LAMBATNYA HIDAYAH TUHAN KARENA KUFUR NIKMAT
Keterlambatan pemberian Allah Swt yang berupa ilmu seperti ma’rifat dan rahasia-rahasia ketuhanan itu bukanlah datangnya dari Allah Swt, akan tetapi dari diri sendirilah penyebabnya, karena dalam hatimu masih terdapat kotoran-kotoran dan kerisauan-kerisauan dan sifat-sifat keduniaan yang berlbihan dan malah hanya keingkaran dan kemaksiatan, penyakit yang merisaukan hati didalam kehidupan ini kita telah tahu bahwa ada dua macam penyakit yang senantiasa mengganggu manusia, yaitu pertama mengenai anggota badan atau jasmani yang merupakan sumber dari terganggunya anggota badan jasmani tersebut, umpamanya adalah karena sakit seperti demam, pusing, batuk dan lain sebagainya, hal ini umunya dapat disembuhkan dengan berbagai macam obat yang banyak tersedia untuk itu.
Kedua adalah penyakit yang bersumber dari kerohanian yang bersifat kejiwaan, hal ini obatnya hanya satu, yaitu dengan jalan membersihkan diri sendiri secara rohani berupa sifat-sifat madzmumah (buruk), lakukan amalan-amalan ketaatan dan menghayati petunjuk-petunjuk dan patuh mentaati segala aturan syari’at Allah Swt serta istiqamah dengan itu.
Penyakit yang kedua ini (rohani) sungguh jauh berbahaya daripada penyakit yang pertama (jasmani), sebab jika penyakit rohani tidak cepat disadari dan diobati maka akan sangat berpengaruh dengan besar terhadap jiwa seseorang yang mengalami sakit tersebut, hendaklah seseorang tersebut mau berjuang dengan keras dan bergumul dengan penyakit tersebut untuk mengikisnya, jika dibiarkan saja tanpa mau membersihkannya maka semakin besar kemaksiatan dan keingkarannya yang mana bak api dalam sekam yang lama kelamaan akan bisa membakar onggokan sekam tersebut secara jelas dan apinya akan menyala dengan jelas, atau seperti penyakit kanker yang lama kelamaan menggerogoti kesekujur tubuh dan akhirnya rusak semua lalu jasmani tersebut mati.
Penyakit rohani itu banyak ragamnya, dalam salah satu hadist Rasulullah Saw mengatakan, yaitu : “Sesungguhnya umatku akan ditimpa oleh suatu penyakit umat.” Para sahabat bertanya,”Apakah penyakit umat itu? Rasulullah Saw menjawab : “Kufur nikmat, Sombong, Serakah, Bersaing, Saling Benci, Berdengki-dengki sehingga meningkat melampaui batas (berlaku kejam) dan kemudian berbunuh-bunuhan.” (H.R Muttafaqun’alaihi). Rasulullah Saw menyebut semua penyakit dalam hati tersebut dengan istilah penyakit umat, sebab sifatnya umumnya dikatakan hampir pada setiap manusia, hanya saja ada tingkatannya, ada yang masih tipis penyakitnya, baru pada stadium satu atau permulaan mewabah, ada yang sudah parah dan gawat.
Kufur nikmat adalah secara garis besar ada dua macam, yaitu pertama nikmat yang dibawa sejak lahir dan bersifat fitrah, yaitu segenap anggota jasmani dengan kelengkapannya, seperti mata, hidung, tangan, telinga dan lain-lain. Alat anggota jasmani begitu bagus dan mantap, ia serba lengkap dan saling terkait satu sama lain, instrumennya adalah bisa serentak secara bersamaan fungsinya, yaitu serentak mata melihat dan telinga mendengar juga mulut berbicara, bahkan bisa sambil berjalan, berbaring, berlari yang terjadi secara serentak dalam suatu aktifitas, maka jika tiada mau bersyukur atas hal ini dengan mendirikan ketaatan maka dadalah kufur nikmat. Kedua kufur nikmat yang akan datang, yakni berupa proses kehidupan, yaitu bersifat rizki, langkah, pertemuan dan maut, juga kufur nikmat yang akan datang ini bermakna dengan yang akan setiap hari dan malamnya, yaitu makan minum, kesehatan, jodoh, harta benda dan lain-lain, Allah Swt berfirman : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (Q.S An-Nahl : 18).
