TENTANG MAKSIAT HATI
Pokok ajaran dalam Agama Islam terdiri atas dua bagian : meninggalkan apa yang di larang dan melakukan amal ketaatan, meninggalkan apa yang di larang jauh lebih sulit karena melakukan amal ketaatan yang dapat di lakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan syahwat hanya bisa di wujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun dan rajin beramal ibadah sunnah setelah ibadah wajib. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.” Ketahuilah Bahwa ketika engkau bermaksiat sesungguhnya engkau melakukan maksiat tersebut dengan anggota badanmu padahal ia merupakan nikmat dan amanat Allah yang di berikan kepadamu. Mempergunakan nikmat Allah dalam rangka bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat terhadap amanat yang di titipkan Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka perhatikan dengan baik bagaimana kamu menggembalakan mereka.Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang di pimpinnya. Sadarlah bahwa semua anggota badanmu akan menjadi saksi atasmu pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia akan menyingkap rahasiamu di hadapan semua makhluk. Allah berfirman,“Pada hari di mana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan yang kalian lakukan.” (Q.S. An-Nur : 24). Dan juga Allah berfirman,“Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Yasin : 65).
Oleh karena itu, peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh anggota badanmu karena neraka jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri, yang masuk ke dalam pintu pintu neraka jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah, dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.
Mata di ciptakan agar bisa memberi petunjuk padamu di waktu gelap, agar bisa kau pergunakan pada saat di perlukan, agar dengannya engkau melihat semua keajaiban langit dan bumi dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Karena dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal : melihat yang bukan mahram-nya, melihat gambar bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang muslim.
Adapun telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji, takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut di ciptakan untukmu agar engkau bisa mendengar kalam Allah, sunah Rasulullah Saw dan kata hikmah para wali serta agar engkau bisa mempergunakannya untuk bisa menggapai syurga yang penuh kenikmatan, kekal abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau mempergunakan telinga tersebut pada sesuatu yang di benci ia akan menjadi beban atau musuh bagimu. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa mengantarkanmu menuju kesuksesan, menjadi mengantarkanmu menuju kehancuran. Ini benar-benar merupakan kerugian. Jangan engkau mengira bahwa dosanya hanya di bebankan kepada si pembicara, sedangkan si pendengar terbebas dari dosa. Karena, dalam riwayat di sebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah (bergunjing).
Adapun lidah, maka ia di ciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah, membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta mengungkapkan kebutuhan agama dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan pada tujuan yang telah di gariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat Allah. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia di ceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang di lakukan oleh lidah, maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin membuat teman-temannya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka selama tujuh puluh musim.” Dalam riwayat lain di sebutkan bahwa ada seorang syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu seseorang berkata,“Selamat baginya yang telah memperoleh syurga!” Tapi Rasulullah Saw kemudian bersabda,“Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya.” Maka, peliharalah lidahmu dari delapan perkara, yaitu : Pertama: berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan kau biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian, jika engkau di kenal mempunyai sifat seperti itu (pendusta) maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk selanjutnya engkau akan hina dan di pandang sebelah mata. Apabila engkau ingin mengetahui busuknya perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah perkataan dusta yang di lakukan orang lain serta bagaimana engkau membencinya, meremehkannya dan tidak menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada dirimu. Kedua : menyalahi janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak.” Selanjutnya Rasulullah Saw bersabda,“Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan shalat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” Ketiga : Gibah (menggunjing). Peliharalah lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang pezina.” Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu engkau lakukan, maka engkau adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya, walaupun engkau berkata benar. Hindarilah untuk menggunjing secara halus, yaitu misalnya engkau nyatakan maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata,“Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari pernyataannya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendo’akannya, maka berdo’alah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya. Cukuplah firman Allah ini menghalangimu dari gibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya.” (Q.S. Al-Hujurat : 12).
Allah mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung, engkau tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau menyadari hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk menghindari apa yang kau nisbatkan padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika kejelekanmu disebutkan, ia juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya Allah akan menutupi aibmu, tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan batinmu lalu engkau tidak menemukan aib dan kekurangan, baik dari aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada kedunguan tersebut, sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya Dia akan memperlihatkan aib-aibmu, tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan ridha, hal itu merupakan puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada Allah. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan kehormatan mereka, sebab, hal itu merupakan aib yang paling besar.
Keempat: mendebat orang, karena, dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu, sedangkan manakala engkau mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Rasulullah Saw bersabda,“Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di syurga yang paling tinggi.”
Jangan sampai engkau tertipu oleh syaithan yang berkata padamu,“Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab, syaithan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan syaithan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan, tapi hal itu harus di lakukan dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri, yang harus di lakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang, sehingga terbukanya lebih banyak daripada kebaikan yang di timbulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para fakih zaman ini memiliki karakter suka berdebat, sehingga ia sulit diam, sebab, para ulama su’ tersebut mengatakan padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh karena itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah, perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.
Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa. Allah berfirman,“Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertaqwa.” (Q.S. An-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat di tanya, “Apa itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang memuji dirinya sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
Keenam: mencela. Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah, baik itu hewan, makanan, ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah, oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan di tanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?” Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan di tanya tentang hal itu serta tak akan di tuntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu pun dari makhluk Allah. Rasulullah Saw sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.
Ketujuh: mendo’akan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendo’akan keburukan bagi suatu makhluk Allah. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah. Dalam sebuah hadis di sebutkan,“Seorang yang di aniaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat.” Sebagian orang terus mendo’akan keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf berkata, “Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj untuknya, sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya.”
Kedelapan: bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan menyakiti hati orang lain. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu, jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu, jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain. Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan darurat. Di ceritakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra meletakkan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara kecuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala sumber bagiku, kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat.”
Adapun perut, maka jangan kau isi ia dengan barang haram atau syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika engkau telah mendapatkan yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa membekukan hati, merusak akal, menghilangkan hafalan, memberatkan anggota badan untuk beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu tentara syaithan. Jika kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan, bagaimana jika dari yang haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah dan menuntut ilmu yang di sertai mengkonsumsi makanan haram seperti membangun di atas kotoran hewan. Apabila engkau merasa cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu selama sehari semalam memakan dua potong roti, lalu engkau tidak menikmati apa yang lezat bagi manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal sangat banyak. Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang tersembunyi, tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui bahwa itu adalah haram atau setelah di lihat dari ciri-ciri yang terkait dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apa yang sudah di ketahui tampak jelas secara lahir, sementara yang bersifat dugaan tampak dengan adanya ciri-ciri, misalnya harta penguasa dan para pekerjanya, harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar, riba, judi, dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram, maka apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena adanya dugaan yang kuat tadi, yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat, kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian adalah haram. Hal-hal yang menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal dan haram ada dalam satu kajian tersendiri pada Kitab Ihya Ulumuddin. Pelajarilah kitab tersebut karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim sebagaimana shalat lima waktu.
Adapun kemaluan, peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana yang di sebutkan Allah,“Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak dapat di cela.” (Q.S. Al-Mu’minun : 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang, karena, semua itu merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Kedua tangan, harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul seorang rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan, serta untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh di ucapkan karena pena merupakan lidah pula. Oleh karena itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau menjaga lidah. Janganlah engkau pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim dan tak adil. Sebab, berjalan menuju para penguasa tersebut tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang besar karena berarti ia bersikap tawaddhu’ dan memuliakan mereka yang telah berbuat lalirn. Allah telah memerintahkan kita untuk berpaling dari mereka dalam firman-Nya yang berbunyi,“Janganlah kalian condong kepada mereka yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh api neraka dan kalian tidak mempunyai penolong selain Allah, lalu kalian tidak di tolong.” (Q.S. Hud : 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta, berarti engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Rasulullah Saw bersabda,“Siapa yang bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang.” ini terhadap orang kaya yang shalih, lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim? Ringkasnya, ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu semua merupakan nikmat Allah, maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota badanmu dalam rangka maksiat kepada Allah, tapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya. Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu, sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa tergantung pada amal perbuatannya. Jangan sampai engkau berkata,“Allah Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha Mengampuni dosa mereka yang bermaksiat.” Ini merupakan ungkapan yang benar tapi di tujukan pada sesuatu yang bathil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu seperti kata Rasulullah Saw,“Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk hari sesudah mati, sedangkan orang yang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.”
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang yang ingin menjadi fakih dalam ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk dengan sesuatu yang batil lalu berkata,“Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia Maha berkuasa untuk mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para Nabi dan Wali-Nya tanpa usaha dan belajar.” Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak mau menanam, berdagang, atau berusaha kemudian berujar,“Allah Maha Pemurah. Dia memiliki kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian dari khazanah kekayaan-Nya sehingga aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada para hambaNya.” Jika engkau mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti menganggap kedua orang itu bodoh dan engkau pasti mengejeknya walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian pula, Orang-orang yang alim dalam bidang-bidang agama akan menertawakanmu jika engkau menuntut ampunan tanpa ada usaha.
Allah berfirman,“Bagi manusia apa yang ia usahakan.” (Q.S. An-Najm : 39),“Kalian di balas sesuai dengan amal perbuatan kalian.” (Q.S. Ath-Thar : 16),“Orang-orang abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan mereka yang selalu berbuat dosa berada di neraka Jahim.” (Q.S. Al-Infithar : 13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari harta dengan bersandar pada kemurahan-Nya serta terus membekali diri untuk akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik di dunia maupun di akhirat. Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan orang-orang saleh. Jangan engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang tak kau tanam, sedangkan orang yang berpuasa, shalat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia di ampuni. Ini adalah beberapa hal yang patut di pelihara oleh anggota badanmu. Engkau juga harus membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketaqwaan secara bathin. Hati adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik, tapi jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak. Berusahalah untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga baik. Hati menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran Allah. Semoga Allah merahmati kita semua….
