Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

HAKIKAT DAN HIKMAH CINTA KEPADA ALLAH Swt

Cinta jika dari bahasa arab di sebut “hubb” sedangkan di cintai atau mencintai di sebut dengan “mahabbah”. Hakikat cinta itu adalah apabila kamu telah bisa memberikan secara keseluruhan kepada kepada yang di cintai sehingga tidak ada tersisa apapun bagimu, pengertian ini dalam hal yang positif bukanlah negatif seperti yang di lakukan manusia secara umum, tetapi berdasarkan jalur aqidah serta atas nama sang pencipta. Kata cinta ini sangat perlu untuk di jelaskan terlebih dahulu agar mengerti apa itu hakikat dari cinta, kata cinta sangatlah sukar jika di defisikan secara nyata dan jelas pada atau dalam kalimat-kalimat yang singkat dan pendek, hal ini lebih dapat di pahami hanya dengan rasa serta mempunyai bayangan yang sangat dalam, cinta ini meliputi berbagai bidang dan dalam berbagai hal dan keadaan, jadi jangkauannya sangat luas sekali dan sangat sukar di jabarkan secara nyata serta mempunyai arti tersendiri pada setiap insan, sehingga penjabarannya hanya bersifat bayangan.Bukanlah orang-orang yang cinta itu adalah orang yang mengharapkan imbalan atau gati atau pamrih dari yang di cintainya atau meminta dari orang-orang yang di cintai karena ada tujuan, maka sesungguhnya, orang-orang cinta itu adalah orang-orang yang memberi kepadamu, bukan orang yang cinta itu lantas kamu yang memberi kepadanya.

Seperti yang di katakan cinta, maka tanggapan umum manusia hanya bersifat singkat, yakni hanya atau lantas tertuju kepada muda-mudi atau pasangan yang memulai tahapan hubungan secara rohani, di mana jikalau di telusuri bagaimana cintanya muda-mudi atau pasangan ini selalu di dahului dengan pandangan mata, iringan senyuman, jantung bergelora atau berdebar lalu di ikuti dengan rasa rindu yang membara, jadilah cinta pasangan antar makhluk.

Yang sedemikian hanyalah sebagian kecil dari sudut-sudut pandangan mengenai cinta, karena hal ini sudah lumrah dan terjadi pada setiap manusia dan di berbagai bidang di manapun di dunia ini, termasuk kategori cinta kepada harta, cinta kepada jabatan atau tahta, cinta kepada dunia, dan cinta kepada lain-lainnya, inilah penyebab cakupan cinta ini luas secara nyata tetapi tidak berbentuk untuk di jabarkan secara jelas.

Daya tarik cinta amatlah kuat sehingga dapat mempengaruhi kehidupan manusia, peribahasa mengatakan “cinta itu buta” dan kebutaan atas cinta ini berlaku dan mencakup dalam segala macam jenis cinta, artinya jika seseorang mengalami rasa cinta ini dan jatuh dalam kepada cinta itu sendiri, maka secara umum ia akan jadi lupa daratan serta tak tahu dan tidak dapat melihat lagi kepada hal-hal atau perkara-perkara yang selain dari cintanya tersebut, sehingga akan umumnya banyak yang keluar dari jalan kebenaran atas menjalani cinta itu sendiri, kabur mengenai akan hal yang baik dan buruk, itulah akibat kebutaan atas perasaan cinta yang keterlaluan serta yang umum di katakan cinta buta, ia akan mudah terjerumus kejurang kenistaan dan kemaksiatan serta selalu ingkar, tiada masuk sedikitpun nasehat-nasehat, ia hanya memperturutkan rasa cinta yang telah di perbudak syetan cinta itu sendiri sehingga jadi buta segalanya, apalagi apabila seseorang manusia cinta akan sesuatu hal, maka dalam praktek sehari-harinya pemikirannya hnya tertuju kepada yang di cintainya itu, timbul perasaan rindu yang menyala-nyala, rasa kagum yang akan selalu menyelimuti pada cintanya sendiri, maka hal ini sungguh berbahaya, karena ia akan menjadi budak cintanya tersebut sehingga akan sangat mudah lari dari koridor kebenaran, hasilnya tiada akan baik dan malah lebih banyak mudharat daripada manfaatnya, inilah arti cinta yang buta.Cinta itu bertingkat-tingkat, ada cinta yang rendah, maka cinta ini derajatnya rendah dan hina, ada pula cinta tinggi, maka cinta ini mulia tingkat derajatnya, terus ada juga yang sedang, kuat dan yang lemah, cinta yang paling mulia dan tinggi derajatnya adalah cinta kepada Allah Swt, dalam ilmu tauhid di sebut dengan istilah “Hubbullah” sebagaimana firman Allah Swt,”Katakanlah : Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khwatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Q.S At-Taubah : 24).