Apabila ada orang yang memberikan anugerah atau pemberian kepada kita, maka hati nurani kita sendiri mendesak untuk mengucapkan terimakasih kepada orang yang bersangkutan, apabila terhadap Allah Swt yang telah mengaruniakan nikmat yang tidak putus-putusnya sejak kita lahir hingga masuk kela kedalam kubur malah melupakannya, tiada mau taat dan bersyukur, maka inilah kufur nikmat yang paling parah.
Untuk menghindari penyakit kufur nikmat ini maka tiada lain obatnya adalah bersyukur dengan jalan berbakti dan taat kepada-Nya, Allah Swt berfirman : “Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Q.S An-Nahl : 114). Sikap syukur itu adalah kepentingan diri sendiri yang dapat berakibat akan bertambahnya nikmat Allah Swt yang akan diterima, sebagaimana Allah Swt berfirman : “Dan barangsiapa yang bersyukur, maka bahwasanya syukur itu untuk dirinya sendiri.” (Q.S An-Naml : 40). Pada ayat lain Allah Swt berfirman : “Apabila kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat), maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih.” (Q.S Ibrahim : 7).
Orang-orang yang tidak mensukuri nikmat Allah Swt itu, dan juga lebih-lebih lagi yang mempergunakan nikmat itu untuk sarana membangkang kepada Allah Swt, seperti berjudi, mabuk-mabukkan dan lain sebagainya, melakukan hal-hal yang mengundang kemurkaan Allah Swt, maka sikap sedemikian adalah kufur nikmat yang sangat akut bin parah, kalangan manusia seperti ini adalah umat yang berbahaya, sebaiknya hindari dan pindahlah dari daerah tersebut, karena tiada manfaatnya sama sekali dengan sifat umat yang sedemikian dan menghela diri kepada perbuatan yang dimurkai Allah Swt.
Akibat kufur nikmat itu pada ketika adalah ditimpa bencana terhadap pelakunya dan lingkungannya dengan beramai-ramai melakukan kufur nikmat, terkadang adzab diturunkan Allah Swt berupa bencana, malapetaka, wabah penyakit, bencana alam dan lain sebagainya, karena jika jumlahnya banyak yang berlaku sedemikian maka daerah tersebut berpotensi akan mengalami kehancuran dan kemusnahan tanpa terkecuali.
Kedua adalah penyakit yang bersumber dari kerohanian yang bersifat kejiwaan, hal ini obatnya hanya satu, yaitu dengan jalan membersihkan diri sendiri secara rohani berupa sifat-sifat madzmumah (buruk), lakukan amalan-amalan ketaatan dan menghayati petunjuk-petunjuk dan patuh mentaati segala aturan syari’at Allah Swt serta istiqamah dengan itu.
Penyakit yang kedua ini (rohani) sungguh jauh berbahaya daripada penyakit yang pertama (jasmani), sebab jika penyakit rohani tidak cepat disadari dan diobati maka akan sangat berpengaruh dengan besar terhadap jiwa seseorang yang mengalami sakit tersebut, hendaklah seseorang tersebut mau berjuang dengan keras dan bergumul dengan penyakit tersebut untuk mengikisnya, jika dibiarkan saja tanpa mau membersihkannya maka semakin besar kemaksiatan dan keingkarannya yang mana bak api dalam sekam yang lama kelamaan akan bisa membakar onggokan sekam tersebut secara jelas dan apinya akan menyala dengan jelas, atau seperti penyakit kanker yang lama kelamaan menggerogoti kesekujur tubuh dan akhirnya rusak semua lalu jasmani tersebut mati.
