ADAKAH TASAWUF PALSU?
Ada atau tidak tasawuf yang palsu, hmmm...bisa kita simpulkan setelah menyimak tuntas tulisan berikut ini, pada dasarnya, yang kami maksudkan dengan istilah tasawuf palsu adalah suatu jalan yang tak sempurna, yakni ajaran yang di terapkan tak lengkap yang tidak cukup untuk menuntun si pencari sepanjang jalan spiritual yang membawa kepada pengetahuan diri dan makrifat (mengenal) kepada Allah.
Setiap agama dan nabi, baik yang sejati maupun palsu, menganjurkan kebajikan moral, seperti kedermawanan, kebaikan, keramahan, kasih sayang dan sebagainya, namun, kualitas-kualitas itu tidak akan berakar dan tumbuh bila tidak di lindungi oleh suatu “wadah” hukum lahiriah dan perilaku yang bermanfaat, kita dapati bahwa setiap masyarakat atau kultur membela versinya tentang apa yang di pandang baik dan shaleh, tetapi kualitas-kualitas syari'at utamanya itu tak dapat di cerna dan berkembang serta berbuah apabila tidak di lindungi dan di jaga oleh ikatan-ikatan hukum lahiriah (syari'at) yang memungkinkannya terpelihara dan tumbuh berkelanjutan serta yang bertujuan untuk apa ini di lakukan.
Lebih spesifik lagi, mengenai jalan spiritual dan si guru maupun si murid, kita dapati bahwa para pemimpin sufi yang semu tidak merniliki semua atribut guru spiritual yang sebenarnya, yang telah di sebutkan tadi, terutama izin yang di ikrarkan untuk mengajar dan membimbing orang lain di jalan pengetahuan diri, yang di berikan oleh scorang guru lain yang sudah tercerahkan dan berpengalarnan yang telah di beri izin mengajar oleh para guru lain dan seterusnya, sampai kepada Nabi Muhammad Saw urutannya.
Sekarang ini sudah banyak sekali guru dan guru mistik, sejumlah besar kesusastraan pun telah muncul tentang tasawuf dan jalan-jalan spiritual lainnya, yang semuanya menyinggung berbagai teknik dan metode yang di gunakan oleh para sufi untuk meningkatkan kesadaran diri, pencerahan, sentralitas, kepuasan dan pemahaman tentang hidup, sebagian orang yang sedang mencari kepuasan batin dan pemahaman tentang hidup mengusahakannya dengan mengadakan eksperimen melalui berbagai teknik yang di berikan guru-guru sembarangan, orang-orang yang mengaku guru spiritual dan buku-buku.
Situasi semacam ini dapat di samakan dengan seorang sakit yang pergi ke apottk lalu mengambil beberapa botol obat dan vitamin menurut label yang nampak padanya, perbuatan itu tentulah akan bermanfaat baginya hingga taraf tertentu, tapi ridak membawanya atau memulihkannya kepada kesehatan penuh, untuk mendapatkan dan memelihara kesehatan, orang memerlukan pengetahuan yang cukup tentang keseimbangan diet, higiene, olah raga, istirahat dan sebagainya.
Dalam kasus ketidakseimbangan dan penyakit yang parah, orang memerlukan bantuan dokter, apabila seseorang tidak di ajari tentang hukum syari'at dan ketaatan kepadanya, di sertai disiplin dan praktik batin, oleh seorang guru yang pandai, maka ia tidak akan bepergian terlalu jauh di sepanjang jalan pengetahuan, percobaan yang sembarangan tidak akan menghasilkan keadaan akhir yang mantap dalam kesehatan dan pembangunan batin yang seimbang, banyak kaum Knights Templars yang merantau bersama pasukan salib ke negeri-negeri Islam yang di pengaruhi oleh praktik-praktik sufi yang mereka temui, lalu mengambil dan beradaptasi dengannya, sebagian kaum Gnostic Kristen juga berpendapat, bahwa praktik-praktik sufi, seperti berdo'a kepada Allah yang di ikuti dengan kontemplasi dan refleksi (tafakkur) adalah bermanfaat.
Praktik-praktik sufi ini, apabila di keluarkan dari konteksnya dan di kacaukan, menggiring kepada paham freemasonrry dan perkumpulan-perkumpulan rahasia lainnya, akhirnya sebagian anggotanya menjadi penguasa atau pencetak penguasa baru atau dalam posisi-posisi berpengaruh dan berkuasa lainnya, dalam type sufisme yang terdistorsi seperti itu, ritus keagamaan di kira realitas dan bentuk di kira esensi (hakikat), namun, sebagian dari praktik-praktik yang telah terdistorsi ini ada juga yang memberikan beberapa kekuatan dan keuntungan pada orang yang mempraktikkannya, walaupun kecil dan tak menentu.
