Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

HAL-HAL BARU PADA MASA USMAN BIN AFFAN RA

Yang tersisa bagi kita adalah menjelaskan sebab atau sebab-sebab yang mendorong Usman Ra menciptakan wudhu' baru dengan model tiga basuhan, untuk menjawab hal tersebut, kami melihat, bahwa pertama-tama hendaknya kita meneliti penyebab kematiannya, karena kita telah sampai pada kesimpulan bahwa alasan terbesar yang mendorong para pembunuh untuk membantainya adalah bid’ah-bid’ah yang di munculkannya, yang di klaim sebagai bagian dari agama.
Penyebab kematiannya bukan hanya terfokus pada sepak terjang dan buruknya pengelolaan keuangan dam administrasinya, ini dapat di ketahui melalui pertimbangan beberapa kasus berikut ini, yaitu :
1. Thalhah dan Zubair termasuk provokator utama dan yang menjatuhkan fatwa hukuman mati terhadap Usman Ra, padahal Usman Ra telah membanjiri keduanya dengan harta yang melimpah, begitu pula halnya dengan apa yang di lakukannya kepada Abdul Rahman Bin Auf, di tambah lagi dengan janji Usman Ra kepadanya sekaitan dengan jabatan khalifah. Usman Ra juga membanjiri sahabat-sahabat lain dengan harta, hanya segelintir sahabat saja yang tak di berinya, maka, sangatlah tidak logis kalau mereka ingin membunuhnya hanya karena alasan bahwa dia lebih memprioritaskan sanak keluarganya, padahal mereka sendiri juga beroleh bagian dari harta yang berlimpah ruah itu, akan tetapi, sebab-sebab yang berunsur keagamaan serta bid’ah-bid’ahlah yang membuat mereka membunuh Usman Bin Affan Ra, mungkin sebagian alasan itu berada dalam banyak hal di mana Thabari enggan menyebutkannya dan mungkin pula semua hal itu merupakan sebab yang di jadikan oleh orang-orang sebagai alasan untuk membunuhnya, yang membuat Ibnul Atsir tak mau menyebutkan banyak hal tentangnya.
2. Politik uang dan sistem kasta yang di terapkan Usman Ra menyebabkan dirinya terisolasi, bukan terbunuh dan di karenakan sahabat yang ingin membunuh maupun menghinakannya, seperti ungkapan lbnu Umar harus memiliki sebab yang dapat di jadikan sebagai alasan untuk menghalalkan darahnya, maka mungkin saja yang di jadikan alasan adalah tindakannya membuat sesuatu yang baru dalam agama, bukan karena perilaku-perilakunya yang menyimpang saja.
3. Adanya bid’ah-bid’ah di seputar persoalan keagamaan, hukum dan keyakinan yang di lakukan Usman Bin Affan Ra, yang berujung pada penghujatan sahabat atas dirinya dengan cara masing-masing, kendati demikian, hujatan mereka itu tidak mampu menghalangi tekad Usman Ra, seperti shalat tamam di Mina, menambahi seruan adzan ketiga di hari jum'at pada tahun ketujuh masa kepemimpinannya yang karena itu orang-orang mencelanya dan mengatakan bahwa yang telah di perbuatnya itu adalah bid’ah, mendahulukan khutbah sebelum shalat dalam dua shalat hari raya dan banyak lagi masalah-masalah lain yang menjelaskan munculnya bid’ah dari Usman Ra dalam sebagian persoalan hukum, oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila bid’ahnya merembet ke persoalan-persoalan lain, seperti wudhu'.
4. Seluruh perilaku Usman Ra dan bid’ah-bid’ah amaliahnya merembet kepada bid’ah-bid’ah ilmiah dan diniyah(keagamaan), yang di balik semua itu tersimpan suatu ancaman serta bahaya bagi Islam dan hukum-hukumnya, ketika dia tidak menegakkan hukuman atas Al-Walid Bin ‘Uqbah, itu berarti pembatalan hukum-hukum Islam serta ancaman bagi para saksi dan serupa dengan itu pula adalah dukungannya kepada pendapat Sa’id Bin Ash yang mengklaim bahwa Al-Sawad adalah kebun milik Quraisy dan Bani Umayyah, ini sama saja dengan pembatalan undang-undang pembagian ghanimah (rampasan perang) yang mereka peroleh dengam pedang-pedang (perang) dan penyerahan Tanah Fadak dan khumus Afrika kepada Marwan, apabila tanah itu memang milik Rasulullah Saw dan ahli warisnya, itu berarti pemusnahan undang-undang waris dan kalau Tanah Fadak itu adalah tanah yang di dapat dari hasil rampasan perang, maka itu berarti pemusnahan undang-undang seputar rampasan perang, demikian pula dengan bid’ah-bid’ah lainnya.