Menurut pengertian cinta dan berdasarkan maksud dan isi cinta ini sendiri, dapatlah di ambil pengertian bahwa tidak di namakan cinta kepada Allah Swt selagi rasa cintanya itu melebihi kepada selain dari-Nya, dan amatlah tidak mungkin orang bisa cinta kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya jika di dalam hatinya masih ada kecintaan lain dan kecintaan keduniaan serta apalagi sangat mencintai keduniaan apalagi yang di serta dengan memperturutkan hawa dan nafsunya, ini malah laknat Allah Swt serta akan langsung menerima sanksi selagi di dunia ini juga dengan berbagai kesukaran dalam memperoleh suatu kebahagiaan, ini baru hukuman di dunia, apalagi hukuman di akhirat maka akan sangat pedih jika tidak bertaubat dengan secepatnya di dunia ini sebelum kematian atau ajal menjemput, taubatlah dengan sebenar-benarnya taubat.

Jadi jelasnya tidaklah di sebut orang yang cinta kepada Allah Swt dengan arti yang sebenar-benarnya kalau di hati masih ada tertinggal sesuatu yang di cintai selain Allah Swt, ini cinta tertinggi bagi manusia dan langka yang sanggup melakukannya kecuali orang-orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah Swt dan istiqamah di jalan-Nya, demikian juga sama halnya orang yang tidak di namai dengan cinta kepada Allah Swt dalam arti yang sebenarnya, apabila ia masih mengharapkan balasa syurga aatau mengharapkan terlepas dari neraka jahannam, karena berarti dalam semua pengabdia yang di lakukan karena di dasari oleh harap syurga dan takut neraka, padahal syurga dan neraka adalah hak yang menciptakannya, yaitu Allah Swt yang di berikan kepada siapapun sesuai dengan amal ibadahnya di dunia, itu sifatnya adalah anugerah Allah Swt di akhirat, lakukan saja ketaatan atas segala perintah dan jauhi segala larangan-Nya, maka akan di pastikan perolehannya hanya dua perkara di atas, yaitu baik adalah syurga, jelek adalah neraka, oleh karena itu janganlah di harapkan lagi atas pelaksanaan ketaatan namun lakukan seja segala perintah-Nya, syurga itu adalah pasti atas kebaikan dan neraka adalah pasti atas kejahatan, cintai saja ibadah ketaatan kepada-Nya, selesai sudah dan jangan pikirkan perolehan-perolehan itu dan ini, karena balasannya sudah pasti adanya.

“HIKMAH CINTA KEPADA ALLAH Swt
Ketahuilah arti cinta kepada Allah Swt dengan yang sebenarnya, hendaknya juga cinta hanya kepada Allah Swt dapat memberikan bekas dan kebaikan kepada lingkungan sekitar, yaitu para manusia, dalam arti kebaikan pada kehidupan keduniaan dan pada kehidupan akhirat kelak, manusia yang cinta kepada Allah Swt akan senantiasa mendapatkan hidayah dan taufik dari Allah Swt, senantiasa hidup dalam ketenangan dan kenikmatan menurut arti hakiki, sedangkan di akhirat kelak akan mendapatkan tempat yang tinggi serta mulia.

Hikmahnya yang terutama di dunia ini adalah jika manusia cinta kepada Allah Swt, niscaya Allah Swt akan cinta pula kepadanya, malah di beri-Nya karunia yang merupakan pengampunan terhadap kesalahan-kesalahan dari dosa yang di perbuat oleh manusia itu sendiri, Allah Swt berfirman,”Katakanlah : Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (Q.S Ali Imran : 31).

Cinta yang membuahkan kebahagiaan yang sejati kepada manusia ada tiga macam sebagaimana di terangkan Rasulullah Saw,”Barangsiapa yang terdapat pada nya tiga perkara, maka dia akan merasakan kemanisan iman. Yang tiga perkara itu ialah : 1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain. 2. Menciantai manusia karena cinta kepada Allah semata-mata. 3. Membenci kembali kepada kufur (ingkar) laksana seorang yang benci untuk di lemparkan kedalam api.” (H.R Bukhari dan Muslim).

