Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Awali Dengan Ketaatan Thaharah (Bersuci)

Thaharah ’Bersuci’, telah kita maklumi bersama, bahwa Allah mensyaratkan keabsahan shalat dengan suci badan, pakaian dan tempat, serta menjadikan pakaian itu sebagai penutup aurat, di samping itu, beberapa syarat lain yang bukan pada tempatnya untuk di bahas di sini, tetapi cukup menjadi acuan, yaitu sekedar menyangkut segi rohani dan maknawi, yang dengannya hati dan roh menjadi hidup, tidaklah patut kita melakukan shalat, bersimpuh di bawah naungan kekuasaan Allah, di satu tempat yang tidak bersih dan najis, tidak dengan badan yang bersih yakni hakiki dan maknawi atau tanpa menutup aurat.

Padahal manusia pada umumnya menjadikan penampilan mereka sebagai bagian dari ciri kepribadian, bagi mereka yang mempunyai prestise maka berusaha tampil rapi dan bersih secara lahiriah, maka, terlebih lagi bagi kaum muslimin ketika bersimpuh di bawah kekuasaan Allah dan ketika pergi ke masjid yang rnerupakan rumah

Allah, pasti mereka berhias dengan penampilan bersih dan suci. Allah Maha Indah, mencintai hamba-Nya yang bersih suci. Dalam kitab-Nya di sebutkan : "Hai Bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid...." (Q.S. Al-A'raaf : 31). Alhasil, membiasakan diri terhadap kebersihan serta kesucian jasmani, pakaian, dan tempat, akan menghasilkan suatu citra tinggi dan perasaan unggul serta timbul ketidak senangan terhadap hal-hal yang najis dan kumuh.

Pengulangan shalat lima kali sehari semalam yang di sertai persyaratan kesucian untuk keabsahannya, menjadikan setiap musljm berlaku tertib dan disiplin terhadap waktu, kalaupun tidak suci bersih seluruhnya, paling tidak harum baunya, seandainya syari'at tidak mensyari'atkan kesucian itu sebagai sahnya shalat, niscaya kaum muslimin akan menjadi tak tentu keadaannya, maka kita panjatkan puji kepada Allah atas segala nikmat Islam dan guna mencapai ketenteraman menerima kebijaksanaan Allah di setiap yang di syari'atkan.

Allah mendatangkan aturan di dalam kitab-Nya atau dalam sunnah Nabi-Nya Saw, perihal perlunya kebersihan dan kesucian itu, baik badan, pakaian, maupun tempat shalat hanyalah berupa lahiriah semata, sedangkan kesucian batin jauh lebih penting dan lebih agung nilainya, oleh karena itu, keselamatan dada dan kesucian hati serta kosongnya jiwa dari perangai jahat, semuanya itu lebih layak dan menjadi kewajiban atas orang yang bersimpuh di bawah naungan kekuasaan Allah di dalam shalatnya, maka, hati merupakan titik pandang tempat Allah menilai, baik tidaknya seseorang di dalam shalatnya Allah akan mengungkapkan semua yang ada di hati kita dan tidak akan ada setitik pun yang luput dari penglihatan.

Tidaklah patut bagi seorang muslim yang menghadap Allah dalam shalat dengan mengenakan pakaian yang suci, bersih badan dan di tempat suci pula, tetapi hatinya dengki, tdak ikhlas atau riya, pamrih terhadap manusia atau lain-lainnya yang tidak di ridhai Allah, oleh karena itu, mutlak bagi yang melakukan shalat untuk menjadikan batinya bersih suci, sebagaimana bersih suci lahiriahnya, bahkan lebih dari itu.

Hai saudaraku, anda tunjukkan secara sempurna, sebab anda berada di bawah naungan yang Maha Kuasa untuk melakukan shalat, anda menyebut asma dan kebesaran-Nya, sungguh Dia telah melarang aku, anda dan Rasul anda bersimpuh di bawah naungan Allah di sertai dengan melanggar perintah-perintah-Nya, yang seharusnya kita taati, juga terhadap perintah Rasul kita? Ini tidak mengatakan bahwa lisan kita akan mengucapkan perkataan seperti itu, tetapi sekedar menceritakan kasus seperti itu, semoga tidak terkena pada diri kita.

