Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

KETIKA ALLAH MENYIKSA MANUSIA PADAHAL SUDAH DI TENTUKAN ALLAH

Ada suatu permasalahan tentang keimanan qadha' dan qadar, yaitu tentang polemik yang di rasakan sebagian manusia, yaitu bagaimana Allah akan menyiksa karena sesuatu kemaksiatan, padahal telah Dia takdirkan hal itu atas manusia tersebut, hal ini topiknya bukanlah suatu polemik, langkah manusia untuk berbuat jahat dan ingkar kemudian dia di siksa karenanya bukanlah persoalan yang sulit, karena langkah manusia pada berbuat jahat adalah langkah yang sesuai dengan pilihannya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mengacungkan pistol atau parang di depannya dan mengatakan : "Lakukanlah perbuatan jahat itu", akan tetapi dia melakukannya atas pilihannya sendiri. Allah telah berfirman : "Sesungguhnya Aku telah memberi petunjuk kepadanya pada jalan yang benar, maka adakalanya dia bersyukur dan adakalanya dia kufur." (Q.S. Al-lnsan Ayat 3).
Maka, baik kepada mereka yang bersyukur maupun yang kufur, Allah telah menunjukkan dan menjelaskan tentang jalan yang benar, akan tetapi sebagian manusia ada yang memilih jalan tersebut dan sebagian lagi ada yang tidak memilihnya, penjelasan (Allah) tersebut pertama dengan keharusan atau kepastian yang logis dan kedua dengan penjelasan. Dalam hal keharusan dan kepastian logis, maka kita dapat mengatakan kepada seseorang amal duniawi dan amal ukhrawi kita sebenarnya sama dan seharusnya kita memperlakukan keduanya secara sama, sebagai hal yang maklum adalah apabila di tawarkan kepada kita dua pekerjaan duaniawi yang telah di rencanakan, yang pertama kita yakini mengandung kabaikan untuk diri dan yang kedua merugikan diri, maka pastilah kita akan memilih pekerjaan pertama yang merupakan pekerjaan terbaik dari dua rencana di atas dan tidak mungkin kita memilih pekerjaan kedua, yang merupakan pilihan terburuk lalu kita mengatakan : "Qadar (Allah) telah menetapkan saya padanya pilihan kedua. Dengan demikian, apa yang telah kita tetapkan dalam menempuh jalan dunia, semestinya kita lakukan dalam menempuh jalan ukhrawi, kita dapat mengatakan : "Allah telah menawarkan di hadapan kita dua amal akhirat, yaitu amal buruk yang berupa amal-amal yang menyalahi syara‘ dan amal shalih yang berupa amal-amal yang sesuai dengan syara‘, maka apabila dalam berbagai pekerjaan duniawi kita memilih perbuatan yang baik, lalu mengapa kita tidak memilih amal baik dalam amal akhirat, karena itu, seharusnya kita memilih amal baik di dalam mencari akhirat sebagaimana kita harus memilih pekerjaan baik dalam mencari dunia. lnilah cara keharusa dan keepastian yang logis.

Adapun cara penjelasan, maka kita dapat mengatakan bahwa kita semua tidak tahu apa yang telah di takdirkan Allah kepada kita. Allah berfirman : "Setiap diri tidak mengetahui apa yang akan dia kerjakan besok." (Q.S. Luqman Ayat 34). Maka ketika seseorang melakukan suatu perbuatan, berarti dia melakukannya atas pilihannya sendiri dan bukan karena mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan perbuatan tersebut kepadanya, oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan : "Sesungguhnya Qadar itu rahasia yang tertutup." Dan kita semua tidak pernah mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan begitu, kecuali bila perbuatan tersebut telah terjadi, dengan

demikian, ketika kita melakukan sesuatu perbuatan, maka bukan berarti kita melakukannya atas dasar bahwa perbuatan tersebut telah di tetapkan bagi kita, akan tetapi kita melakukannya berdasarkan pilihan kita sendiri dan ketika telah terjadi maka kita baru tahu bahwa Allah telah mentakdirkannya untuk kita.

Oleh karena itu, manusia tidak bisa beralasan dengan takdir kecuali setelah terjadinya perbuatan tersebut, di sebutkan dari Amirul Mu'minin, Umar Bin Kahtthab Ra, sebuah kisah, bahwa seorang pencuri yang telah memenuhi syarat potong tangan di laporkan kepada beliau. Ketika Umar Ra menyuruh untuk memotong tangannya, dia mengatakan : "Tunggu dulu hai Amirul Mu'minin, demi Allah aku tidak mencuri itu kecuali karena Qadar Allah.“ Umar Ra mengatakan : "Aku tidak akan memotong tanganmu kecuali karena Qadar Allah jua." Maka Umar Ra berargumentasi dengan argumentasi yang di gunakan oleh pencuri tersebut tentang kasus pencurian terhadap harta orang-orang Islam, padahal Umar Ra bisa berargumentasi dengan Qadar dan Syari'at, karena beliau di perintahkan untuk memotong tangannya. Adapun dalam kasus tersebut, beliau berargumentasi dengan Qadar karena argumentasi tersebut lebih tepat mengenai sasaran. 


Berdasarkan hal itu, maka seseorang tidak lagi berargumentasi dengan Qadar untuk berbuat ma'siat kepada Allah dan dalam kenyataannya dia memang tidak punya alasan dalam hal di atas. Allah berfirman : "Aku telah mengutus para Rasul yang membawa berita gembira dan memberi peringatan, agar manusia tidak punya alasan atau argumentasi kepada Allah setelah adanya para Rasul." (Q.S. An-Nisa Ayat 165).

Sementara semua amal manusia, setelah datangnya para Rasul, tetap terjadi atas Qadar Allah, walaupun Qadar bisa di jadikan argumentasi akan tetapi selalu bersama-sama dengan terutusnya para Rasul selamanya, dengan demikian, jelaslah bahwa tidak layak berbuat ma'siat dengan alasan Qadha' dan Qadar Allah, karena dia tidak di paksa untuk melakukannya, semoga Allah memberi Taufiq buat kita sekalian.

Posting Komentar untuk "KETIKA ALLAH MENYIKSA MANUSIA PADAHAL SUDAH DI TENTUKAN ALLAH"