(Di sarikan dari Kitab Ihya ‘Ulumuddin-Al-Ghazali)
Oleh karena itu, peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh anggota badanmu karena neraka jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri, yang masuk ke dalam pintu pintu neraka jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah, dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.
Mata di ciptakan agar bisa memberi petunjuk padamu di waktu gelap, agar bisa kau pergunakan pada saat di perlukan, agar dengannya engkau melihat semua keajaiban langit dan bumi dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Karena dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal : melihat yang bukan mahram-nya, melihat gambar bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang muslim.
Adapun telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji, takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut di ciptakan untukmu agar engkau bisa mendengar kalam Allah, sunah Rasulullah Saw dan kata hikmah para wali serta agar engkau bisa mempergunakannya untuk bisa menggapai syurga yang penuh kenikmatan, kekal abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau mempergunakan telinga tersebut pada sesuatu yang di benci ia akan menjadi beban atau musuh bagimu. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa mengantarkanmu menuju kesuksesan, menjadi mengantarkanmu menuju kehancuran. Ini benar-benar merupakan kerugian. Jangan engkau mengira bahwa dosanya hanya di bebankan kepada si pembicara, sedangkan si pendengar terbebas dari dosa. Karena, dalam riwayat di sebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah (bergunjing).
Adapun lidah, maka ia di ciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah, membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta mengungkapkan kebutuhan agama dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan pada tujuan yang telah di gariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat Allah. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia di ceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang di lakukan oleh lidah, maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin membuat teman-temannya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka selama tujuh puluh musim.” Dalam riwayat lain di sebutkan bahwa ada seorang syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu seseorang berkata,“Selamat baginya yang telah memperoleh syurga!” Tapi Rasulullah Saw kemudian bersabda,“Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya.” Maka, peliharalah lidahmu dari delapan perkara, yaitu : Pertama: berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan kau biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian, jika engkau di kenal mempunyai sifat seperti itu (pendusta) maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk selanjutnya engkau akan hina dan di pandang sebelah mata. Apabila engkau ingin mengetahui busuknya perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah perkataan dusta yang di lakukan orang lain serta bagaimana engkau membencinya, meremehkannya dan tidak menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada dirimu. Kedua : menyalahi janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak.” Selanjutnya Rasulullah Saw bersabda,“Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan shalat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” Ketiga : Gibah (menggunjing). Peliharalah lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang pezina.” Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu engkau lakukan, maka engkau adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya, walaupun engkau berkata benar. Hindarilah untuk menggunjing secara halus, yaitu misalnya engkau nyatakan maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata,“Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari pernyataannya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendo’akannya, maka berdo’alah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya. Cukuplah firman Allah ini menghalangimu dari gibah, “Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya.” (Q.S. Al-Hujurat : 12).
Allah mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung, engkau tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau menyadari hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk menghindari apa yang kau nisbatkan padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika kejelekanmu disebutkan, ia juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya Allah akan menutupi aibmu, tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan batinmu lalu engkau tidak menemukan aib dan kekurangan, baik dari aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada kedunguan tersebut, sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya Dia akan memperlihatkan aib-aibmu, tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan ridha, hal itu merupakan puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada Allah. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan kehormatan mereka, sebab, hal itu merupakan aib yang paling besar.
Keempat: mendebat orang, karena, dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu, sedangkan manakala engkau mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Rasulullah Saw bersabda,“Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di syurga yang paling tinggi.”
Jangan sampai engkau tertipu oleh syaithan yang berkata padamu,“Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab, syaithan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan syaithan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan, tapi hal itu harus di lakukan dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri, yang harus di lakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang, sehingga terbukanya lebih banyak daripada kebaikan yang di timbulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para fakih zaman ini memiliki karakter suka berdebat, sehingga ia sulit diam, sebab, para ulama su’ tersebut mengatakan padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh karena itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah, perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.
Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa. Allah berfirman,“Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertaqwa.” (Q.S. An-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat di tanya, “Apa itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang memuji dirinya sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
Keenam: mencela. Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah, baik itu hewan, makanan, ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah, oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan di tanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?” Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan di tanya tentang hal itu serta tak akan di tuntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu pun dari makhluk Allah. Rasulullah Saw sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.