Wahai saudaraku, menjadj kewajiban kita, mendatangkan shalat, jika kita dapati hal-hal semacam itu dalam diri kita., hendaknya cepat-cepat hati kita di bersihkan dari penyakit tersebut dengan bertaubat dan memohon ampunan-Nya, yang di sertai dengan azam sejujur-jujurnya untuk tidak mengulangi perbuatan itu di masa yang akan datang.

Demikianlah, setiap yang melakukan shalat hendaknya berusaha secara sungguh-sungguh ketika akan menunaikan shalat untuk mengembalikan hati dan membersihkannya dan segala bentuk penyakit, terlebih dalam kebersihan hati dan keselamatan dada setiap waktunya.

Dalam hal ini termasuk juga menutup aurat di dalam shalat, sehingga tidak cukup hanya dengan kebersihan lahirnya saja, tetapi yang lebih penting adalah bersih dan tertutup secara batiniah, begitu pula perihal aib yang tersembunyi menurut kita, tetapi tidak sembunyi dari penglihatan Allah sebagaimana firman-Nya : Sesungguhnya Allah mengetahui rahasia dan yang Iebih tersembunyi." (Q.S. Thaahaa : 7).

Ketika kita berwudhu' atau mandi untuk membersihkan bagian anggota dan seluruh badan kita serta menghilangkan segala kotoran yang ada padanya, apakah kita mengira bakal di terima di sisi Allah, dengan mencuci wajah dan apa yang terdapat padanya, seperti : mata, kedua telinga, mulut, lidah yang semuanya itu terjerembab dalam dosa dan maksiat, karena melihat dan mendengar yang di haramkan Allah, bertutur kata dengan yang di larang Allah serta makan dan minum barang yang di haramkan Allah?

Demikian juga kedua tangan, kedua kaki, perut dan kemaluan, jika seluruh badan bersih dari noda dosa dan maksiat, yang pertama di wajibkan membersihkannya dengan air, agar kita dapat melakukan hal-hal yang penting dan lebih besar, jika kita terbebas dan dosa-dosa besar, maka termasuk rahmat Allah untuk kita dengan menjadikan wudhu' dan mandi sebagai pembersih dosa-dosa kecil yang kita punyai.

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda,"Jika seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu', maka ketika ia mencuci wajahnya keluarlah segala kesalahan karena pandangan kedua matanya, sirna bersama air hingga tetesan yang terakhir, apabila ia mencuci tangan maka hilang pulalah segala dosa yang di perbuat oleh tangannya, musnah bersama air hingga tetes yang terakhir, apabila ia mencuci kaki, hapus pulalah dosa-dosa yang di perbuat oleh kaki-nya, musnah bersama air hingga tetesan yang terakhir, sehingga akhirnya, ia bersih dari segala dosa dan kesalahan." (H.R. Muslim).

Dari Utsman bin Affan Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa berwudhu' secara baik dan sempurna, maka keluarlah segala dosa dari tubuhnya, sampai-sampai dari bawah kukunya sekalipun.” (H.R. Muslim).

Abu Hurairah Ra telah mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya umatku akan datang kelak di hari kiamat dengan bersinar-sinar berkilauan karena bekas wudhu'nya, maka siapa yang dapat melebihi batas-batas yang wajib, lebihkanlah.”(H.R. Mutafaq’alaih).

Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Sukakah kamu, aku tunjukkan suatu amal yang dapat menghapus segala dosa dan sekaligus mengangkat derajatmu." Jawab mereka,"Tentu, ya Rasulullah! Sabda beliau,"Menyempurnakan wudhu' di saat-saat segan, banyakkanlah melangkah ke masjid dan menunggu waktu shalat, itulah cara menguasai diri yang baik." (H.R. Muslim).

