BIASAKANLAH DZIKIR (INGAT) KEPADA ALLAH SETIAP SAAT
Dzikir itu di maknakan dan diterapkan ada 4, yaitu :
1. Dzikir, di mana engkau mengingat dzikir (menyengaja).
2. Dzikir yang kamu lakukan atau diingatkan melalui dzikir (rutinitas).
3. Dzikir yang spontan mengingatkan dirimu.
4. Dzikir yang kamu lakukan yang di ingatkan oleh Allah (dzikir bersama Allah).
Yang pertama adalah dzikirnya kalangan biasa yang mulai melatih diri, yaitu dzikir untuk mengingatkan kelalaian, kealpaan atau mengingatkan dari kekhawatiran akan kelalaian, kelupaan atau kealpaan.
Kedua adalah dzikir, di mana kamu di ingatkan, baik berupa karena ujian, cobaan, nikmat, taqarrub ataupun karena telah sadar jauh dari Allah dan sebagainya, ataupun yang memang karena ketaatan, yaitu karena Allah.
Ketiga, dzikir yang mengingatkan dirimu, pada kebiasaan, bahwa : Seluruh kebaikan datangnya dari Allah, hal ini terjadi karena telah terbiasa hatinya berdzikir pada Allah yang ia sadar, bahwa :
a. Seluruh kejahatan datangnya dari hawa nafsu.
b. Keburukan datangnya dari musuh, yaitu iblis dan syaithan, walaupun Allah yang menciptakannya.
c. Dzikir yang kamu sendiri yang di ingatkan Allah, yaitu dzikirnya Allah kepada hamba-Nya. Pada tahap ini hamba tidak memiliki kaitan dirinya atau lainnya, walaupun itu meluncur melalui ucapannya. Inilah posisi yang spontanitas karena terbiasa detik demi detik waktunya dalam hati tetap dzikir, misalnya bila ia tersandung maka yang terlompat kata-kata dari bibirnya adalah nama Allah, bukan umpatan atau makian atau berkata "aduh", ia tidak lagi begitu membutuhkan dzikir yang menyengaja atau yang sengaja diingat, itulah karunia Allah yang Maha Besar dan Mulia baginya. Apabila kamu masuk di dalamnya lingkaran kaidah ini, maka dzikir menjadi yang di ingat dan yang ingat menjadi yang pengingat. Inilah puncak hasilnya rutinitas jika sudah terbiasa, sehingga dengan ingat selalu pada Tuhan maka terhindarlah ia dari sifat yang buruk, keji dan mungkar.
Sudah seharusnya kita melakukan dzikir yang bisa aman dari siksa Allah didunia dan di akhirat, di samping dzikir itu dalam rangka meraih ridha Allah berupa nafsu yang tenang terpimpin pada kebaikan didunia dan di akhirat, pegang teguhlah dan langgenggkanlah, yaitu kita berdzikir dengan : “Segala puji bagi Allah, mohon ampun kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Alhamdulillah, karena adanya nikmat dan kebaikan dari Allah. Astaghfirullah, karena adanya faktor yang datang dari nafsu dan dari musuh (iblis dan syaithan), walaupun sebenarnya datang dari Allah baik karena ciptaan maupun kehendak-Nya, sesungguhnya itu untuk ujian bagi hamba-Nya yang mau peroleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan beriktikad “Laahaula wala Quwwata illa Billah,” karena datangnya berbagai kejadian adalah suatu aral rintangan yang datang kepadamu dari Allah dan apa-apa yang muncul padamu sesungguhnya dari Allah. Ingatlah, karena rahasia bathin itu jarang terjadi dalam dzikir, atau dalam fikir, atau ketika diam dan hening kecuali pada salah satu empat hal tersebut di atas. Jika terjadi kebajikan atau keburukan pada kita, maka ucapkanlah "Alhamdulillah atau Astaghfirullah Illahi anta maksudi waridhaka mathlubi."
Namun apabila datang sesuatu dari Allah kepadamu atau dari dirimu, yang tidak jelas kebaikan atau keburukan di sana, sementara kita tidak mampu menolak atau menafikan, maka ucapkanlah : "Laa Haulla walaa Quwwata Illa Billaah" Lalu gabungkanlah ketiga dzikir tersebut pada setiap saat dan langgengkan (istiqamah), maka kita akan menemukan barakah dari Allah, berupa ketenangan, ketenteraman, hati dan jiwa yang lapang dan lain-lain. Ketuklah selalu pintu dzikir dengan hasrat kemauan yang bata dan sikap yang sangat membutuhkan (penghambaan) kepada Allah melalui sikap disiplin dan ketat dalam mengingat-Nya yang manjauhkan diri dari bayangan dan khayal (imajinasi) yang beragam jenis, disamping menjaga rahasia bathin (sirr) agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas, apabila Anda ingin memiliki kekayaan ruhani. Di sini dalam hal ini ada tiga dimensi : Biasakan dan tuntaskan lisanmu untuk dzikir, hatimu untuk tafakkur dan tubuh jasmani rohanimu untuk menuruti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian kita bisa tergolong orang-orang yang beriman, taqwa dan shalih/shaliha, amiin.
1. Dzikir, di mana engkau mengingat dzikir (menyengaja).
2. Dzikir yang kamu lakukan atau diingatkan melalui dzikir (rutinitas).
3. Dzikir yang spontan mengingatkan dirimu.
4. Dzikir yang kamu lakukan yang di ingatkan oleh Allah (dzikir bersama Allah).
Yang pertama adalah dzikirnya kalangan biasa yang mulai melatih diri, yaitu dzikir untuk mengingatkan kelalaian, kealpaan atau mengingatkan dari kekhawatiran akan kelalaian, kelupaan atau kealpaan.
