Definisi Iman Kepada Allah
Penjabaran Iman Kepada Allah
Aqidah keimanan untuk tahap hamba, yang punya peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, merupakan kesadaran manusia bahwa dia adalah makhluk yang pasti ada penciptanya, penciptanya adalah Allah Tuhan yang Maha Agung.Allah telah menjadikan manusia dan jin untuk menyembah kepada Allah. Meng-ESA-kan Allah dengan ucapan tiada tuhan melainkan Allah dan yang wajib di sembah dan tidak ada serikat baginya. Aqidah mengenalkan kepada manusia kenapa dia di ciptakan, ianya di ciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah tiada sekutu baginya dan kita sangat di larang mempersekutukan Allah, berusaha untuk menguatkan kemaslahatan bagi umat manusia.
Aqidah juga mengingatkan manusia akan tujuan perjalanannya di dunia, apakan yang dia setelah hidup dan mati, ia juga mendatangkan perasaan sejuk, tenang dan tentram serta membangkitkan rasa gairah akan harapan dan kesabaran di dalam jiwa manusia.
Aqidah juga untuk jadi pendorong manusia guna berbuat kebaikan menunaikan tugas kewajiban mengingaTkan mereka untuk tidak berbuat aniaya serta melampaui batas dan kerusakan di muka bumi.
Aqidah islam mengajak untuk saling menolong mengingatkan persaudaraan dalam meningkatkan ukhuwah islam, solidaritas antar umat manusia, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an : “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat : 10).
Aqidah islam terbentuk atas rukun iman yang 6 (enam), kita ketahui bahwa iman itu tentu dengan syarat, sempurna dan yang membatalkan iman itu sendiri. Berikut adalah sendi-sendi akan rukun iman tersebut, masalah iman ini terlebih dahulu kita bagi 2 (dua), yaitu :
1. Iman Majmal;
2. Iman Mapshal.
Iman Majmal artinya : Berhimpun dan bercari-cari.
Iman Mapshal mempunyai 2 (dua) artinya :
- Amantubillahi wabima qolallahuta'ala
Percaya akan Allah dan yang di firmankannya.
- Amantubirasulli wabima qolarrasuli, artinya :
Percaya akan Rasul-Nya dan apapun yang di katakannya.
Rukun Iman ada 6 (enam) perkara :
1. Percaya aku akan Allah;
2. Percaya aku akan Malaikat-Nya;
3. Percaya aku akan Kitab-kitab-Nya;
4. Percaya aku akan Nabi dan Rasul-Nya;
5. Percaya aku akan Hari Kiamat-Nya;
6. Percaya aku akan Takdir baik dan buruk datang daripada-Nya.
Fardhu Iman itu ada 3 (tiga) perkara :
1. Mengikrarkan dengan lidah;
2. Tasydikkan dengan hati;
3. Di perbuat dengan segala anggota lahir dan bathin, dan mengikut akan ijma' sahabat Rasulullah Saw, yaitu :
- Abu Bakar Assyiddiq, Ra;
- Umar bin Khattab, Ra;
- Usman bin Affan, Ra;
- Ali bin Abi Thalib, Ra.
Syarat Iman ada 10 (sepuluh) perkara :
1. Kasih akan Allah;
2. Kasih akan Malaikat;
3. Kasih akan Kitab Allah;
4. Kasih akan segala Nabi dan Rasul;
5. Kasih akan segala Wali Allah;
6. Benci akan segala seteru Allah;
7. Takut akan segala azab Allah;
8. Harap akan Rahmat Allah;
9. Membesarkan seru Allah dan merajakan-Nya;
10. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Yang merusakkan Iman ada pula 10 (sepuluh) perkara :
1. Menduakan Allah (syirik kasar atau halus);
2. Mengekalkan perbuatan jahat;
3. Membinasakan sesama makhluk dan menzalimi serta dendam mendendam dengan sesama;
4. Bersalah-salahan lebih dari 3 (tiga) hari;
5. Ringankan syari'at Nabi;
6. Tiada takut akan gugur imannya;
7. Menyerupai perbuatan kafir;
8. Putuskan dari rahmat Allah;
9. Memakai pakaian kafir dan ciri-cirinya;
10. Memutuskan menghadap kiblat.
Semoga Allah berkenan untuk menjauhkan kita dari sifat-sifat yang demikian...Amin. Makna akan iman kepada Allah Swt adalah membenarkan dengan sungguh-sungguh akan ujud eksistensi Allah bahwa dialah pencipta segala sesuatu dan mengatur seluruh alam, tiada sekutu bagi Allah, sesungguhnya Allah Maha Esa, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula di peranakkan, tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya dan setara dengan Dia.
