Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TENTANG PERBEDAAN DALAM SYARI'AT

Mengapakah perbedaan yang terjadi di antara kaum muslimin mencapai pada taraf seperti yang terlihat sekarang ini, padahal kitab mereka satu dan mereka juga umat yang satu? Karena perbedaan itu, kita dapat melihat adanya, orang yang melepaskan kedua tangannya di dalam shalat, sedangkan yang lainnya bersedekap, ada yang membuka kedua kakinya dalam shalat, sedangkan yang lain merapatkannya, ada pula yang membasuh kedua kakinya dalam berwudhu', sedangkan yang lain mengusapnya, ada yang mengeraskan bacaan basmalah, sedangkan yang lain tidak mengeraskan bacaannya, ada yang membaca amiin, sedangkan yang lain tidak mernbacanya.
Dan yang mengherankan adalah, mereka semua menyandarkan semua perkataan dan perbuatan mereka, meski secara lahiriah tampak bertentangan itu kepada Rasulullah Saw! Benarkah Rasulullah Saw telah mengatakan atau melakukan semua itu dan penisbatan atau semua penisbatan yang di sandarkan kepada beliau itu benar adanya, sebagaimana yang mereka katakan? Ataukah beliau hanya melakukan satu perbuatan yang sama dalam semua kondisi itu?
Apabila demikian halnya, dari manakah datangnya segenap perbedaan yang sulit di tolak itu dan di ingkari ini? Apakah kita semua di haruskan mengamalkan syari'at Allah atas dasar satu pendapat ataukah kita di perintahkan untuk berbeda? Bahkan dengan apakah fenomena perbedaan yang di nukil dari satu sahabat itu dapat di tafsirkan? Dan mengapa muncul dua pandangan yang berbeda dalam syari,at yang satu mengajak pada keragaman, sedangkan yang lain mengajak pada kesatuan pendapat? Seandainya yang di kehendaki oleh pembuat syari'at adalah keragaman, mengapa Rasulullah Saw hanya membatasi satu kelompok saja yang selamat dari 73 kelompok dan beliau mengatakan bahwa sisanya berada dalam neraka? Bukankah seharusnya menurut penafsiran sebelumnya (teks hadisnya adalah), "Semua kelompok (tujuh puluh tiga) itu benar dan hanya satu kelompok saja yang masuk neraka?" Bahkan tidak hanya itu saja, bukankah seharusnya tidak ada satu kelompok pun yang masuk neraka! Seandainya yang di kehendaki oleh pembuat syariat adalah satu pendapat (bukan banyaknya pendapat), mengapa keanekaragaman pendapat di benarkan dan di tekankan pulaa? Dan apakah perbedaan itu dapat di benarkan karena itu adalah rahmat? Apabila demikian, lantas apa arti penekanan Allah atas Wahdatu All-Kalimah? Kalau perpecahan memang di kehendaki oleh pembuat syari'at, maka apakah maksud ayat ini :

"Dan kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Q.S. An-Nisa’ Ayat 82). Dan apa pula maksud dari ayat ini : "Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang Iurus, maka ikutilah dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang Iain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya, yang demikian itu di perintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (Q.S. Al-An’am Ayat 153). 
Pendapat tentang perlunya keragaman pandangan atau pendapat akan perlunya satu pandangan, menurut hemat kami adalah mengacu kepada faktor-faktor terbelahnya kaum muslimin menjadi dua kelompok besar sepeninggal Rasulullah Saw dan faktor terpentingnya adalah terpecahnya mereka kepada dua metode berpikir yang mendasar, yaitu Pertama metode Ta'abbud, yakni taklid atau kepatuhan murni terhadap apa yang di katakan dan di lakukan Rasulullah Saw yang setuju pada kesatuan pandangan. Kedua metode ijtihad dan ra’yu, yakni yang setuju pada terjadinya keragaman pandangan. Kedua metode tersebut di bahas secara terperinci dalam pembahasan yang bertemakan sebab-sebab pelarangan penyusunan hadist nabi, dalam pelajaran tersebut, telah menjelaskan asal-muasal timbulnya ra'yu dan ijtihad di kalangan orang-orang Arab pra-Islam, pandangan-pandangan mereka tentang Rasulullah Saw dan dan cara mereka memperlakukan beliau sebagai orang biasa yang terkadang berbuat salah dan kadang berbuat benar dan adakalanya mengeluarkan kata-kata yang di landasi amarah, bahkan menurut pernahaman sebagian mereka, beliau tak ubahnya bagaikan seorang penguasa yang berjuang dan menuai kemenangan, semua ajarannya adalah ketentuan-ketentuan yang bermuara kepada diri sendiri dan sama sekali tak bermuara kepada Allah. Agama IsIam, demi mempersatukan umat manusia, datang membawa kesaksian Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah, kesaksian pertama di tujukan untuk menyatukan orang-orang Arab dan penduduk seluruh alam semesta dalam satu keyakinan, yakni meyakini keesaan Sang Ma’bud (Allah) serta meninggalkan tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka. Adapun kesaksian kedua, di tujukan untuk menghindarkam banyaknya pemimpin, pertikaian etnis dan mengajak kepada satu pemimpin. yaitu Rasul (utusan) kemanusiaan, dengam kata lain, Islam ingin menyatukan ideologi mereka di bawah panji Allah dan menjadikan Muhammad putra Abdullah sebagai pemimpin spiritual, politik dan sosial, alasannya, kesatuan pemikiran dan kepemimpinan adalah salah satu sebab yang dapat memperkuat serta mengangkat harkat dan martabat umat, ini berbeda dengan keragaman (tidak adanya kesatuan pandangan dan kepemimpinan), yang menjurus kepada perpecahan, perbedaan dan kelemahan, namun sebaiknya, pelajarilah gambaran global tentang ta'abbud, yaitu kepatuhan dalam menjalankan ritual keagamaan tanpa menambah atau mengurangi apa yang telah di gariskan oleh agama (Al-Qur'an) dan yang telah di sampaikan oleh Rasulullah Saw dan Al-Muta’abbidun (orang-orang yang tak'id),serta ijtihad, seperti bagaimana dan seperti apa dengan wudhu'nya Rasulullah Saw, seperti apa dan bagaimana Rasulullah Saw shalat dan ibadah wajib serta sunnat laainnya, patuh pada tata cara yang di ajarkan oleh Rasulullah Saw, maka selamat dunia dan akhirat.

Posting Komentar untuk "TENTANG PERBEDAAN DALAM SYARI'AT "