APA DEFINISI TASAWUF?
Istilah “tasawuf” (sufisme), yang telah sangat populer di gunakan selama berabad-abad dan sering dengan bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf arab, yaitu : "sha, wau dan fa", banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari "sha wa fa." Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian, menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata kerja bahasa arab safwe yang berarti orang-orang yang terpilih, makna ini sering di kutip dalam Iiteratur sufi, sebagian berpendapat pula bahwa kata itu berasal dari kata shaf yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam shalat atau dalam perang suci, sebagian lainnya lagi berpendapat bahwa kata itu berasal dari shuffa, serambi rendah terbuat dari tanah liat dan sedikit timbul di atas tanah di luar Mesjid Nabi Saw di Madinah, tempat orang-orang miskin berhati baik yang mengikuti beliau sering duduk-duduk.
Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari shuf yang berarti bulu domba, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada pengetahuan batin kurang mempedulikan penampilan lahiriahnya dan sering memakai jubah sederhana yang terbuat dari bulu domba sepanjang tahun, apa pun asalnya, istilah tasawuf berarti orang-orang yang tertarik kepada pengetahuan batin, orang-orang yang tertarik untuk menemukan suatu jalan atau praktik ke arah kesadaran dan pencerahan batin.
Penting di perhatikan, bahwa istilah ini hampir tak pernah di gunakan pada dua abad pertama Hijriah, banyak pengkritik sufi, atau musuh-musuh mereka, mengingatkan kita bahwa istilah tersebut tak pernah terdengar di masa hidup Nabi Muhammad Saw atau orang sesudah beliau satu tingkatan atau yang hidup setelah mereka, namun, di abad kedua dan ketiga setelah kedatangan Islam (622), ada sebagian orang yang mulai menyebut dirinya sufi atau menggunakan istilah serupa lainnya yang berhubungan dengan tasawuf, yang berani bahwa mereka mengiku jalan penyucian diri, penyucian “hati” dan pembenahan kualitas watak dan perilaku mereka untuk mencapai maqam (kedudukan) orang-orang yang menyembah Allah seakan-akan mereka melihat Dia, dengan mengetahui bahwa sekalipun mereka tidak melihat Dia, Dia melihat mereka, inilah makna istilah tasawuf sepanjang zaman dalam konteks Islam, di kutipkan di bawah ini beberapa definisi dari Syeikh besar sufi, yaitu :
Imam Junaid dari Baghdad mendefinisikan tasawuf sebagai “mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah".
Syekh Abul Al-Hasan Asy-Syadzili, Syeikh sufi besar dari Afrika Utara, mendefinisikan tasawuf sebagai “praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan”.
Syeikh Ahmad Zarruq dari Maroko mendefinisikan tasawuf sebagai berikut : "llmu yang dengannya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan Islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan menjaganya dalam batas-batas syari'at Islam agar kebijaksanaan menjadi nyata." Ia menambahkan,“Pondasi tasawuf adalah pengetahuan tentang tauhid dan setelah itu anda memerlukan manisnya keyakinan dan kepastian, apabila tidak demikian, maka anda tidak akan dapat mengadakan penyembuhan hati."
Menurut Syeikh Ibnu Ajiba tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya anda belajar bagaimana berperilaku supaya berada dalam kehadiran Tuhan yang Maha Ada melalui penyucian batin dan mempermanisnya dengan amal baik, jalan tasawuf di mulai sebagai suatu ilmu, tengahnya adalah amal dan akhirnya adalah karunia Ilahi."
Syekh As-Suyuthi berkata,“Sufi dan tasawufnya adalah orang yang bersiteguh dalam kesucian kepada Alla dan berakhlak baik kepada makhluk."
Dari banyak ucapan yang tercatat dan tulisan tentang tasawuf seperti ini, dapatlah di simpulkan, bahwa basis tasawuf adalah penyucian “hati” dan penjagaannya dari setiap cedera serta bahwa produk akhirnya kelak adalah hubungan yang benar dan harmonis antara manusia dan penciptanya, jadi, sufi adalah orang yang telah di mampukan Allah umuk menyucikan hatinya dan menegakkan hubungannya dengan Dia dan ciptaan-Nya dengan melangkah pada jalan yang benar, sebagaimana di contohkan dengan sebaik-baiknya oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam kontek Islam tradisional, tasawuf berdasarkan pada kebaikan budi (adab) yang akhirnya mengantarkan kepada kebaikan dan kesadaran universal. Kebaikan di mulai dari adab lahiriah dan kaum sufi yang benar akan memprakttikkan pembersihan lahiriah serta tetap berada dalam batas-batas yang di izinkan Allah. Ia mulai dengan mengikuti hukum Islam, yakni dengan menegakkan hukum dan ketentuan-ketentuan Islam yang tepat, yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah, jadi, tasawuf di mulai dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk membangun, mengembangkan dan menghidupkan keadaan batin yang sudah sadar.
Adalah keliru mengira bahwa seorang sufi dapat mencapai buah-buah tasawuf, yakni cahaya batin, kepastian dan pengetahuan tentang Allah (ma'rifah) tanpa memelihara kulit pelindung lahiriah yang berdasarkan pada ketaatan terhadap tuntutan hukum syari'at, perilaku lahiriah yang benar ini, perilaku fisik yang di dasarkan pada do'a dan pelaksanaan shalat serta semua amal ibadah ritual yang telah di tetapkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk mencapai kewaspadaan “hati”, brrsama suasana hati dan keadaan yang menyertainya, kemudian orang dapat maju pada tangga penyucian dari niat rendahnya menuju cita-cita yang lebih tinggi, dari kesadaran akan ketamakan dan kebanggaan rnenuju kepuasan yang rendah hati (tawaduk) dan mulia.