Bentuk lain dari sufisme semu, yang sekarang menjadi aktif dan populer adalah kegemaran akan kesenangan intelektual melalui pengkajian literatur sufi dan thariqat-thariqat sufi selama 150 tahun terakhir, banyak penelitian tentang sufisme (tasawut) telah di lakukan, di Timur maupun di Barat, oleh para orientalis maupun muslimin, ini lebih menyerupai perbuatan mengumpulkan menu-menu tentang tasawuf ketimbang benar-benar ikut makan dalam perjamuan, mereka membahas dan menganalisis menu sufi mana, yakni thariqat sufi mana yang nampaknya lebih baik, tetapi tanpa mencicipi atau mencoba pembelajarannya satu jenispun, bagaimana anda dapat menilai sesuatu yang tidak anda alami dan tidak pernah anda lakukan terlebih dahulu? Pembahasan intelektual tentang sufisme tidak dapat mengantarkan kepada pembangunan batin dan pencerahan, karena sufisme tasawuf adalah suatu jamuan yang hanya dapat di makan.
Dalam gerakan-gerakan sufi kita dapati banyak perasaan senang lahir-batin (euphorea) dan keadaan gembira sementara, yang di capai dengan melakukan praktik-praktik dan teknik tertentu, kadang-kadang praktik tersebut menimbulkan suatu keadaan hati melambung dan gembira, namun, keadaan-keadaan seperti itu tidak langgeng dan merupakan hasil dari suatu kombinasi beberapa faktor variabel seni tasawuf yang benar rnembawa si pencari kepada keadaan mantap dari perasaan puas, utuh, bijaksana, ramah, baik hati dan dalam kedamaian, untuk sekali-sekali merasakan kegembiraan dan kepuasan batin tidak sukar di capai, tetapi supaya dapat mencapai suatu keadaan yang langgeng, kita harus mengikut jalan mana yang di maksudkan oleh jalan Islam yang asli, dengan hukum-hukum lahiriah (syari'at)nya, tata perilaku dan jalan hidup yang utuh, perkembangan batin mungkin terjadi hingga derajat terlentu tanpa mengikuti hukum-hukum lahiriah, namun, apabila seseorang ingin mengembangkan diri sepenuhnya, maka ia harus mengikuti syari'at dan jalan hidup Islam sepenuhnya.
Setiap agama dan nabi, baik yang sejati maupun palsu, menganjurkan kebajikan moral, seperti kedermawanan, kebaikan, keramahan, kasih sayang dan sebagainya, namun, kualitas-kualitas itu tidak akan berakar dan tumbuh bila tidak di lindungi oleh suatu “wadah” hukum lahiriah dan perilaku yang bermanfaat, kita dapati bahwa setiap masyarakat atau kultur membela versinya tentang apa yang di pandang baik dan shaleh, tetapi kualitas-kualitas syari'at utamanya itu tak dapat di cerna dan berkembang serta berbuah apabila tidak di lindungi dan di jaga oleh ikatan-ikatan hukum lahiriah (syari'at) yang memungkinkannya terpelihara dan tumbuh berkelanjutan serta yang bertujuan untuk apa ini di lakukan.
Lebih spesifik lagi, mengenai jalan spiritual dan si guru maupun si murid, kita dapati bahwa para pemimpin sufi yang semu tidak merniliki semua atribut guru spiritual yang sebenarnya, yang telah di sebutkan tadi, terutama izin yang di ikrarkan untuk mengajar dan membimbing orang lain di jalan pengetahuan diri, yang di berikan oleh scorang guru lain yang sudah tercerahkan dan berpengalarnan yang telah di beri izin mengajar oleh para guru lain dan seterusnya, sampai kepada Nabi Muhammad Saw urutannya.
Sekarang ini sudah banyak sekali guru dan guru mistik, sejumlah besar kesusastraan pun telah muncul tentang tasawuf dan jalan-jalan spiritual lainnya, yang semuanya menyinggung berbagai teknik dan metode yang di gunakan oleh para sufi untuk meningkatkan kesadaran diri, pencerahan, sentralitas, kepuasan dan pemahaman tentang hidup, sebagian orang yang sedang mencari kepuasan batin dan pemahaman tentang hidup mengusahakannya dengan mengadakan eksperimen melalui berbagai teknik yang di berikan guru-guru sembarangan, orang-orang yang mengaku guru spiritual dan buku-buku.