Ketujuh: mendo’akan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendo’akan keburukan bagi suatu makhluk Allah. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah. Dalam sebuah hadis di sebutkan,“Seorang yang di aniaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat.” Sebagian orang terus mendo’akan keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf berkata, “Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj untuknya, sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya.”
Kedelapan: bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan menyakiti hati orang lain. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu, jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu, jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain. Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan darurat. Di ceritakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra meletakkan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara kecuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala sumber bagiku, kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat.”
Adapun perut, maka jangan kau isi ia dengan barang haram atau syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika engkau telah mendapatkan yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa membekukan hati, merusak akal, menghilangkan hafalan, memberatkan anggota badan untuk beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu tentara syaithan. Jika kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan, bagaimana jika dari yang haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah dan menuntut ilmu yang di sertai mengkonsumsi makanan haram seperti membangun di atas kotoran hewan. Apabila engkau merasa cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu selama sehari semalam memakan dua potong roti, lalu engkau tidak menikmati apa yang lezat bagi manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal sangat banyak. Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang tersembunyi, tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui bahwa itu adalah haram atau setelah di lihat dari ciri-ciri yang terkait dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apa yang sudah di ketahui tampak jelas secara lahir, sementara yang bersifat dugaan tampak dengan adanya ciri-ciri, misalnya harta penguasa dan para pekerjanya, harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar, riba, judi, dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram, maka apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena adanya dugaan yang kuat tadi, yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat, kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian adalah haram. Hal-hal yang menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal dan haram ada dalam satu kajian tersendiri pada Kitab Ihya Ulumuddin. Pelajarilah kitab tersebut karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim sebagaimana shalat lima waktu.
Adapun kemaluan, peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana yang di sebutkan Allah,“Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak dapat di cela.” (Q.S. Al-Mu’minun : 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang, karena, semua itu merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Kedua tangan, harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul seorang rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan, serta untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh di ucapkan karena pena merupakan lidah pula. Oleh karena itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau menjaga lidah. Janganlah engkau pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim dan tak adil. Sebab, berjalan menuju para penguasa tersebut tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang besar karena berarti ia bersikap tawaddhu’ dan memuliakan mereka yang telah berbuat lalirn. Allah telah memerintahkan kita untuk berpaling dari mereka dalam firman-Nya yang berbunyi,“Janganlah kalian condong kepada mereka yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh api neraka dan kalian tidak mempunyai penolong selain Allah, lalu kalian tidak di tolong.” (Q.S. Hud : 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta, berarti engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Rasulullah Saw bersabda,“Siapa yang bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang.” ini terhadap orang kaya yang shalih, lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim? Ringkasnya, ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu semua merupakan nikmat Allah, maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota badanmu dalam rangka maksiat kepada Allah, tapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya. Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu, sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa tergantung pada amal perbuatannya. Jangan sampai engkau berkata,“Allah Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha Mengampuni dosa mereka yang bermaksiat.” Ini merupakan ungkapan yang benar tapi di tujukan pada sesuatu yang bathil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu seperti kata Rasulullah Saw,“Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk hari sesudah mati, sedangkan orang yang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.”
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang yang ingin menjadi fakih dalam ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk dengan sesuatu yang batil lalu berkata,“Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia Maha berkuasa untuk mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para Nabi dan Wali-Nya tanpa usaha dan belajar.” Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak mau menanam, berdagang, atau berusaha kemudian berujar,“Allah Maha Pemurah. Dia memiliki kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian dari khazanah kekayaan-Nya sehingga aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada para hambaNya.” Jika engkau mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti menganggap kedua orang itu bodoh dan engkau pasti mengejeknya walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian pula, Orang-orang yang alim dalam bidang-bidang agama akan menertawakanmu jika engkau menuntut ampunan tanpa ada usaha.
Allah berfirman,“Bagi manusia apa yang ia usahakan.” (Q.S. An-Najm : 39),“Kalian di balas sesuai dengan amal perbuatan kalian.” (Q.S. Ath-Thar : 16),“Orang-orang abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan mereka yang selalu berbuat dosa berada di neraka Jahim.” (Q.S. Al-Infithar : 13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari harta dengan bersandar pada kemurahan-Nya serta terus membekali diri untuk akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik di dunia maupun di akhirat. Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan orang-orang saleh. Jangan engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang tak kau tanam, sedangkan orang yang berpuasa, shalat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia di ampuni. Ini adalah beberapa hal yang patut di pelihara oleh anggota badanmu. Engkau juga harus membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketaqwaan secara bathin. Hati adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik, tapi jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak. Berusahalah untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga baik. Hati menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran Allah. Semoga Allah merahmati kita semua….
(Di sarikan dari Kitab Ihya ‘Ulumuddin-Al-Ghazali)
Posting Komentar untuk "TENTANG MAKSIAT HATI"
Terimakasih atas kunjungan anda...