SEPULUH SIKAP ORANG BERIMAN
Apabila manusia tidak mau membuat hatinya tidak lagi memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah Swt, selalu berbuat maksiat, keingkaran dan kesyirikan apalagi dosa-dosa besar, maka Allah Swt menimpakan kepada jiwa dan hatinya berupa noda, ujian/cobaan, musibah, duka hati, kecemasan, kepedihan, keresahan, kegalauan, kegundahan dan penyakit.
Hati dan jiwa sangat terpengaruh oleh penderitaan ini, namun bila hati tak mempedulikan panggilan untuk hijrah kepada kebaikan, maka Allah Swt akan mencap hatinya dengan keburukan, jika sebaliknya, maka Ia mengizinkannya melalui ilham bagi orang-orang yang taqwa, wahyu bagi para Nabi dan Rasul, Allah Swt menganugerahi jiwa dan hati berupa kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kesusahan dan keresahan.
Selamatkanlah dirimu dari ujian dan cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tidak meninggalkan ketaatan, keimanan dan ketaqwaan, tunggulah dan jalanilah dengan sabar, maka atas rahmat dari Allah Swt kamu akan selamat di dunia ini dan di akhirat.
Ada sepuluh sifat pada untuk sebagai landasan atas orang-orang yang beriman berupa, mawas diri dan sebagai peraih tujuan kebahagiaan yang diridhai-Nya, yaitu :
1. Tidak bersumpah dengan-Nya jika tiada darurat sedikitpun, entah benar atau tidak, entah sengaja atau tidak, sebab bila hal ini terucapkan, dan lidah sudah terbiasa dengan hal ini, maka hal ini membawanya kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia takkan mampu untuk menghentikan bersumpah dengan sengaja atau tidak, bila ia hal tersebut, maka Allah Swt membukakan baginya pintu nur-Nya, hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya termuliakan, langkah dan kesabarannya jadi kuat, maka, terpujilah dan jadi mulialah ia di tengah-tengah kehidupan manusia, tetangga dan sahabatnya, sehingga yang kenal akan dia jadi menghormatinya, dan yang melihatnya, akan sungkan kepadanya.
2. Hindarilah dari berbicara yang tak benar, yang tak berguna, canda tawa berkelebihan apalagi mengandung dusta, entah serius atau bercanda, benar atau tidak candanya tanpa kecuali, sebab bila ia meninggalkan kelakuan akan hal ini pada dirinya dan lidahnya, maka Allah Swt membuka hatinya, dan menjernihkannya dengannya pengetahuan serta pemahamannya, sehingga ia tampak tak tahu apapun tentang keingkaran.
3. Menjaga janji-janjinya, sungguh, hal ini demikian akan menguatkan hatinya pada pandangan Allah Swt, sebab mengingkari janji termasuk dosa dan kebiasaan manusia sehari-hari, jika ia menghindari akan hal itu, maka terbukalah baginya pintu kemurahan, dan baginya kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para shiddiq dan mulialah ia di hadapan Allah Swt.
4. Tidak mengutuk sesuatu makhluk pun, dan tidak merusak sesuatu pun, meski sekecil abu atau debu, dan bahkan yang lebih kecil darinya, sebab hal ini termasuk tuntutan kebenaran dan kebaikan, selalu ia mempertahankan prinsip ini, maka ia memperoleh husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Dia meninggikan kedudukannya, Dia melindunginya dari kehancuran, dan mengaruniainya kasih sayang dan kedekatan dengan-Nya.
5. Tidak mendo’akan keburukan bagi seseorang pun, meski ia telah didzalimi, lidah dan geraknya tak pendendam, tapi selalu saja bersabar karena Allah Swt, hal ini membawanya kepada kedudukan mulia di dunia dan di akhirat, ia menjadi dicintai dan disayangi oleh semua penerima kebenaran, baik dekat maupun yang jauh, baik kenal dekat maupun yang kenal jauh, berwibawa pada pandangan sesama.