Dari Uqbah Ibnu Umar Ra, bahwa Nabi Saw bersabda,"Siapa yang berwudhu', lalu menyempurnakan wudhu' dengan sebagus-bagusnya, kemudian ia mengucapkan dua kalimat syahadat, pasti di bukalah baginya delapan pintu syurga yang di masukinya dari mana saja menurut kehendaknya." (H.R. Muslim).

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda kepada Bilal, "Hai Bilal, ceritakanlah untukku dengan kelebihan perbuatan amal dalam Islam, sesungguhnya aku telah mendengar suara kedua terompahmu (sandal) di hadapanku di syurga.” Dia berkata, "Aku tak melakukan suatu amalan yang berlebih-lebihan dan sesungguhnya aku tidak bersuci setiap saat dari malam atau siang, kecuali dengan bersuci itu aku tunaikan shalat sebagaimana yang di wajibkan kepadaku untuk bershalat." (Riwayat Mutafaq’alaih).

Dari peringatan hadits-hadits tersebut yang menjelaskan segi-segi kebaikan yang harus di penuhi oleh setiap muslim di balik bersuci dan mempersiapkan dirinya untuk shalat, hendaknya betul-betul di kerjakan dan di perhatikan kesucian itu berikut kebaikan-kebaikan yang menyertainya, jangan melalaikan mengingat sesuatu yang mendahului wudhu', termasuk adab membuang hajat, membersihkan dan berusaha menghilangkan bekas-bekas najis dan kotoran yang menyangkut kesucian dari buang air.

Kita ketahui bahwa Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan sesuatu yang menyangkut perihal kesucian, maka, tidak ada jalan bagi kita untuk tidak peduli terhadap hal ini, sekalipun menyangkut urusan buang hajat agar tidak menghadap atau membelakangi arah kiblat dan menjauhi tempat jatuhnya bayang-bayang, kemudian berdo'a ketika masuk dan keluar dari kamar mandi.

Ini mengandung makna yang patut kita rasakan sebagai karunia Allah dan kenikmatan-Nya agar kita mampu merasakan kelezatan makanan dan meninggalkan kekuatan dalam diri kita dan Allah jualah yang menghilangkan gangguan-gangguan di seputar kita, sebagaimana kita ketahui bahwa bersuci dengan wudhu' dan mandi bagi kesehatan, oleh karena itu, sungguh penting membasuh wajah dan kedua tangan, juga kedua kaki secara berulang setiap hari dan kewajiban mandi bagi yang berjunub, haid dan nifas, khususnya lagi mandi hari Jum'at dan bersiwak (membersihkan mulut dan gigi) setiap menjelang shalat, tidak ada keraguan lagi bahwa hal-hal tersebut merupakan usaha pemeliharaan dan pencegahan terhadap gejala-gejala yang dapat menimbulkan penyakit, hal ini juga termasuk bagian dari hukum bersuci.

Ringkasannya dari uraian di atas, hendaknya kita mampu melaksanakan thaharah bersuci untuk shalat, tidak hanya menyangkut suci lahiriah saja, tetapi juga suci secara batniah, mencakup pula pembersih daki atau kotoran badan sekaligus noda, karena dosa dan kesalahan dengan bertaubat dan mohon ampunan, sehingga menjadi kebiasaan bagi setiap yang melakukan shalat melangkahkan kakinya ke Baitullah, benar-benar dalam kondisi suci bersih lahir dan batin, dengan demikian, hal tersebut akan mendapat tempat di sisi-Nya karena cinta-Nya dan ridha-Nya.

"Sesungguhnya masjid yang di dirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah Iebih patut bershalat dalamnya, di dalamnya ada orang yang ingin membersihkan diri dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." (Q.S. At-Taubah : 108). Dalam ayat lain Allah berfirman,"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan yang menyucikan diri." (Q.S. Al-Baqarah : 222).

Posting Komentar untuk "Awali Dengan Ketaatan Thaharah (Bersuci)"