Pekerjaan batin harus di teruskan dalam situasi lahiriah yang terisi dan terpelihara dengan baik.
Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari shuf yang berarti bulu domba, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada pengetahuan batin kurang mempedulikan penampilan lahiriahnya dan sering memakai jubah sederhana yang terbuat dari bulu domba sepanjang tahun, apa pun asalnya, istilah tasawuf berarti orang-orang yang tertarik kepada pengetahuan batin, orang-orang yang tertarik untuk menemukan suatu jalan atau praktik ke arah kesadaran dan pencerahan batin.
Penting di perhatikan, bahwa istilah ini hampir tak pernah di gunakan pada dua abad pertama Hijriah, banyak pengkritik sufi, atau musuh-musuh mereka, mengingatkan kita bahwa istilah tersebut tak pernah terdengar di masa hidup Nabi Muhammad Saw atau orang sesudah beliau satu tingkatan atau yang hidup setelah mereka, namun, di abad kedua dan ketiga setelah kedatangan Islam (622), ada sebagian orang yang mulai menyebut dirinya sufi atau menggunakan istilah serupa lainnya yang berhubungan dengan tasawuf, yang berani bahwa mereka mengiku jalan penyucian diri, penyucian “hati” dan pembenahan kualitas watak dan perilaku mereka untuk mencapai maqam (kedudukan) orang-orang yang menyembah Allah seakan-akan mereka melihat Dia, dengan mengetahui bahwa sekalipun mereka tidak melihat Dia, Dia melihat mereka, inilah makna istilah tasawuf sepanjang zaman dalam konteks Islam, di kutipkan di bawah ini beberapa definisi dari Syeikh besar sufi, yaitu :
Imam Junaid dari Baghdad mendefinisikan tasawuf sebagai “mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah".
Syekh Abul Al-Hasan Asy-Syadzili, Syeikh sufi besar dari Afrika Utara, mendefinisikan tasawuf sebagai “praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan”.
Syeikh Ahmad Zarruq dari Maroko mendefinisikan tasawuf sebagai berikut : "llmu yang dengannya anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan anda tentang jalan Islam, khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal anda dan menjaganya dalam batas-batas syari'at Islam agar kebijaksanaan menjadi nyata." Ia menambahkan,“Pondasi tasawuf adalah pengetahuan tentang tauhid dan setelah itu anda memerlukan manisnya keyakinan dan kepastian, apabila tidak demikian, maka anda tidak akan dapat mengadakan penyembuhan hati."
Menurut Syeikh Ibnu Ajiba tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya anda belajar bagaimana berperilaku supaya berada dalam kehadiran Tuhan yang Maha Ada melalui penyucian batin dan mempermanisnya dengan amal baik, jalan tasawuf di mulai sebagai suatu ilmu, tengahnya adalah amal dan akhirnya adalah karunia Ilahi."
Syekh As-Suyuthi berkata,“Sufi dan tasawufnya adalah orang yang bersiteguh dalam kesucian kepada Alla dan berakhlak baik kepada makhluk."
Dari banyak ucapan yang tercatat dan tulisan tentang tasawuf seperti ini, dapatlah di simpulkan, bahwa basis tasawuf adalah penyucian “hati” dan penjagaannya dari setiap cedera serta bahwa produk akhirnya kelak adalah hubungan yang benar dan harmonis antara manusia dan penciptanya, jadi, sufi adalah orang yang telah di mampukan Allah umuk menyucikan hatinya dan menegakkan hubungannya dengan Dia dan ciptaan-Nya dengan melangkah pada jalan yang benar, sebagaimana di contohkan dengan sebaik-baiknya oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam kontek Islam tradisional, tasawuf berdasarkan pada kebaikan budi (adab) yang akhirnya mengantarkan kepada kebaikan dan kesadaran universal. Kebaikan di mulai dari adab lahiriah dan kaum sufi yang benar akan memprakttikkan pembersihan lahiriah serta tetap berada dalam batas-batas yang di izinkan Allah. Ia mulai dengan mengikuti hukum Islam, yakni dengan menegakkan hukum dan ketentuan-ketentuan Islam yang tepat, yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah, jadi, tasawuf di mulai dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk membangun, mengembangkan dan menghidupkan keadaan batin yang sudah sadar.
Adalah keliru mengira bahwa seorang sufi dapat mencapai buah-buah tasawuf, yakni cahaya batin, kepastian dan pengetahuan tentang Allah (ma'rifah) tanpa memelihara kulit pelindung lahiriah yang berdasarkan pada ketaatan terhadap tuntutan hukum syari'at, perilaku lahiriah yang benar ini, perilaku fisik yang di dasarkan pada do'a dan pelaksanaan shalat serta semua amal ibadah ritual yang telah di tetapkan oleh Nabi Muhammad Saw untuk mencapai kewaspadaan “hati”, brrsama suasana hati dan keadaan yang menyertainya, kemudian orang dapat maju pada tangga penyucian dari niat rendahnya menuju cita-cita yang lebih tinggi, dari kesadaran akan ketamakan dan kebanggaan rnenuju kepuasan yang rendah hati (tawaduk) dan mulia.
Pekerjaan batin harus di teruskan dalam situasi lahiriah yang terisi dan terpelihara dengan baik.
Posting Komentar untuk "APA DEFINISI TASAWUF?"
Terimakasih atas kunjungan anda...