Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

JANGAN BERPUTUS ASA PADA AMAL YANG TIADA DI RASAKAN BUAHNYA

Sebaik-baik melakukan amal ibadah mesti di sertai dengan kekhusyuan sehingga menghadirkan hati kepada Allah Swt seakan-akan berada di hadapan Allah Swt serta seakan-akan melihat-Nya (ihsan) yang merupakan suatu bukti bahwa amal ini akan memperoleh tanda penerimaan di sisi Allah Swt.Jikalau tidak bisa beramal dengan menghadirkan perasaan sedemikian maka janganlah juga merasa berputus asa atas hal tersebut, namun tetaplah berharap bahwa amal yang di perbuat di terima Allah Swt, lakukan dengan lebih rajin dan taat lagi serta istiqamah pada kelakuan ibadah tersebut, tekankan lebih dalam lagi penekunan dalam beramal ibadah sehingga mencapai kepada tahap menghadirkan hati dalam menghadap Allah Swt, dengan melakukan secara rutin menghasilkan yang baik dan menuju kearah kebenaran dengan dasar hidayah dari Allah Swt.

Kadang-kadang amal yang di kerjakan tidaklah langsung dapat kenikmatannya dalam pelaksanaan beramal tersebut, sehingga menjadi bosan dan malah meninggalkannya, hal ini sangat di larang dalam Islam, lakukan secara terus menerus dan perangi perasaan bosan yang melanda kalbu dalam menuju Allah Swt., jika terpengaruh maka akan semakin jauh dari Allah Swt dan pelaksanaan melakukan amal ibadah akan semakin berat untuk di laksanakan, dan hari-harinya akan selalu di isi dengan umpatan kepada Allah Swt, janganlah putus asa walaupun amal ibadah yang di kerjakan itu belum di rasakan dengan baik hasil dan kenikmatannya maupun karena belum memetik buahnya dengan segera.

“Ihsan”, menghadirkan hati kepada Allah Swt dan anjuran untuk membuat pelaksanaan beramal ibadah itu seakan-akan berada di hadapan Allah Swt dan seakan-akan melihat-Nya, pernah Rasulullah Saw di datangi Malaikat Jibri As yang menyerupai seseorang laki-laki dan dia bertanya kepada beliau (Saw) tentang pengertian “Ihsan” yang lalu di jawab oleh Rasulullah Saw sebagai berikut,”Hendaklah engkau beribadat (mengabdi) kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sekalipun engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau.” (H.R Muslim).

Jangan kamu merasa senang dengan sesuatu warid (karunia) yang kamu belum mengetahui buahnya, sebab tidaklah di harapkan dari awan itu akan adanya hujan, akan tetapi yang di harapkan daripadanya yaitu wujud adanya buah-buahan dari tanaman berdasarkan pengabdian.

Karunia (warid) apabila datang kepada seseorang dan warid itu belum memberikan bekas di dalam hatinya sehingga masih belum adanya gairah dalam mengabdi dan menyembah kepada Allah Swt janganlah mengharapkan mendapatkan atas sesuatu, tetapi buatlah pengharapan kepada Allah Swt berupa karunia dan hidayah serta keridhaan saja.

Sebagaimana berpuasa, janganlah membangga-banggakan puasanya sebelum merasakan buah puasa itu sendiri dan bahkan akan menghilangkan faedah dan pahala atas puasa tersebut karena telah termasuk pada kategori ria, demikian pula shalat, jika di laksanakan saja dengan tekun tanpa ada bermaksud apa-apa, maka faedah yang di rasakan langsung di dunia ini adalah tercegahnya diri dari perbuatan keji dan mungkar.

Oleh karena itu sebelum dapat memetik dan merasakan buahnya sesuatu amal perbuatan (ibadah), maka janganlah merasakan dan membanggakan atas sesuatu amal ibadah tersebut, hal ini hanya di lakukan kelak di akhirat dan berkata, inilah hasil amal ibadahku terdahulu semasa di dunia, jangan di katakan di dunia ini sekarang, karena hukumnya adalah ria, ‘ujub dan suma’ah yang mana sifat ini adalah madzmumah atau sifat yang tercela dan tiada boleh ada di hati seseorang yang beriman di dunia ini.

Coba kita nisbatkan kepada tanaman, jika tanaman itu tidak menghasilkan buah, apakah kita tak mau menanamnya lagi? Namun sebaliknya harus kita selidiki mengapa tanaman tersebut tidak mau berbuah, begitu juga dengan amal ibadah….

Posting Komentar untuk "JANGAN BERPUTUS ASA PADA AMAL YANG TIADA DI RASAKAN BUAHNYA"