6. Tidak berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan, sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti sunnah dan aturan agama, dan amat jauh dari mencampuri pengetahuan Allah Swt dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dekat dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari Allah Swt Yang Maha mulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai balasan atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
7. Tidak melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun batiniah, selalu mencegah anasir tubuhnya dari hal-hal yang mengarah kepada dosa, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa balasan bagi hati dan anasir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah Swt menganugerahi kita kekuatan untuk bersifat tersebut, dan menjauhkan kita dari maksiat yang bersumber dari hati kita.
8. Tidak membebani kepada seseorang pun, entah dengan beban ringan atau berat, tapi, melepaskan orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini menjadikannya sebagai hamba-hamba Allah Swt yang shaleh, dan memacu orang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi hamba-hamba Allah Swt, dan baginya segenap makhluk yang nampak adalah sama saja, maka Allah Swt membuat hatinya tak butuh, yakin dan bertumpu hanya pada Allah Swt saja, Allah Swt tidak meninggikan seseorang pun, bila masih terikat dengan keingkaran, bagi orang semacam ini, semua makhluk adalah memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan bagi para mukmin atau orang-orang yang beriman, dan pintu terdekat menuju kepada keikhlasan.
9. Bersih dari segala harapan kepada manusia dan makhluk lainnya, dan tak merasa tergoda hatinya oleh keadaan mereka, sesungguhnya kelakuan ini adalah kemuliaan besar, tidak butuh kelebihan harta, tidak mengejar dunia dengan tujuan harta, hanya kepastian nan tegar dan kepasrahan sejati hanya kepada-Nya. Inilah pintu segala pintu kepasrahan kepada-Nya, yang membuat seseorang meraih ketaqwaan kepada-Nya, dan pencipta ketertarikan sempurna dengan-Nya.
10. Rendah hati, dengan sifat ini, seseorang hamba akan termuliakan dan sempurna di hadapan Allah Swt dan manusia, rendah hati terhadap segala kebaikan, keras hati terhadap segala keburukan dan keingkaran, inilah sifat penyempurna kepatuhan pada Sang Pencipta, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala suka dan duka, dan inilah keshalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia selalu berkata,"Mungkin orang ini lebih baik dariku di hadapan Allah Swt, dan lebih tinggi kedudukannya disisi Allah Swt." Mengenai orang kecil, sang hamba berkata,"Orang ini tak menentang Allah Swt, sedang aku menentang-Nya, sungguh ia lebih baik dariku." Mengenai orang tua, sang hamba berkata,"Orang ini telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku." Mengenai orang alim, sang hamba berkata,"Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak kuperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui, dan ia bertindak dengan pengetahuan." Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata,"Orang ini tak mematuhi-Nya karena ia tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan aku tak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya." Mengenai orang kafir, sang hamba berkata,"Entahlah, mungkin ia akan menjadi seorang Muslim yang beriman, dan mungkin saja aku belum beriman dan akan menjadi tak beriman, ampuni aku Yaa Allah."
Inilah pintu kasih sayang dan ketakutan, bila hamba Allah Swt telah menjadi seperti sebagaimana point-point diatas, maka Allah Swt menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah Swt yang abadi, keadaan ini menciptakan pintu kasih, dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan ruhani tercampakkan.
Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya, tiada lagi sebaik ini, dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini, kebencian, kepongahan dan sifat berlebihan terhapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya baik dan tertahan dari perkataan tiada guna apalagi dusta, orang baginya sama saja, ketaqwaanlah yang membedakan, ia tak menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membuat bencana bagi hamba-hamba Allah Swt dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan yang telah tertanam pada dirinya.
