IBADAH HANYA KEPADA ALLAH
Ibadah kepada Allah merupakan suatu hal yang amat penting, karena itulah, Allah berkehendak menciptakan kita dan Dia pulalah pokok misi di dalam kehidupan, Allah berfirman : "Dan tidaklah aku jadikan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Allah mewajibkan ibadah kepada kita bukan untuk kepentingan-Nya, tetapi justru untuk,kebaikan kita sendiri, agar kita mencapai derajat taqwa yang dapat menyucikan kita dari kesalahan dan kemaksiatan, sehingga kita dapat keuntungan dengan keridhaan Allah dan syurga-Nya serta di jauhkan dari api neraka dan adzab-Nya. Allah berfirman,"Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu mencapai derajat taqwa." (Q.S. Al-Baqarah : 21).
Pada hakikatnya, jika kita isi seluruh kehidupan kita ini untuk beribadah dan beramal dalam rangka taat kepada Allah, maka semua itu belum seimbang apabila kita belum mensyukuri nikmat-nikmat yang Dia berikan kepada kita, salah satunya adalah seperti nikmat penglihatan yang merupakan bagian dari nikmat Allah yang tak terbatas dan tak terbilang jumlahnya. Allah berfirman,"Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, kalian tak dapat menentukan jumlahnya, sesungguhnya benar-benar Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang.” (Q.S. An-Nahl : 18). Sesungguhnya pengabdian dan ibadah kita semata-mata hanyalah untuk Allah, karena hal itu merupakan kemuliaan yang agung dan mempunyai kedudukan yang tinggi, sehingga Allah menyifatinya sebagai makhluk termulia di sisi-Nya, sebagaimana di sebutkan di dalam Kitab-Nya,"Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkati sekelilingnya." (Q.S. Al-Israa‘ : 1).
Aqidah tauhid dan ibadah kepada Allah merupakan risalah (mission) yang di datangkan oleh-Nya kepada seluruh para Rasul-Nya, maka setiap Rasul berkata kepada kaumnya,"Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah karena sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia." (Q.S. Al-Mukminuun : 23).
Kami ingin mengingatkan makna ibadah dalam artian sempit yang banyak di pakai oleh kebanyakan umat Islam, juga yang telah melingkupi pemahaman ibadah atas kewajiban, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji sebagaimana di sebutkan berulang-ulang dalam kitab-kitab fiqih ibadah.
Firman Allah tentang beribadah yang termaktub dalam Al-Qur‘an Surah Adz-Dzaariyaat : 56, dapat di pahami agar menjadikan seluruh kehidupan kita hanya dalam rangka beribadah kepada Allah, dengan catatan ibadah-ibadah yang wajib itu tidak terhapus oleh pengertian tersebut, tetapi merupakan bagian tersendiri yang di tentukan berdasarkan waktu yang kita miliki, setiap tuntutan Islam yang di wajibkan kepada kita merupakan ibadah, dakwah kepada Allah adalah ibadah yang menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar adalah merupakan ibadah menegakkan dinullah di atas bumi ini adalah ibadah, berhukum pada syari'at Allah adalah ibadah, jihad di jalan Allah adalah ibadah dan setiap yang berindikasi ibadah adalah ibadah, oleh karena itu, makan dan minum juga ibadah jika kita niatkan untuk memperkokoh penghambaan kepada Allah dan menaafi-Nya dengan syarat bahwa makanan dan minuman tersebut bersifat halal, baik dzat maupun pengadaannya.
Pengkajian bagi setiap pelajar muslim adalah ibadah jika di niatkan untuk kemanfaatan Islam dan kaum muslimin dengan ilmu yang di pelajarinya itu, beramal di setiap sektor dapat di golongkan sebagai ibadah, jika di niatkan untuk menjadikan diri kita sebagai pelayan Islam dan kaum muslimin, melangsungkan perkawinan adalah ibadah jika di maksudkan untuk membangun keluarga muslim dan melahirkan keturunan yang shaleh shaliha, begitu pula olahraga dapat tergolong ibadah jika di maksudkan untuk menguatkan badan agar mampu memikul beban dakwah dan jihad.
Berdasarkan pemahaman tersebut, kita dapat menjadikan rumah kita sebagai mihrab, fakultas sebagai mihrab, pabrik sebagai mihrab, begitu juga sawah ladang, tempat berdagang, tempat main sebagai mihrab untuk ibadah, kita mengabdikan diri kepada Allah di tempat-tempat tersebut, dengan berbagi aktivitas yang di niatkan untuk menegakkan syai'at. Dunia kita jadikan mihrab raksasa, kita dapat mengabdikan diri kepada Allah di dalamnya melalui segala aktivitas kita dan pada setiap waktu luang kita, dengan demikian, kita merealisasikan apa yang tertera dalam ayat 56 Surah Adz-Dzaariyaat tersebut.
Kita di tuntut untuk selalu kokoh dalam ibadah dan menyempurnakan ke tingkat yang paling tinggi dalam tingkatan din, yaitu ihsan sebagaimana telah di definisikan oleh Rasulullah Saw, yaitu : "Al-ihsan itu mengabdi kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya maka jika kamu tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu." Maka kokoh dalam ibadah sangat di tuntut dan gigih beramal juga di tuntut, kefika menunaikan shalat, pada hakikatnya kita bertujuan untuk mencapai tingkat dan mewujudkan kehidupan di mihrab shalat. Jika setiap muslim mendambakan kondisi semacam ini, peran para da'i yang menyeru kepada Allah di lapangan dakwah Islam sangat memerlukan kelebihan-kelebihan dalam langkah dan metodenya agar menjadi panutan yang shaleh bagi umat.
