Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

ISLAM ADALAH AGAMA DAKWAH

Sebagai sebuah ajaran ilahiyah yang berisi tata nilai kehidupan hanya akan menjadi sebuah konsep yang melangit jika tidak teraplikasikan dalam kehidupan nyata, masyarakat akan tenggelam dalam kesesatan dan tetap dalam kegelapan jika tidak tersinari oleh cahaya keislaman, manusia akan hidup dalam kebingungan dan kebimbangan jikalau hidup tanpa pegangan yang kokoh dengan ajaran Tuhan.
Dakwah adalah sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat yang mutlak di perlukan, tujuannya, agar tercipta individu, keluarga dan masyarakat yang menjadikan Islam sebagai pola pikir dan pola hidup agar tercapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat.

Dulu dakwah adalah tugas para Rasul dan Nabi Allah, tapi setelah Islam datang dan sepeninggal mereka, dakwah bukan hanya tugas yang di bebankan kepada Rasulullah Saw saja, melainkan menjadi tugas dari seluruh pengikutnya atau umatnya tanpa kecuali, Surat Ali ’Imran ayat 104 bisa di jadikan dasar, bahwa dakwah adalah tugas kolektif seluruh kaum muslim, sebagaimana di tegaskan dalam ayat berikut ini :  
"Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. 3 :104).
Dalam ayat di atas, terdapat kata "Kamu semua", yang bisa juga di sebut dengan "sebagian dari kamu”. Dakwah bukanlah tugas sekelompok orang saja, di mana orang lain terbebas dari tanggung jawab, seperti halnya shalat, zakat, puasa, maka setiap muslim juga di wajibkan atasnya untuk mengerjakannya tanpa terkecuali,, karena itu dakwah ke jalan Allah sama dengan menjalankan tugas-tugas syari'at yang lain.
Tugas dakwah adalah tugasnya umat secara keseluruhan, bukan monopoli golongan yang di sebut ulama atau para cendekiawan. 

Bagaimana suatu masyarakat akan mendapat kemajuan, apabila anggota masyarakatnya yang memiliki ilmu sedikit, baik itu ilmu agama maupun ilmu dunia tidak bersedia mengembangkan apa yang ada pada mereka untuk sesamanya dan bagaimana pula suatu masyarakat akan selamat bila anggotanya sama-sama diam, masa bodoh terhadap kemunkaran, agar tuntutan di atas bisa terwujud, maka dakwah perlu di sampaikan dengan cara-cara yang santun, beradab dan menjunjung tinggi martabat manusia sebagai makhluk yang di muliakan Tuhan di muka bumi, apalagi secara faktual, kondisi objek dakwah atau sasaran dakwah Islam sangat heterogen, di lihat dari sisi pemahaman dan pcngamalan keagamaannya, tingkat pendidikannya, sosial ekonominya, lingkungan kerja, tempat tinggal dan lain-lain.
Semuanya itu akan berpengaruh pada pola pikir dan perilaku mereka, termasuk dalam merespon dakwah yang di lakukan oleh para da'i atau mubaligh, Al-Qur’an memberikan landasan teoritis agar dakwah di lakukan secara hikmah, seperti yang tercantum dalam surah Al-Nahl ayat 125. 

