menyebutnya selalu sehingga anda dan orang Iain bisa mendengarnya, apabila ingatan kepada-Nya sudah berterusan, ingatan tersebut masuk ke dalam hati dan berlaku otomatis di dalam secara senyap.

Allah berfirman : “Sesungguhnya orang mukmin itu adalah mereka yang apabila di sebut (nama) Allah, takutlah dan hati-hati mereka dan apabila di bacakan ayat-ayat Allah menambah lagi keimanan mereka dan kepada Tuhan merekalah mereka kembaIi.” (Q.S. Al-Anfaal : 2).

Takut kepada Allah dalam ayat tersebut bermaksud takut dan harap, hormat dan kasih akan Allah, dengan ingatan dan ucapan nama-nama Allah hati menjadi jaga dari ketiduran dan kelalaian, menjadi suci bersih dan bersinar, kemudian bentuk dan rupa dari alam ghaib bisa nyata di dalam hati.
Nabi Saw bersabda : “Ahli ilmu zahir mendatangi dan menerkam sesuatu dengan akal fikirannya, sementara ahli ilmu batin sibuk membersihkan dan mengilap hati mereka.” Kesejahteraan pada pusat rahasia bagi hati di perolehi dengan membersihkan hati daripada segala sesuatu dan menyediakannya untuk menerima dzat Allah yang semata-mata adalah memenuhi ruang hati apabila hati sudah di perindahkan dengan kecintaan Allah.
Alat pembersihannya adalah konsisten dalam mengingat dan menyebut di dalam hati, dengan lidah rahasia, akan kalimah tauhid "Laa ilaaha illallaah”.
Bila hati dan pusat hati berada dalam suasana tenang dan damai, maka peringkat kedua yang di simbolkan sebagai huruf ‘s’ selesai.
Huruf ketiga :w"’ bermaksud wilayah, suasana kesucian dan keaslian pencinta-pencinta Allah dan sahabat-sahabat-Nya, keadaan ini bergantung kepada kesucian batin, Allah menggambarkan sahabat-sahabat-Nya dengan firman-Nya : “Ketahuilah, sesungguhnya pembantu-pembantu Allah tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak mereka berdukacita. Bagi merekalah kegembiraan di penghidupan dunia dan akhirat.” (Q.S. Yunus : 62-64). 


Seseorang yang di dalam kesucian, menyadari sepenuhnya tentang Allah, mencintai-Nya dan berhubungan dengan-Nya, hasilnya dia perelok dengan pribadi, akhlak dan perangai yang terbaik, ini merupakan hadiah suci yang di karuniakan kepada mereka. Nabi Saw bersabda,“Perhatikanlah akhlak yang mulia dan berbuatlah sesuai dengannya.” Dalam peringkat ini, orang yang di dalam kesadaran tersebut meninggalkan sifat-sifat keduniaannya, yang sementara dan kelihatanlah dia di liputi oleh sifat-sifat illahi yang suci.
 

Dalam hadis Qudsi Allah berfirman : “Bila Aku kasih akan hamba-Ku, Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, percakapannya, pembimbingnya dan perjaIanannya.” Keluarkan segala-galanya dari hati anda dan biarkan Allah saja yang berada di sana. Dan katakanlah telah datang kebenaran dan telah Ienyap kepalsuan, karena sesungguhnya kepalsuan itu akan lenyap.” (Q.S. Bani Israil : 81). Bila kebenaran telah datang dan kepalsuan telah Ienyap, maka selesailah peringkat wilayah "w".
 

Huruf keempat "f" bermakna fana, lenyap diri sendiri ke dalam ketiadaan, diri yang palsu akan hancur dan hilang apabila sifat-sifat yang suci memasuki seseorang dan apabila sifat-sifat serta kepribadian yang banyak menghalang tempatnya akan di ganti oleh satu saja sifat ke-ESA-an. Dalam kenyataan, hakikat senantiasa hadir, sesunggunya ia tidak hilang dan tidak juga berkurangan, apa yang berlaku adalah orang yang beriman menyadari dan menjadi satu dengan yang menciptakannya, dalam suasana yang berada dengan-Nya, orang yang beriman memperolehi karunia-Nya, manusia yang sementara menemui kewujudan yang sebenar dengan menyadari rahasia abadi, "Semua akan binasa kecuali Wajah-Nya”. (Q.S. Qasas : 88). Cara untuk menyadari hakikat ini adalah melalui anugerah-Nya, dengan kehendak-Nya, bila anda berbuat kebaikan semata-mata karena-Nya dan bersesuaian dengan kehendak-Nya, anda akan menjadi hampir dengan hakikat-Nya, Dzat-Nya, kemudian semua akan lenyap kecuali Yang Esa yang meridhai dan yang Dia di ridhai, bersatu.
 

Perbuatan baik adalah ibu yang melahirkan bayi kebenaran, kehidupan dalam kesadaran bagi manusia yang sebenar-benarnya. “Perkataan yang baik dan perbuatan yang baik naik kepada Allah.” (Q.S. Fatir : 10).
 

Jika seseorang berbuat sesuatu dan jika kewujudannya bukan untuk Allah saja, maka dia mengadakan sekutu bagi Allah, dia meletakkan yang lain pada tempat Allah, dosa yang tidak di ampunkan yang akan memusnahkannya, lambat atau cepat, tetapi bila diri dan kepentingan diri fana, seseorang itu mencapai peringkat bersatu dengan Allah. Allah menggambarkan maqam tersebut, yaitu : “Sesungguhnya orang-orang yang berbakti adalah dalam kebun-kebun dan dekat sungai-sungai. Di tempat duduk kebenaran, di sisi Raja Agung yang sangat berkuasa.” (Q.S. Qamar : 54-55).
 

Tempat itu adalah tempat bagi hakikat yang penting, hakikat kepada hakikat-hakikat, tempat penyatuan dan ke-ESA-an, ia adalah tempat yang di sediakan untuk nabi-nabi, untuk mereka yang di kasihi oleh Allah, untuk para sahabat-Nya. Allah beserta orang-orang yang benar, bila kewujudan bersatu dengan wujud yang abadi ia tidak boleh di pandang sebagai kewujudan yang terpisah, bila semua ikatan keduniaan di tanggalkan dan seseorang itu dalam suasana kesatuan dengan Allah, dengan kebenaran (hakikat) Ilahi, dia menerima kesucian yang abadi, tidak akan tercemar lagi dan masuk ke dalam golongan : “Mereka itu ahli syurga yang kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-A'raaf : 42). Mereka adalah : “Orang-orang yang beriman dan beramal shalih.” (Q.S. Al-A'raaf : 42). Bagaimanapun : “Kami tidak memberatkan satu diri melainkan sekedar kuasanya.” (Q.S. Al-A'raaf : 42). Tetapi seseorang memerlukan kesabaran yang kuat : “Dan Allah beserta orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfaal : 66).

Posting Komentar untuk "KEROHANIAN PARA SUFI DAN MAKNA TASAWUF DALAM BAHASA KITA"