Pada hakikatnya, jika kita isi seluruh kehidupan kita ini untuk beribadah dan beramal dalam rangka taat kepada Allah, maka semua itu belum seimbang apabila kita belum mensyukuri nikmat-nikmat yang Dia berikan kepada kita, salah satunya adalah seperti nikmat penglihatan yang merupakan bagian dari nikmat Allah yang tak terbatas dan tak terbilang jumlahnya. Allah berfirman,"Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, kalian tak dapat menentukan jumlahnya, sesungguhnya benar-benar Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang.” (Q.S. An-Nahl : 18). Sesungguhnya pengabdian dan ibadah kita semata-mata hanyalah untuk Allah, karena hal itu merupakan kemuliaan yang agung dan mempunyai kedudukan yang tinggi, sehingga Allah menyifatinya sebagai makhluk termulia di sisi-Nya, sebagaimana di sebutkan di dalam Kitab-Nya,"Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkati sekelilingnya." (Q.S. Al-Israa‘ : 1).
Aqidah tauhid dan ibadah kepada Allah merupakan risalah (mission) yang di datangkan oleh-Nya kepada seluruh para Rasul-Nya, maka setiap Rasul berkata kepada kaumnya,"Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah karena sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia." (Q.S. Al-Mukminuun : 23).
Kami ingin mengingatkan makna ibadah dalam artian sempit yang banyak di pakai oleh kebanyakan umat Islam, juga yang telah melingkupi pemahaman ibadah atas kewajiban, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji sebagaimana di sebutkan berulang-ulang dalam kitab-kitab fiqih ibadah.
Firman Allah tentang beribadah yang termaktub dalam Al-Qur‘an Surah Adz-Dzaariyaat : 56, dapat di pahami agar menjadikan seluruh kehidupan kita hanya dalam rangka beribadah kepada Allah, dengan catatan ibadah-ibadah yang wajib itu tidak terhapus oleh pengertian tersebut, tetapi merupakan bagian tersendiri yang di tentukan berdasarkan waktu yang kita miliki, setiap tuntutan Islam yang di wajibkan kepada kita merupakan ibadah, dakwah kepada Allah adalah ibadah yang menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar adalah merupakan ibadah menegakkan dinullah di atas bumi ini adalah ibadah, berhukum pada syari'at Allah adalah ibadah, jihad di jalan Allah adalah ibadah dan setiap yang berindikasi ibadah adalah ibadah, oleh karena itu, makan dan minum juga ibadah jika kita niatkan untuk memperkokoh penghambaan kepada Allah dan menaafi-Nya dengan syarat bahwa makanan dan minuman tersebut bersifat halal, baik dzat maupun pengadaannya.
Pengkajian bagi setiap pelajar muslim adalah ibadah jika di niatkan untuk kemanfaatan Islam dan kaum muslimin dengan ilmu yang di pelajarinya itu, beramal di setiap sektor dapat di golongkan sebagai ibadah, jika di niatkan untuk menjadikan diri kita sebagai pelayan Islam dan kaum muslimin, melangsungkan perkawinan adalah ibadah jika di maksudkan untuk membangun keluarga muslim dan melahirkan keturunan yang shaleh shaliha, begitu pula olahraga dapat tergolong ibadah jika di maksudkan untuk menguatkan badan agar mampu memikul beban dakwah dan jihad.
Berdasarkan pemahaman tersebut, kita dapat menjadikan rumah kita sebagai mihrab, fakultas sebagai mihrab, pabrik sebagai mihrab, begitu juga sawah ladang, tempat berdagang, tempat main sebagai mihrab untuk ibadah, kita mengabdikan diri kepada Allah di tempat-tempat tersebut, dengan berbagi aktivitas yang di niatkan untuk menegakkan syai'at. Dunia kita jadikan mihrab raksasa, kita dapat mengabdikan diri kepada Allah di dalamnya melalui segala aktivitas kita dan pada setiap waktu luang kita, dengan demikian, kita merealisasikan apa yang tertera dalam ayat 56 Surah Adz-Dzaariyaat tersebut.
Kita di tuntut untuk selalu kokoh dalam ibadah dan menyempurnakan ke tingkat yang paling tinggi dalam tingkatan din, yaitu ihsan sebagaimana telah di definisikan oleh Rasulullah Saw, yaitu : "Al-ihsan itu mengabdi kepada Allah, seolah-olah kamu melihat-Nya maka jika kamu tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu." Maka kokoh dalam ibadah sangat di tuntut dan gigih beramal juga di tuntut, kefika menunaikan shalat, pada hakikatnya kita bertujuan untuk mencapai tingkat dan mewujudkan kehidupan di mihrab shalat. Jika setiap muslim mendambakan kondisi semacam ini, peran para da'i yang menyeru kepada Allah di lapangan dakwah Islam sangat memerlukan kelebihan-kelebihan dalam langkah dan metodenya agar menjadi panutan yang shaleh bagi umat.
Posting Komentar untuk "IBADAH HANYA KEPADA ALLAH"
Terimakasih atas kunjungan anda...