Penyakit rohani itu banyak ragamnya, dalam salah satu hadist Rasulullah Saw mengatakan, yaitu : “Sesungguhnya umatku akan ditimpa oleh suatu penyakit umat.” Para sahabat bertanya,”Apakah penyakit umat itu? Rasulullah Saw menjawab : “Kufur nikmat, Sombong, Serakah, Bersaing, Saling Benci, Berdengki-dengki sehingga meningkat melampaui batas (berlaku kejam) dan kemudian berbunuh-bunuhan.” (H.R Muttafaqun’alaihi). Rasulullah Saw menyebut semua penyakit dalam hati tersebut dengan istilah penyakit umat, sebab sifatnya umumnya dikatakan hampir pada setiap manusia, hanya saja ada tingkatannya, ada yang masih tipis penyakitnya, baru pada stadium satu atau permulaan mewabah, ada yang sudah parah dan gawat.
Kufur nikmat adalah secara garis besar ada dua macam, yaitu pertama nikmat yang dibawa sejak lahir dan bersifat fitrah, yaitu segenap anggota jasmani dengan kelengkapannya, seperti mata, hidung, tangan, telinga dan lain-lain. Alat anggota jasmani begitu bagus dan mantap, ia serba lengkap dan saling terkait satu sama lain, instrumennya adalah bisa serentak secara bersamaan fungsinya, yaitu serentak mata melihat dan telinga mendengar juga mulut berbicara, bahkan bisa sambil berjalan, berbaring, berlari yang terjadi secara serentak dalam suatu aktifitas, maka jika tiada mau bersyukur atas hal ini dengan mendirikan ketaatan maka dadalah kufur nikmat. Kedua kufur nikmat yang akan datang, yakni berupa proses kehidupan, yaitu bersifat rizki, langkah, pertemuan dan maut, juga kufur nikmat yang akan datang ini bermakna dengan yang akan setiap hari dan malamnya, yaitu makan minum, kesehatan, jodoh, harta benda dan lain-lain, Allah Swt berfirman : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (Q.S An-Nahl : 18).
Apabila ada orang yang memberikan anugerah atau pemberian kepada kita, maka hati nurani kita sendiri mendesak untuk mengucapkan terimakasih kepada orang yang bersangkutan, apabila terhadap Allah Swt yang telah mengaruniakan nikmat yang tidak putus-putusnya sejak kita lahir hingga masuk kela kedalam kubur malah melupakannya, tiada mau taat dan bersyukur, maka inilah kufur nikmat yang paling parah.
Untuk menghindari penyakit kufur nikmat ini maka tiada lain obatnya adalah bersyukur dengan jalan berbakti dan taat kepada-Nya, Allah Swt berfirman : “Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Q.S An-Nahl : 114). Sikap syukur itu adalah kepentingan diri sendiri yang dapat berakibat akan bertambahnya nikmat Allah Swt yang akan diterima, sebagaimana Allah Swt berfirman : “Dan barangsiapa yang bersyukur, maka bahwasanya syukur itu untuk dirinya sendiri.” (Q.S An-Naml : 40). Pada ayat lain Allah Swt berfirman : “Apabila kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat), maka sesungguhnya adzabKu sangat pedih.” (Q.S Ibrahim : 7).
Orang-orang yang tidak mensukuri nikmat Allah Swt itu, dan juga lebih-lebih lagi yang mempergunakan nikmat itu untuk sarana membangkang kepada Allah Swt, seperti berjudi, mabuk-mabukkan dan lain sebagainya, melakukan hal-hal yang mengundang kemurkaan Allah Swt, maka sikap sedemikian adalah kufur nikmat yang sangat akut bin parah, kalangan manusia seperti ini adalah umat yang berbahaya, sebaiknya hindari dan pindahlah dari daerah tersebut, karena tiada manfaatnya sama sekali dengan sifat umat yang sedemikian dan menghela diri kepada perbuatan yang dimurkai Allah Swt.
Akibat kufur nikmat itu pada ketika adalah ditimpa bencana terhadap pelakunya dan lingkungannya dengan beramai-ramai melakukan kufur nikmat, terkadang adzab diturunkan Allah Swt berupa bencana, malapetaka, wabah penyakit, bencana alam dan lain sebagainya, karena jika jumlahnya banyak yang berlaku sedemikian maka daerah tersebut berpotensi akan mengalami kehancuran dan kemusnahan tanpa terkecuali.
Posting Komentar untuk "LAMBATNYA HIDAYAH TUHAN KARENA KUFUR NIKMAT "
Terimakasih atas kunjungan anda...