Hati dan jiwa sangat terpengaruh oleh penderitaan ini, namun bila hati tak mempedulikan panggilan untuk hijrah kepada kebaikan, maka Allah Swt akan mencap hatinya dengan keburukan, jika sebaliknya, maka Ia mengizinkannya melalui ilham bagi orang-orang yang taqwa, wahyu bagi para Nabi dan Rasul, Allah Swt menganugerahi jiwa dan hati berupa kasih-sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kesusahan dan keresahan.
Selamatkanlah dirimu dari ujian dan cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tidak meninggalkan ketaatan, keimanan dan ketaqwaan, tunggulah dan jalanilah dengan sabar, maka atas rahmat dari Allah Swt kamu akan selamat di dunia ini dan di akhirat.
Ada sepuluh sifat pada untuk sebagai landasan atas orang-orang yang beriman berupa, mawas diri dan sebagai peraih tujuan kebahagiaan yang diridhai-Nya, yaitu :
1. Tidak bersumpah dengan-Nya jika tiada darurat sedikitpun, entah benar atau tidak, entah sengaja atau tidak, sebab bila hal ini terucapkan, dan lidah sudah terbiasa dengan hal ini, maka hal ini membawanya kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia takkan mampu untuk menghentikan bersumpah dengan sengaja atau tidak, bila ia hal tersebut, maka Allah Swt membukakan baginya pintu nur-Nya, hatinya tahu manfaat ini, kedudukannya termuliakan, langkah dan kesabarannya jadi kuat, maka, terpujilah dan jadi mulialah ia di tengah-tengah kehidupan manusia, tetangga dan sahabatnya, sehingga yang kenal akan dia jadi menghormatinya, dan yang melihatnya, akan sungkan kepadanya.
2. Hindarilah dari berbicara yang tak benar, yang tak berguna, canda tawa berkelebihan apalagi mengandung dusta, entah serius atau bercanda, benar atau tidak candanya tanpa kecuali, sebab bila ia meninggalkan kelakuan akan hal ini pada dirinya dan lidahnya, maka Allah Swt membuka hatinya, dan menjernihkannya dengannya pengetahuan serta pemahamannya, sehingga ia tampak tak tahu apapun tentang keingkaran.
3. Menjaga janji-janjinya, sungguh, hal ini demikian akan menguatkan hatinya pada pandangan Allah Swt, sebab mengingkari janji termasuk dosa dan kebiasaan manusia sehari-hari, jika ia menghindari akan hal itu, maka terbukalah baginya pintu kemurahan, dan baginya kemuliaan, dan dicintailah ia oleh para shiddiq dan mulialah ia di hadapan Allah Swt.
4. Tidak mengutuk sesuatu makhluk pun, dan tidak merusak sesuatu pun, meski sekecil abu atau debu, dan bahkan yang lebih kecil darinya, sebab hal ini termasuk tuntutan kebenaran dan kebaikan, selalu ia mempertahankan prinsip ini, maka ia memperoleh husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Dia meninggikan kedudukannya, Dia melindunginya dari kehancuran, dan mengaruniainya kasih sayang dan kedekatan dengan-Nya.
5. Tidak mendo’akan keburukan bagi seseorang pun, meski ia telah didzalimi, lidah dan geraknya tak pendendam, tapi selalu saja bersabar karena Allah Swt, hal ini membawanya kepada kedudukan mulia di dunia dan di akhirat, ia menjadi dicintai dan disayangi oleh semua penerima kebenaran, baik dekat maupun yang jauh, baik kenal dekat maupun yang kenal jauh, berwibawa pada pandangan sesama.
6. Tidak berpihak kepada kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan, sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti sunnah dan aturan agama, dan amat jauh dari mencampuri pengetahuan Allah Swt dan juga dari penyiksaan-Nya, dan amat dekat dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu kemuliaan dan keagungan dari Allah Swt Yang Maha mulia, yang menganugerahkannya kepada hamba beriman-Nya sebagai balasan atas kasih sayangnya terhadap semua orang.