Situasi semacam ini dapat di samakan dengan seorang sakit yang pergi ke apottk lalu mengambil beberapa botol obat dan vitamin menurut label yang nampak padanya, perbuatan itu tentulah akan bermanfaat baginya hingga taraf tertentu, tapi ridak membawanya atau memulihkannya kepada kesehatan penuh, untuk mendapatkan dan memelihara kesehatan, orang memerlukan pengetahuan yang cukup tentang keseimbangan diet, higiene, olah raga, istirahat dan sebagainya.
Dalam kasus ketidakseimbangan dan penyakit yang parah, orang memerlukan bantuan dokter, apabila seseorang tidak di ajari tentang hukum syari'at dan ketaatan kepadanya, di sertai disiplin dan praktik batin, oleh seorang guru yang pandai, maka ia tidak akan bepergian terlalu jauh di sepanjang jalan pengetahuan, percobaan yang sembarangan tidak akan menghasilkan keadaan akhir yang mantap dalam kesehatan dan pembangunan batin yang seimbang, banyak kaum Knights Templars yang merantau bersama pasukan salib ke negeri-negeri Islam yang di pengaruhi oleh praktik-praktik sufi yang mereka temui, lalu mengambil dan beradaptasi dengannya, sebagian kaum Gnostic Kristen juga berpendapat, bahwa praktik-praktik sufi, seperti berdo'a kepada Allah yang di ikuti dengan kontemplasi dan refleksi (tafakkur) adalah bermanfaat.
Praktik-praktik sufi ini, apabila di keluarkan dari konteksnya dan di kacaukan, menggiring kepada paham freemasonrry dan perkumpulan-perkumpulan rahasia lainnya, akhirnya sebagian anggotanya menjadi penguasa atau pencetak penguasa baru atau dalam posisi-posisi berpengaruh dan berkuasa lainnya, dalam type sufisme yang terdistorsi seperti itu, ritus keagamaan di kira realitas dan bentuk di kira esensi (hakikat), namun, sebagian dari praktik-praktik yang telah terdistorsi ini ada juga yang memberikan beberapa kekuatan dan keuntungan pada orang yang mempraktikkannya, walaupun kecil dan tak menentu.
Bentuk lain dari sufisme semu, yang sekarang menjadi aktif dan populer adalah kegemaran akan kesenangan intelektual melalui pengkajian literatur sufi dan thariqat-thariqat sufi selama 150 tahun terakhir, banyak penelitian tentang sufisme (tasawut) telah di lakukan, di Timur maupun di Barat, oleh para orientalis maupun muslimin, ini lebih menyerupai perbuatan mengumpulkan menu-menu tentang tasawuf ketimbang benar-benar ikut makan dalam perjamuan, mereka membahas dan menganalisis menu sufi mana, yakni thariqat sufi mana yang nampaknya lebih baik, tetapi tanpa mencicipi atau mencoba pembelajarannya satu jenispun, bagaimana anda dapat menilai sesuatu yang tidak anda alami dan tidak pernah anda lakukan terlebih dahulu? Pembahasan intelektual tentang sufisme tidak dapat mengantarkan kepada pembangunan batin dan pencerahan, karena sufisme tasawuf adalah suatu jamuan yang hanya dapat di makan.
Dalam gerakan-gerakan sufi kita dapati banyak perasaan senang lahir-batin (euphorea) dan keadaan gembira sementara, yang di capai dengan melakukan praktik-praktik dan teknik tertentu, kadang-kadang praktik tersebut menimbulkan suatu keadaan hati melambung dan gembira, namun, keadaan-keadaan seperti itu tidak langgeng dan merupakan hasil dari suatu kombinasi beberapa faktor variabel seni tasawuf yang benar rnembawa si pencari kepada keadaan mantap dari perasaan puas, utuh, bijaksana, ramah, baik hati dan dalam kedamaian, untuk sekali-sekali merasakan kegembiraan dan kepuasan batin tidak sukar di capai, tetapi supaya dapat mencapai suatu keadaan yang langgeng, kita harus mengikut jalan mana yang di maksudkan oleh jalan Islam yang asli, dengan hukum-hukum lahiriah (syari'at)nya, tata perilaku dan jalan hidup yang utuh, perkembangan batin mungkin terjadi hingga derajat terlentu tanpa mengikuti hukum-hukum lahiriah, namun, apabila seseorang ingin mengembangkan diri sepenuhnya, maka ia harus mengikuti syari'at dan jalan hidup Islam sepenuhnya.
Posting Komentar untuk "ADAKAH TASAWUF PALSU?"
Terimakasih atas kunjungan anda...