Hikmah dalarn bahasa sehari-hari sering di artikan sebagai tindakan yang bijaksana, orang yang bijak tentunya orang yang rnemiliki ilmu pengetahuan yang dalam, yang bukan saja dalam satu bidang, tetapi juga pada bidang yang lain, dengan pengetahuan yang di miliki itu, ia akan bisa memilih metode dan materi apa yang tepat untuk di berikan kepada sasaran dakwah yang di hadapi. 
Dengan demikian, aktivitas dakwah yang di lakukan akan mendapat respon positif yang pada akhirnya akan rnemudahkan para da'i mendapatkan keberhasilan dalam tugas dakwahnya. 
Dengan memahami segala sesuatu dalam arti segala unsur-unsur yang berhimpun dalam kegiatan dakwah, yaitu unsur pesan dakwah, unsur manusia yang di hadapi, unsur medan dakwah, ruang dan waktu, unsur metoda yang sesuai, sehingga daya penggerak untuk suatu langkah yang tepat, dengan itulah seorang da'i dapat menentukan dan menjalankan dakwah yang efektif.
Sukses tidaknya suatu dakwah, bukanlah di ukur dari gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dari ratap tangis mereka, sukses tersebut di ukur lewat antara lain, bekas (atsar) yang di tinggalkan lewat benak pendengarnya ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka sehari-hari, misalnya Masjid menjadi kian ramai oleh masyarakat yang datang berjama'ah, baik itu ada ulama terkenal atau tidak, namun tetap ramai.
Untuk rnencapai sasaran tersebut, tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian para da’i, para da’i seharusnya selalu berusaha agar memiliki hikmah dalam mengajak manusia ke jalan Allah, karena mereka yang memiliki hikmah akan mudah untuk mempengaruhi dan mengajak manusia ke jalan Tuhan.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 269 : "Allah memberi hikmah kepada yang di kehendaki-Nya dan barangsiapa yang di beri hikmah, sungguh ia telah di beri kebajikan yang banyak." (Q.S. 2 : 269).
Sukses besar yang di capai oleh Nabi Muhammad Saw dalam mengemban risalah dakwah, oleh karena beliau manusia yang kaya dalam hikmah, beliau tahu dan memahami kondisi psikologis dari manusia yang di hadapinya, sehingga beliau tahu kapan dan saat mana harus berbicara dan saat mana harus diam, beliau juga faham kapan dan berhadapan dengan siapa harus bersikap tegas dan kapan harus lembut, beliau juga mahir dalam mengatur strategi dakwah, ketika risalah dakwah turun dan beliau belum punya pengikut, maka langkah pertama yang beliau lakukan adalah mengajak istrinya Khadijah, baru meningkat kepada keluarga dekat, seperti Ali Ibn Abi Thalib Ra, fase ini di sebut fase fase keluarga atau fase sembunyi, karena dalam melakukan dakwah Nabi Saw melakukannya secara sembunyi-sembunyi takut di dengar orang-orang Quraish yang bisa membahayakan keselamatan jiwa Nabi Saw. Baru kemudian berkembang kepada masyarakat luas atau yang di sebut fase jama'ah. Dalam menyampaikan risalah atau materi dakwah pun, Nabi Saw memberikannya secara bertahap tidak sekaligus sesuai dengan kesiapan mental para sahabat atau pengikutnya waktu itu, artinya Nabi Saw tidak secara revolusioner memotong tradisi atau kebiasaan-kebiasaan para sahabat yang sudah berjalan, tetapi mengubahnya secara bertahap sesuai dengan turunnya wahyu yang memang berangsur-angsur.
Strategi dan metode dakwah Rasulullah Saw itulah yang kemudian di apresiasi dan di kembangkan oleh para da’i pertama yang menyebarkan Islam di Indonesia, seperti kita ketahui, Islam bukanlah agama pertama masuk dan berkembang subur di negeri ini. Hinduisme dan Budhisme telah lama menguasai kebudayaan penduduk negeri ini, tetapi dengan pendekatan dan strategi yang tepat, para da’i dan mubaligh Islam seperti para wali songo mampu rnenyebarkan Islam, sehingga Islam menjadi agama terbesar yang di peluk oleh penduduk Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa para wali mampu mengubah peta keberagamaan masyarakat nusantara dari Hindu dan Budha menjadi mayoritas Islam? Jawabannya tentu tidak terlepas dari kualitas para wali dari sisi keilmuan dan keteladanan mereka, santun, sopan dan berwibawa, pendekatan dan metode dakwah yang di gunakan para wali tersebut sesuai dengan sejarah dan budaya komunitas sasaran, sehingga mereka tidak merasa di tekan atau di paksa dalam menerima suatu aliran agama yang baru, akhirnya berkembang pesat dan menjadi agama terbesar di negara ini.

Posting Komentar untuk "ISLAM ADALAH AGAMA DAKWAH"