Kedua adalah dzikir, di mana kamu di ingatkan, baik berupa karena ujian, cobaan, nikmat, taqarrub ataupun karena telah sadar jauh dari Allah dan sebagainya, ataupun yang memang karena ketaatan, yaitu karena Allah.
Ketiga, dzikir yang mengingatkan dirimu, pada kebiasaan, bahwa : Seluruh kebaikan datangnya dari Allah, hal ini terjadi karena telah terbiasa hatinya berdzikir pada Allah yang ia sadar, bahwa :
a. Seluruh kejahatan datangnya dari hawa nafsu.
b. Keburukan datangnya dari musuh, yaitu iblis dan syaithan, walaupun Allah yang menciptakannya.
c. Dzikir yang kamu sendiri yang di ingatkan Allah, yaitu dzikirnya Allah kepada hamba-Nya. Pada tahap ini hamba tidak memiliki kaitan dirinya atau lainnya, walaupun itu meluncur melalui ucapannya. Inilah posisi yang spontanitas karena terbiasa detik demi detik waktunya dalam hati tetap dzikir, misalnya bila ia tersandung maka yang terlompat kata-kata dari bibirnya adalah nama Allah, bukan umpatan atau makian atau berkata "aduh", ia tidak lagi begitu membutuhkan dzikir yang menyengaja atau yang sengaja diingat, itulah karunia Allah yang Maha Besar dan Mulia baginya. Apabila kamu masuk di dalamnya lingkaran kaidah ini, maka dzikir menjadi yang di ingat dan yang ingat menjadi yang pengingat. Inilah puncak hasilnya rutinitas jika sudah terbiasa, sehingga dengan ingat selalu pada Tuhan maka terhindarlah ia dari sifat yang buruk, keji dan mungkar.
Sudah seharusnya kita melakukan dzikir yang bisa aman dari siksa Allah didunia dan di akhirat, di samping dzikir itu dalam rangka meraih ridha Allah berupa nafsu yang tenang terpimpin pada kebaikan didunia dan di akhirat, pegang teguhlah dan langgenggkanlah, yaitu kita berdzikir dengan : “Segala puji bagi Allah, mohon ampun kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Alhamdulillah, karena adanya nikmat dan kebaikan dari Allah. Astaghfirullah, karena adanya faktor yang datang dari nafsu dan dari musuh (iblis dan syaithan), walaupun sebenarnya datang dari Allah baik karena ciptaan maupun kehendak-Nya, sesungguhnya itu untuk ujian bagi hamba-Nya yang mau peroleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan beriktikad “Laahaula wala Quwwata illa Billah,” karena datangnya berbagai kejadian adalah suatu aral rintangan yang datang kepadamu dari Allah dan apa-apa yang muncul padamu sesungguhnya dari Allah. Ingatlah, karena rahasia bathin itu jarang terjadi dalam dzikir, atau dalam fikir, atau ketika diam dan hening kecuali pada salah satu empat hal tersebut di atas. Jika terjadi kebajikan atau keburukan pada kita, maka ucapkanlah "Alhamdulillah atau Astaghfirullah Illahi anta maksudi waridhaka mathlubi."
Namun apabila datang sesuatu dari Allah kepadamu atau dari dirimu, yang tidak jelas kebaikan atau keburukan di sana, sementara kita tidak mampu menolak atau menafikan, maka ucapkanlah : "Laa Haulla walaa Quwwata Illa Billaah" Lalu gabungkanlah ketiga dzikir tersebut pada setiap saat dan langgengkan (istiqamah), maka kita akan menemukan barakah dari Allah, berupa ketenangan, ketenteraman, hati dan jiwa yang lapang dan lain-lain. Ketuklah selalu pintu dzikir dengan hasrat kemauan yang bata dan sikap yang sangat membutuhkan (penghambaan) kepada Allah melalui sikap disiplin dan ketat dalam mengingat-Nya yang manjauhkan diri dari bayangan dan khayal (imajinasi) yang beragam jenis, disamping menjaga rahasia bathin (sirr) agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas, apabila Anda ingin memiliki kekayaan ruhani. Di sini dalam hal ini ada tiga dimensi : Biasakan dan tuntaskan lisanmu untuk dzikir, hatimu untuk tafakkur dan tubuh jasmani rohanimu untuk menuruti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian kita bisa tergolong orang-orang yang beriman, taqwa dan shalih/shaliha, amiin.
Kalo kata ingat digantikan kata sadar akan lebih afdhal saya rasa, karena kalo diingat brrti pernah ketemu atau kontak langsung melalui indra atau akal sedangkan sadar adalah dari hati. Maaf cuma saran saja.
BalasHapusKalo kata ingat digantikan kata sadar akan lebih afdhal saya rasa, karena kalo diingat brrti pernah ketemu atau kontak langsung melalui indra atau akal sedangkan sadar adalah dari hati. Maaf cuma saran saja.
BalasHapusBoleh saja, memang penyesuaian dari bahasa Arab ke Indonesia cukup rumit dalam menjabarkan kalimat/kata-katanya, kita upayakan memahami saja maksud dan tujuannya agar di mengerti secara bersama-sama, karena semua itu hanya tentang perbedaan bahasa.
Hapus