7. Tidak melihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun batiniah, selalu mencegah anasir tubuhnya dari hal-hal yang mengarah kepada dosa, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa balasan bagi hati dan anasir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga Allah Swt menganugerahi kita kekuatan untuk bersifat tersebut, dan menjauhkan kita dari maksiat yang bersumber dari hati kita.
8. Tidak membebani kepada seseorang pun, entah dengan beban ringan atau berat, tapi, melepaskan orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini menjadikannya sebagai hamba-hamba Allah Swt yang shaleh, dan memacu orang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi hamba-hamba Allah Swt, dan baginya segenap makhluk yang nampak adalah sama saja, maka Allah Swt membuat hatinya tak butuh, yakin dan bertumpu hanya pada Allah Swt saja, Allah Swt tidak meninggikan seseorang pun, bila masih terikat dengan keingkaran, bagi orang semacam ini, semua makhluk adalah memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan bagi para mukmin atau orang-orang yang beriman, dan pintu terdekat menuju kepada keikhlasan.
9. Bersih dari segala harapan kepada manusia dan makhluk lainnya, dan tak merasa tergoda hatinya oleh keadaan mereka, sesungguhnya kelakuan ini adalah kemuliaan besar, tidak butuh kelebihan harta, tidak mengejar dunia dengan tujuan harta, hanya kepastian nan tegar dan kepasrahan sejati hanya kepada-Nya. Inilah pintu segala pintu kepasrahan kepada-Nya, yang membuat seseorang meraih ketaqwaan kepada-Nya, dan pencipta ketertarikan sempurna dengan-Nya.
10. Rendah hati, dengan sifat ini, seseorang hamba akan termuliakan dan sempurna di hadapan Allah Swt dan manusia, rendah hati terhadap segala kebaikan, keras hati terhadap segala keburukan dan keingkaran, inilah sifat penyempurna kepatuhan pada Sang Pencipta, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala suka dan duka, dan inilah keshalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang hamba merasa rendah daripada orang lain. Ia selalu berkata,"Mungkin orang ini lebih baik dariku di hadapan Allah Swt, dan lebih tinggi kedudukannya disisi Allah Swt." Mengenai orang kecil, sang hamba berkata,"Orang ini tak menentang Allah Swt, sedang aku menentang-Nya, sungguh ia lebih baik dariku." Mengenai orang tua, sang hamba berkata,"Orang ini telah mengabdi kepada-Nya sebelum aku." Mengenai orang alim, sang hamba berkata,"Orang ini telah dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak kuperoleh, ia mengetahui yang tak kuketahui, dan ia bertindak dengan pengetahuan." Mengenai orang bodoh, sang hamba berkata,"Orang ini tak mematuhi-Nya karena ia tak tahu, dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan aku tak tahu akhir hayatku dan akhir hayatnya." Mengenai orang kafir, sang hamba berkata,"Entahlah, mungkin ia akan menjadi seorang Muslim yang beriman, dan mungkin saja aku belum beriman dan akan menjadi tak beriman, ampuni aku Yaa Allah."
Inilah pintu kasih sayang dan ketakutan, bila hamba Allah Swt telah menjadi seperti sebagaimana point-point diatas, maka Allah Swt menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan menjadilah ia musuh Iblis, sang musuh Allah Swt yang abadi, keadaan ini menciptakan pintu kasih, dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri terputus, dan cita keunggulan diri, agamis, duniawi dan ruhani tercampakkan.
Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya, tiada lagi sebaik ini, dengan meraih keadaan ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak sempurna tanpa hal ini, kebencian, kepongahan dan sifat berlebihan terhapus dari hatinya pada segala keadaan, lidahnya baik dan tertahan dari perkataan tiada guna apalagi dusta, orang baginya sama saja, ketaqwaanlah yang membedakan, ia tak menegur seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membuat bencana bagi hamba-hamba Allah Swt dan pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan yang telah tertanam pada dirinya.
Posting Komentar untuk "SEPULUH SIKAP ORANG BERIMAN "
Terimakasih atas kunjungan anda...