Cinta kepada Allah Swt adalah sesuatu azas yang penting dalam pembinaan akhlak, cinta kepada Allah Swt itu membentuk jiwa manusia menjadi lembut, menjauhi kejahatan, kemaksiatan, keingkaran, kekufuran dan silang sengketa antar sesama manusia terlebih lagi sesama muslim, watak yang demikian membawa manusia untuk mencintai segala sesuatu dalam alam wujud ini sebagai suatu keadaan yang harus di cintai dengan dasar jalan cinta kepada Allah Swt, selain tabiat dan cara cinta sedemikian maka akan membuat manusia bersifat rendah dan buruk serta sangat mudah melakukan kemaksiatan serta lari dari aturan hukum agama yang berlaku dan berakibat menjadi rendah, hina dan nista.

“Tanda Manusia Cinta Kepada Allah”
Orang –orang yang mengetahui hakikat cinta kepada Allah Swt akan tercantum pada dirinya akan beberapa hal di bawah ini yang berjumlah sepuluh macam, yaitu :

1. Merasa nikmat dan bahagia apabila dapat melaksanakan ibadah secara tertib, tidak berat melakukannya serta tidak lalai;

2. Mengerjakan ibadah bukan karena takut, tetapi benar-benar melaksanakannya sebagai suatu kewajiban selaku seseorang hamba;

3. Menyembunyikan amal ibadahnya dari penglihatan orang banyak dan tidak memamerkan ibadahnya supaya di puji dan di sanjung;

4. Senantiasa melekat hatinya (ingat) kepada Allah Swt dan ridha menerima setiap ujian dan cobaan yang di timpakan Allah Swt kepadanya;

5. Selalu berlaku baik dan ramah terhadap sesama kaum muslimin dengan menjaga batasan nilai-nilai pergaulan sesuai akhlak yang di syari’atkan dan bersikap sangat tegas terhadap kemungkaran sekecil apapun, terlebih terhadap keingkaran, serta membenci perbuatan-perbuatan sia-sia tanpa menghasilkan amal ibadah daripada faedah perbuatan tersebut serta berlaku marah terhadap orang-orang yang melakukan kemungkaran, kejahatan dan keingkaran;

6. Senantiasa melakukan koreksi dengan segera ketika melakukan kesalahan dan instropeksi terhadap kelalaian-kelalaiannya serta kealpaannya, dan segera menyesali dan taubat, menyesali atas hidup yang terbuang percuma (sia-sia) karena tiada memperoleh kebaikan pada setiap tindak tanduk dan perbuatannya;

7. Selalu mengendalikan hawa dan nafsunya dan selalu menguatkan zahir dan bathinnya untuk melakukan dan mentaati perintah-perintah Allah Swt;

8. Menjaga ingatanya agar tidak terlepas dari ingat kepada Allah Swt (ingat yang berkekalan setiap saat dan di manapun ia berada).

9. Rajin melakukan tafakkur untuk mengenang Allah Swt, selalu memohon keridhaan-Nya dengan menjaga ketaatan dan rutinitas (istiqamah) pada amalan-amalan sunnah apalagi di waktu malam;

10. Menjaga agar tidak ragu dan merasa takut akan kematian, ia hanya berprinsip bahwa kematian itu adalah sarana pertemuannya dengan tuhannya yang di cintainya yaitu Allah Swt dengan berpegang atas dasar kisah Nabi Ibrahim As,”Tatkala maut datang untuk mencabut nyawa Nabi Ibrahim As, maka beliau berkata kepada Maalaikat Maut (Izrail) “Adakah layak anda mencabut jiwa seseorang yang cinta kepada kepada kekasihnya? (maksudnya Allah Swt). Pada saat itu turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim As yang berbunyi,”Adakah engkau lihat bahwa seorang kekasih benci untuk bertemu dengan yang di kasihinya?

Mendengar firman Allah Swt tersebut, maka tanpa ragu-ragu sedikitpun Nabi Ibrahim As lalu berkata kepada Malaikat Maut,”Kalau begitu, sekarang silahkan engkau mencabut ruhku.” (H.R Muttafaqun ‘Alaihi).

Salah satu cara untuk memupuk perasaan cinta kepada Allah Swt adalah melatih diri untuk selalu ingat kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan bertafakkur tentang keindahan dan kesempurnaan alam semesta ciptaan-Nya, keagungan dan mengakui dengan sangat yakin sifat Rahman dan Rahim sang Illahi dalam menganugerahi nikmat kepada dirinya.

Rasulullah Saw bersabda bernada suatu do’a,”Tuhanku, katakanlah kepadaku cinta-Mu dan kecintaan orang-orang yang Engkau cintai, mencintai sesuatu yang mendekatkan aku kepada cinta-Mu, jadikanlah cinta-Mu menjadi hal yang lebih kucintai daripada air yang sejuk (kehidupan.” (H.R Muttafaqun ‘Alaihi).

Posting Komentar untuk "HAKIKAT DAN HIKMAH CINTA KEPADA ALLAH Swt"