Allah mempunyai sifat kesempurnaan dan keagungan, Maha Suci Allah dari segala kekurangan, oleh karena itu dialah Allah yang berhak di sembah, beribadah kepada yang lain adalah syirik dan sesat yang nyata. Unsur-unsur iman kepada Allah merupakan iman yang bermanfaat bagi seseorang di dunia dan di akhirat, yakni ;
- Mengikrarkan dengan lidah bahwa tiada tuhan selain Allah yang berhak di sembah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan atau pesuruh Allah;
- Membenarkan dengan hati, bukan seperti orang yang munafik yang hanya mengatakan dengan lidah dan yang tidak mereka yakini;
- Mengamalkan dengan anggota badan atau jasmani serta menunaikan segala kewajiban dan meninggalkan segala larangan dan bertingkah laku dengan akhlak islam yang baik, sebab amalan adalah bukti nyata atas keimanan yang sungguh-sungguh.
Frequensi iman itu harus di usahakan stabil, tidak pernah berkurang, iman juga mengalami perubahan, bisa berkurang dan bisa pula bertambah, berkurang dari segi kemaksiatan dan bertambah di segi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah : “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang di beri Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang di beri Al-kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan) : "Apakah yang di kehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang di kehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang di kehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (Q.S. Al-Mudatsir : 31).
Fitrah setiap manusia pasti mempunyai rasa dan instink akan adanya Allah, bahkan orang yang mengingkarinya sekalipun akan merasakan instink ini, tampaknya mereka mengingkari tapi hatinya meyakini, maka jadilah mereka orang-orang yang membohongi hatinya sendiri, dosa kepada diri sendiri akan menghela dosa kepada Rasul-Nya, dan dosa kepada Rasul-Nya akan menghela dosa kepada Allah, dan dosa kepada Allah akan membawa kepada neraka jahannam. Akal setiap manusia yang berakal pasti tahu bahwa alam semesta ini ada tuhan yang menciptakan dan mengaturnya, oleh sebab itu orang yang berakal dari kalangan ilmuwan dan pemikir-pemikir dahulu mengakui akan adanya Allah.
Setiap makhluk yang kita lihat, baik berada di langit maupun berada di bumi ataupun yang di angkasa luas membuktikan adanya sang pencipta yang maha agung, setiap yang ada di depan kita seperti ; mobil, pesawat, kapal laut dan segala sesuatu semacam peralatan pasti ada yang membuatnya, lalu bagaimana dengan alam jagat raya ini?
Dulu kala seorang awam dari kalangan kaum muslimin pernah melancarkan ucapan bahwa tahi unta pasti menunjukkan adanya unta dan jejak telapak kaki menunjukkan adanya orang yang lewat, langit yang di hiasi dengan bintang-bintang, bumi yang mempunyai jurang-jurang dan laut yang di liputi gelombang, bukankah itu tanda-tanda akan ada yang menciptakannya?
Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui, tidak ada sesuatu yang mengklaim bahwa ia adalah pencipta dirinya atau pencipta yang lainnya, maka ada dua pilihan bahwa seluruh makhluk ini tercipta secara kebetulan atau Allah lah yang menciptakannya, hal yang pertama tadi sudah jelas tiada mungkin, karena sesuatu yang kebetulan tidak akan mungkin menciptakan sesuatu dengan teratur dan rapi, maka tidak ada kemungkinan lain kecuali Allah lah yang menciptakan secara keseluruhan dan pengatur alam jagad raya ini beserta dengan isinya.
Contoh kerapian akan ciptaan Allah adalah penciptaan manusia, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” (Q.S. Al-Mu’minun : 12).
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang di simpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S. Al-Mu’minun : 13). “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mu’minun : 14).
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami).” (Q.S. Al-Mu’minun : 17). Dengan kepatuhan kepada Allah dengan sebenar-benarnya iman akan menghasilkan bertambahnya tingkat keyakinan serta keimanan, senantiasa melakukan amal shaleh dengan menjauhi segala larangan-Nya akan membuahkan ketenteraman dan ketenangan hati. Bebaskanlah penghambaan dari yang lain dan curahkan sepenuhnya hanya kepada Allah, dengan demikian iman kepada Allah adalah yang sebenarnya tauhid.
Posting Komentar untuk "Definisi Iman Kepada Allah"
Terimakasih atas kunjungan anda...