Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

CIRI-CIRI ULAMA

Apa, bagaimana, apa yang di sebut dan siapa yang di namakan Ulama? Terdapat beberapa ungkapan ulama dalam mendefinisikan ulama. Ibnu Juraij menukilkan pendapat dari ‘Atha, beliau berkata : “Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dia adalah orang alim.” (Jami’ Bayan Ilmu Wa Fadhlih), Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam kitab beliau Kitabul ‘Ilmi mengatakan : “Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan kepada mereka, bersifat takut kepada Allah.” (Kitabul ‘Ilmi). Badruddin Al-Kinani mengatakan : “Mereka (para ulama) adalah orang-orang yang menjelaskan segala apa yang di halalkan dan di haramkan dan mengajak kepada kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan.” (Tadzkiratus Sami’). Abdus Salam Bin Barjas mengatakan : “Orang yang pantas untuk di sebut sebagai orang alim jumlahnya sangat sedikit sekali dan tidak berlebihan kalau kita mengatakan jarang, yang demikian itu karena sifat-sifat orang alim mayoritasnya tidak akan terwujud pada diri orang-orang yang menisbahkan diri kepada ilmu pada masa ini, bukan di namakan alim bila sekedar fasih dalam berbicara atau pandai menulis, orang yang menyebar luaskan karya-karya atau orang yang men-tahqiq kitab-kitab yang masih dalam tulisan tangan, kalau orang alim di timbang dengan ini, maka cukup (terlalu banyak orang alim), akan tetapi penggambaran seperti inilah yang banyak menancap di benak orang-orang yang tidak berilmu, oleh karena itu banyak orang tertipu dengan kefasihan seseorang dan tertipu dengan kepandaian berkarya tulis, padahal ia bukan ulama.
Ini semua menjadikan orang-orang takjub, orang alim hakiki adalah yang mendalami ilmu agama, mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an dan As-Sunnah, mengetahui ilmu ushul fiqih seperti nasikh dan mansukh, mutlak, muqayyad, mujmal, mufassar dan juga orang-orang yang menggali ucapan-ucapan salaf terhadap apa yang mereka perselisihkan.” (Wujubul Irtibath bi ‘Ulama). Allah menjelaskan ciri khas seorang ulama yang membedakan dengan kebanyakan orang, yang mengaku berilmu atau yang di akui sebagai ulama bahkan waliyullah. Allah berfirman : “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama." (Q.S. Fathir : 28).
Ini bertujuan untuk mengetahui siapa sesungguhnya yang pantas untuk menyandang gelar ulama dan bagaimana besar jasa mereka dalam menyelamatkan Islam dan muslimin dari rongrongan penjahat agama, mulai dari masa terbaik umat yaitu generasi sahabat hingga masa kita sekarang, ini juga bertujuan untuk memberi gambaran yang benar kepada sebagian muslimin yang telah memberikan gelar ulama kepada orang yang tidak pantas untuk menyandangnya.
a. Sebagian kaum muslimin ada yang meremehkan hak-hak ulama, di sisi mereka, yang di namakan ulama adalah orang yang pandai bersilat lidah dan memperindah perkataannya dengan cerita-cerita, syair-syair atau ilmu-ilmu bathin.
b. Sebagian kaum muslimin menganggap ulama itu adalah orang yang mengerti realita hidup dan yang mendalaminya, orang-orang yang berani menentang pemerintah, meski tanpa petunjuk ilmu.
c. Di antara mereka ada yang menganggap ulama adalah kutu buku, meskipun tidak memahami apa yang di kandungnya sebagaimana yang di pahami generasi salaf.
d. Di antara mereka ada yang menganggap ulama adalah orang yang pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan alasan mendakwahi manusia, mereka mengatakan kita tidak butuh kepada kitab-kitab, kita butuh kepada da’i dan dakwah.
e. Sebagian muslimin tidak bisa membedakan antara orang alim dengan pendongeng dan juru nasihat, serta antara penuntut ilmu dan ulama, di sisi mereka, para pendongeng itu adalah ulama tempat bertanya dan menimba ilmu.
Selanjutnya di antara ciri-ciri ulama adalah :
l. Ibnu Rajab Al-Hambali Ra mengatakan : “Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan kedudukan dan membenci segala bentuk pujian serta tidak menyombongkan diri atas seorang pun.” Al-Hasan mengatakan : “Orang faqih adalah orang yang zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat, bashirah (berilmu) tentang agamanya dan senantiasa dalam beribadah kepada Rabbnya.” Dalam riwayat lain : “Orang yang tidak hasad kepada seorang pun yang berada di atasnya dan tidak menghinakan orang yang ada di bawahnya dan tidak mengambil upah sedikitpun dalam menyampaikan ilmu Allah.” (Al-Khithabul Minbariyyah).
2. Ibnu Rajah Al-Hambali Ra mengatakan : “Mereka adalah orang yang tidak mengaku-aku berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorang pun dan tidak serampangan menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyelisihi As-Sunnah.”
3. Ibnu Rajab Ra mengatakan : “Mereka adalah orang yang berburuk sangka kepada diri mereka sendiri dan berbaik sangka kepada ulama salaf dan mereka mengakui ulama-ulama pendahulu mereka, serta mengakui bahwa mereka tidak akan sampai mencapai derajat mereka atau mendekatinya.”
4. Mereka berpendapat, bahwa kebenaran dan hidayah ada dalam mengikuti apa-apa yang di turunkan Allah. Allah berfirman : “Dan orang-orang yang di berikan ilmu memandang bahwa apa yang telah di turunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu adalah kebenaran dan akan membimbing kepada jalan Allah yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Saba Ayat 6).
5. Mereka adalah orang yang paling memahami segala bentuk permisalan yang di buat Allah di dalam Al Qur’ an, bahkan apa yang di maukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman : “Demikianlah permisalan-permisalan yang di buat oleh Allah bagi manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Q.S. Al-’Ankabut : 43).
6. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian melakukan istinbath (mengambil hukum) dan memahaminya. Allah berfirman : “Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, kalau mereka menyerahkan kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang mampu mengambil hukum (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri), kalau tidak dengan karunia dan rahmat dari Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikuti syaithan kecuali sedikit saja.” (Q.S. An-Nisa : 83).
7. Mereka adalah orang-orang yang tunduk dan khusyu’ dalam merealisasikan perintah-perintah Allah. Allah berfirman : “Katakanlah: ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang di beri pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’ an di bacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti di penuhi.” Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.S. Al-Isra : 107-109). dari Mu’amalatul ‘Ulama karya Asy-Syaikh Muhammad Bin ‘Umar Bin Salim Bazmul, Wujub Al-Irtibath Bil ‘Ulama Karya Asy-Syaikh Hasan Bin Qasim Ar-Rimi.
Inilah beberapa sifat ulama hakiki yang di maukan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan Rasulullah Saw di dalam sunnahnya, dengan semua ini, jelaslah orang yang berpura-pura berpenampilan ulama dan berbaju dengan pakaian mereka, padahal tidak pantas memakainya, semua ini membeberkan hakikat ulama ahlul bid’ah yang mana mereka bukan sebagai penyandang gelar ini, karena kebanyakannya adalah dari Al-Qur'an dan As-Sunnah mereka jauh dan dari manhaj salaf, mereka keluar.

Posting Komentar untuk "CIRI-CIRI ULAMA"