Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

KAIDAH IBADAH YANG BENAR

Sesungguhnya ibadah yang Allah syari'atkan di bangun di atas dasar tersebut dapat di simpulkan, di antaranya adalah : 
1. Ibadah bersifat tauqifi dan harus bersumber dari musyarri’ yakni yang berhak menetapkan syari’at yaitu Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimuna di perintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas." (Q.S. Hud : 112). Tauqifi mauksudnya adalah bahwa ibadah sudah di tentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, sementara akal dan pikiran manusia tidak memiliki andil dalam penetapan hal ini, namun hanya Allah yang menetapkan dan di sampaikan melalui Rasul-Nya. Allah berfirman : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Jatsiah : 18). Allah berfirman tentang Nabi-Nya : “Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku." (Q.S. Al-Ahqaaf : 9).
2. Ibadah harus di lakukan dengan ikhlas, karena Allah Ta’ala, suci dari noda kesyirikan. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepadanya." (Q.S. Al-Kahfi : 110). Jika ibadah tercampur dengan sesuatu kesyirikan, maka ibadah itu tidak ada nilainya, Firman Allah Ta’ala : "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (Q.S. Al-An’am : 88). "Dan sesungguhnya telah di wahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu : “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi, karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (Q.S. Az-Zumar : 65-66).
3. Dalam ibadah hendaknya yang di jadikan panutan dan sumbernya adalah Rasulullah Saw. “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu." (Q.S. Al-Ahzab : 21). “Apa yang di berikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang di larangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Q.S. Al-Hasyr : 7). Juga Rasulullah Saw bersabda : "Siapa yang melaksanakan suatu amalan yang bukan termasuk urusan agama kami, maka dia tertolak." (H.R. Muslim). Rasulullah Saw bersabda : “Siapa yang mengada-ada dalam perkara (agama) kami yang bukan termasuk di dalamnya maka dia tertolak." (H.R. Muttafaq alaih). Juga beliau bersabda : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (Q.S. Muttafaq Alaih). Juga ini Rasulullah Saw bersabda : “Ambillah dariku manasik (haji) kalian." (H.R. Muslim). Dan masih banyak lagi nash-nash yang lain tentang hal ini.
4. Ibadah telah di tetapkan berdasarkan waktu dan ketentuan-ketentuan yang tidak boleh di langgar, misalnya shalat. Allah berfirman : "Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang di tentukan waktunya atas orang beriman.” (H.R. An-Nasa'i). Melaksanakan haji sudah di tentukan pada bulan haji. Allah berfirman : “Masa mengerjakan ibadah haji itu beberapa bulan yang telah di ketahui." (Q.S. Al-Baqarah : 197). Beberapa hari yang di tentukan itu adalah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan permulaan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil), karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu.” (Q.S. Al-Baqarah : 185).
5. Ibadah harus di lakukan atas dasar cinta kepada Allah Ta’ala, merendahkan diri, takut dan harap kepada-Nya. “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (Q.S. Al-lsra’ : 57). Allah berfirman tentang para Nabi Saw : “Sesungguhnya mereka senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan dan senantiasa berdo'a kepada kami dengan penuh harapan serta takut dan mereka senantiasa khusyu' kepada kami.” (Q.S. Al-Anbiya : 9O). Allah berfirman : “Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah : “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Q.S. Ali-Imran : 31-32). Allah Ta’aIa telah menyebutkan tanda-tanda serta buah cinta kepada-Nya. Adapun tanda-tandanya adalah mengikuti Rasulullah, ta’at kepada Allah dan ta’at kepada Rasul-Nya, sedangkan buahnya adalah memperoleh cinta Allah Ta’ala, ampunan dosa dan dari rahmat dari-Nya. Kewajiban ibadah tidak gugur bagi mukallaf (orang yang telah di bebani kewajiban), semenjak dia baligh dan berakal hingga mati. Allah Ta’ala berfirman : "Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (Q.S. Ali Imran : 102). “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang di yakini (ajal)." (Q.S. Al-Hijr : 99).

    Posting Komentar untuk "KAIDAH IBADAH YANG BENAR "