HISABLAH DIRI
“Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.” (H.R. At-Tirmidzi).
“Hamba tidak di katakan bertaqwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi saudaranya.” (H.R. At-TIrmidzi). Hal ini adalah dasar dari pembenahan diri sendiri, keluarga dan antar sesama muslim.
Betapa banyak kebodohan, keingkaran, kebathilan, kemungkaran dan kezhaliman dapat di hilangkan dengan sifat instropeksi dan saling mengingatkan dan betapa banyak tindakan yang salah atau keliru dapat di koreksi ketika saudara yang berilmu dan shalih menjalankan perannya dalam hal ini, tapi baru bisa terlaksana jika seseorang yang menerima hal itu hanya dengan hati yang lapang, terbuka dan jujur akan kelemahan diri, namun tidak bisa bagi yang berhati keras, telinga batu, egois, suka merasa diri telah benar dan tidak ada kemauan yang keras untuk berubah seperti yang di katakan Rasulullah,“Hingga mereka mengoreksi pelaksanaan ajaran agama mereka.” (H.R. Abu Daud). Kita dapat kebaikan hanya dengan memperhatikan, bahwa dengan mengoreksi diri adalah merupakan langkah awal terangkatnya musibah dan kehinaan sebab lemahnya ilmu dan sangat mempengaruhi akan amal ibadah, itulah sebabnya shalat seseorang belum mencegahnya dari keji dan mungkar, padahal sejatinya shalat pencegah keji dan mungkar, nah, dengan instropeksi dirilah kita menyadari, kenapa sifat ingkar dan sesuka hati yang lebih besar perannya dalam kehidupan, maka dengan instropeksilah bisa di deteksi, bahwa semua itu adalah karena kurangnya ilmu dan pemahaman agama, jika memang sedemikian tentu hati lapang, ikhlas, sadar akan kekurangan dan berkemauan keraslah yang bisa mengubahnya, tidak bagi yang berhati keras, lidah yang plin-plan yakni lain di hati di bibir dan berlainan pelaksanaan, artinya hanya bisa berkata tapi pelaksanaan secara nyata nihil, inilah yang sangat perlu di rubah dan di koreksi.
Hati yang lapang terhadap perbaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia adalah sangat utama, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab di lapangkannya hati untuk menerima kebaikan dari orang lain dan mengutamakan kehidupan yang kekal di akhirat daripada kehidupan yang fana di dunia sekehendak hati saja, jika begini maka semua jadi rusak, baik antar sesama manusia apalagi terhadap Allah.
“Hamba tidak di katakan bertaqwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi saudaranya.” (H.R. At-TIrmidzi). Hal ini adalah dasar dari pembenahan diri sendiri, keluarga dan antar sesama muslim.
Betapa banyak kebodohan, keingkaran, kebathilan, kemungkaran dan kezhaliman dapat di hilangkan dengan sifat instropeksi dan saling mengingatkan dan betapa banyak tindakan yang salah atau keliru dapat di koreksi ketika saudara yang berilmu dan shalih menjalankan perannya dalam hal ini, tapi baru bisa terlaksana jika seseorang yang menerima hal itu hanya dengan hati yang lapang, terbuka dan jujur akan kelemahan diri, namun tidak bisa bagi yang berhati keras, telinga batu, egois, suka merasa diri telah benar dan tidak ada kemauan yang keras untuk berubah seperti yang di katakan Rasulullah,“Hingga mereka mengoreksi pelaksanaan ajaran agama mereka.” (H.R. Abu Daud). Kita dapat kebaikan hanya dengan memperhatikan, bahwa dengan mengoreksi diri adalah merupakan langkah awal terangkatnya musibah dan kehinaan sebab lemahnya ilmu dan sangat mempengaruhi akan amal ibadah, itulah sebabnya shalat seseorang belum mencegahnya dari keji dan mungkar, padahal sejatinya shalat pencegah keji dan mungkar, nah, dengan instropeksi dirilah kita menyadari, kenapa sifat ingkar dan sesuka hati yang lebih besar perannya dalam kehidupan, maka dengan instropeksilah bisa di deteksi, bahwa semua itu adalah karena kurangnya ilmu dan pemahaman agama, jika memang sedemikian tentu hati lapang, ikhlas, sadar akan kekurangan dan berkemauan keraslah yang bisa mengubahnya, tidak bagi yang berhati keras, lidah yang plin-plan yakni lain di hati di bibir dan berlainan pelaksanaan, artinya hanya bisa berkata tapi pelaksanaan secara nyata nihil, inilah yang sangat perlu di rubah dan di koreksi.
Hati yang lapang terhadap perbaikan dan mengutamakan akhirat daripada dunia adalah sangat utama, mengoreksi kondisi jiwa dan amal merupakan sebab di lapangkannya hati untuk menerima kebaikan dari orang lain dan mengutamakan kehidupan yang kekal di akhirat daripada kehidupan yang fana di dunia sekehendak hati saja, jika begini maka semua jadi rusak, baik antar sesama manusia apalagi terhadap Allah.
Posting Komentar untuk "HISABLAH DIRI"
Terimakasih atas kunjungan anda...