5. Yang menguatkan semua hal di atas adalah nash-nash yang keluar dari para sahabat yang hidup pada masa bid’ah-bid’ah dan segala sesuatu yang menunjukkan hal-hal baru di seputar persoalan keagamaan yang di ciptakannya, contohnya perkataan Thalhah kepada Usman Ra, yaitu : “Engkau telah membuat hal-hal baru yang tidak pernah di ketahui oleh orang-orang." Thalhah juga pernah berkata kepada Usman Ra,“Orang-orang telah berseberangan denganmu dan mereka tidak suka dengan bid’ah-bid’ah yang telah kau munculkan.“ Dan seperti perkataan Zubair berkenaan dengan Usman Ra,"Bunuhlah dia, karena dia telah mengubah agama kalian." Seperti juga ucapan Abdullah Bin Mas’ud Ra,"Aku tak melihat saudara kalian (Usman), melainkan dia telah mengubah agama." Dalam riwayat lain di sebutkan, bahwa Abdullah Bin Mas’ud Ra berkata : "Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan semua bid’ah adalah sesat dan semua kesesatan berada di dalam neraka." Dan masih dari ucapan Abdullah Bin Mas’ud, yaitu : "Sesungguhnya darah Usman itu halal." Ammar Bin Yasir dalam Perang Shiffin berkhutbah, yakni : "Orang-orang yang tak peduli apabila dunia mereka di rampas atau bahkan tak peduli seandainya agama ini di hapuskan, berkata,"Mengapa kalian membunuhnya (Usman)." Maka kami pun menjawabnya,"Kami membunuhnya karena dia telah memasukkan ajaran baru ke dalam Islam.“
Dan juga ucapannya kepada Amr Bin Ash,"Dia (Usman) ingin mengubah agama kami, karena itulah kami membunuhnya." Ucapan Sa’ad Bin Abi Waqqash tentang terbunuhnya Usman. “Kami semua telah menahan diri, kalau kami ingin membelanya, tentu hal itu telah kami lakukan, tetapi apalah daya Usman telah mengubah(agama) dan dia sendiri telah berubah." Ucapan Hasyim Bin Al-Mirqal,"Usman telah membuat ajaran-ajaran baru dan telah berseberangan dengan hukum Al-Qur'an."
Ucapan Malik Al-Asytar,"Sesungguhnya Usman telah mengubah (agama Islam)." Ucapan Aisyah Ra sembari membawa keluar baju Rasulullah Saw,"lnilah bajunya dan sampai sekarang rambutnya masih segar, tetapi agamanya telah usang." Dan Aisyah Ra juga pernah berkata : "lni adalah baju Rasulullah Saw yang masih belum usang, sementara Usman telah membuat usang agamanya." Juga ucapan Aisyah Ra yang menyamakan Usman Ra dengan seorang lelaki Yahudi,"Bunuhlah Si Na’tsal (maksudnya Usman), karena dia telah menjadi kafir."
Dan ucapan Imam Ali Ra pada hari Syura (di mana Umar mengumpulkan beberapa orang sahabat. termasuk Imam Ali Ra untuk menentukan pengganti dirinya),"Sesungguhnya aku tahu bahwa mereka akan mengangkat Usman sebagai khalifah, dia pasti akan membuat bid’ah-bid’ah serta ajaran-ajaran baru (dalam agama)." Bahkan sahabat-sahabat Rasulullah Saw satu sama lain saling berkirim surat. yang isinya,"Majulah, kalau kalian ingin berjihad, kamipun siap meIakukannya." Para sahabat itu mengemggap bahwa, memerangi Usman merupakan jihad dan itu mereka lakukan demi menjaga agama dari penyimpangan dan pelecehan, seluruh muslimin mengetahui bid’ah-bid‘ah Usman, yang ingin dia tutupi, seperti tindakannya memperluas Masjidil Haram, mereka berkata,"Dia (Usman) memperluas masjid Rasulullah Saw dan dia (pula) yang mengubah sunnahnya." Bahkan kaum muslimin melarang jenazahnya di kebumikan di pemakaman kaum musIimin, sehingga dia di kuburkan pada malam hari di Hasy Kaukab, tempat pemakaman orang-orang Yahudi dalam ketakutan, mereka membawanya di atas pintu, sementara kepalanya yang berada di atas pintu itu mengeluarkan suara yang terdengar seperti orang
mengetuk pintu.“ Orang-orang yang mengebumikan Usman ingin menshalatinya, tetapi mereka di larang oleh sebagian kaum muslimin yang lain.“ Itu tidak akan di lakukan oleh sahabat dan kaum mnslimin, kecuali setelah mereka mengetahui penyimpangan-penyimpangan serta bid’ah-bid’ah Usman dalam persoalan agama, bukan hanya Iantaran buruknya perilaku-perilaku serta merosotnya tingkat ekonomi dan tatanan administrasi Islam saja, begitulah, kita dapat mengetahui, bahwa Usman mempunyai kecendrungan untuk menciptakan ajaran-ajaran baru dan mengubah ajaran-ajaran Islam, oleh karena itu, tidaklah mengherankan, apabila dia mengetengahkan sebuah pandangan tentang wudhu' dengan model baru sebagaimana yang telah di lakukan sebelumnya di Mina, shalat jum'at, shalat 'Idhul Fitri dan 'Idhul Adha dan sebagainya.


Di sarikan dari Kitab :
Fathul Bari
Ansab Al-Asyraf
Al-Mukhtashar Fi Akhbaril Basyar
Tahdzib Al-Kamal
Tarikh Al-Madinah
Al-Imamah Wa Al-Siyasah
Tarikh Thabari
Hiyatu Al-Auliya'
Syarh Nahj Al-Balaghah
Al-Ma'arif
Al-Futuh
Shiffin
Ibid

Posting Komentar untuk "HAL-HAL BARU PADA MASA USMAN BIN AFFAN RA"