Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

INGAT!!! JANGAN TERTIPU PADA AMAL

Sekalian alam ini diciptakan oleh Allah Swt adalah utamanya untuk menyembah kepadaNya, terutama para Manusia dan Jin, ibadah dilaksanakan hingga mengalami kematian, dalam hal ibadah ini telah diberikan tuntunan yang terbaik dan sempurna, ajaran ketuhanan ini telah disampaikan oleh para Nabi dan Rasul sebanyak 25 Orang, pada akhir wahyu Allah Swt atas umat manusia dan seganap makhluk ciptaanNya telah disempurnakan di zaman kenabian Muhammad Saw.Para manusia dan jin beribadah dengan dasar syariat yang telah disampaikan oleh para Nabi dan Rasul dengan tanpa mengubahnya sedikitpun, terutama pada bagian aturan tata cara pelaksanaan ibadah, yaitu syariat (fiqh), bagi yang melanggar adalah bukan dari umat Muhammad Saw dan terlempar keneraka jahannam. Inilah tujuan diciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepada Allah Swt semata, laksanakan dengan benar menurut syariat dan senantiasa menjaga keikhlasan dan benar dalam pelaksanaannya, serta berharap kepada Allah Swt dengan sungguh-sungguh agar diterima amal pahala ibadah tersebut.

Dalam hal ini kita dihimbau supaya tidak lengah dalam melaksanakan amal ibadah, karena iblis dan syaithan senantiasa tetap menggoda supaya amal ibadah kita rusak laksana debu yang beterbangan diterpa badai, hal ini tersebab senantiasa dihembuskan oleh syaithan supaya kita selalu merasa bangga dan kagum terhadap amal ibadah kita sendiri dan memandang ibadah orang lain kurang serta merasa diri sendiri paling banyak beribadah kepada Allah Swt, sementara ibadah orang lain serba berkekurangan.

Kesombongan ikut tertanam bersamaan dengan pelaksanaan ibadah serta merasa selalu paling benar dan paling banyak ibadahnya, sikap seperti ini adalah terlarang di sisi Allah Swt dan tidak akan diterima bila dihisab kelak.

Bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Swt dan selalu minta perlindungan kepada Allah Swt supaya amal ibadah terpelihara dari hal-hal yang merusakkan ibadah itu sendiri, berharaplah supaya amal ibadah senantiasa diijabah oleh Allah Swt dan minta perlindungan dari hasutan iblis dan syaithan yang bisa menghancurkan ibadah walau banyak dan tekun dilakukan.

Sikap orang-orang yang beriman selaku penghuni surga tidak akan sedemikian dalam melaksanakan ibadah, mereka sungguh-sungguh dalam ibadah kepada Allah Swt dan senantiasa takut kalau-kalau ibadahnya tidak diterima oleh Allah Swt, bahkan, lebih dari itu, ia beranggapan amalnya tidak pantas diterima oleh Allah Swt sebagai akibat dari takutnya kepada Allah Swt, menyadari akan banyaknya kecacatan dan kekurangan dalam melaksanakan ibadah yang dilakukan, sehingga selalu mengucapkan istighfar yang senantiasa terucap dari lisan mereka.

Mengenai hal ini Allah Swt berfirman : “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (Q.S. Al-Mukminun Ayat : 60). Aisyah Ra berkata,”Aku telah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang ayat ini, apakah mereka orang-orang yang minum khamer, pezina, dan pencuri? Lalu Beliau (Nabi Saw) menjawab,”Tidak, wahai putri Al-Shiddiq, mereka adalah orang-orang yang berpuasa, menunaikan shalat dan shadaqah, namun mereka takut kalau amalnya tidak diterima.” (H.R. Muslim).

Allah Swt menyebutkan beberapa sifat penghuni surga dari orang-orang yang muttaqin, yaitu “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (syurga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka, sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik, mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).“ (Q.S. Al-Dzaariyat Ayat : 15-18).

Dengan melakukan shalat malam dan mengakhirkan lalu melazimkan ucapan dzikir berupa istighfar sampai datang waktu sahur atau menjelang shubuh adalah orang-orang yang mengisi hidupnya dengan kebaikan, melakukan banyak amal dengan harta dan fisik, bangun dipenghujung malam, dan mengerjakan shalat malam yang panjang, senantiasa memohon ampun atas dosa dan kesalahan, ini adalah penduduk syurga.

Puas dengan ketaatan yang telah dilakukan adalah tidak boleh dan merupakan sebagian dari tanda-tanda kegelapan hati dan ketololan, keraguan dan kekhawatiran dalam hati bahwa amalnya tidak diterima harus disertai dengan mengucapkan istighfar bersamaan dengan melakukan ketaatan secara istiqamah, hal ini karena dirinya menyadari bahwa ia telah banyak melakukan dosa-dosa dan banyak meninggalkan perintah-Nya.

Jadi beginilah seharusnya yang dilakukan hamba yang shaleh, setiap selesai dari melaksanakan ibadah dia senantiasa beristighfar (meminta ampun) kepada Allah Swt atas kealpaan dan kelalaian dalam beribadah serta senantiasa bersyukur kepada Allah Swt atas taufiq dan hidayahNya, jangan melihat diri telah menyempurnakan ibadah dan berbangga di hadapan Tuhannya, hal ini adalah akan menghilangkan perhitungan amal shaleh, Allah Swt berfirman,“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran Ayat : 17).

Ayat ini menjelaskan bahwa keutamaan orang-orang yang lama dalam menjalankan shalat sampai menjelang waktu sahur (akhir malam) kemudian mereka duduk dengan mengucapkan istighfar (meminta ampunan) kepada Allah Swt, dalam hadits shahih dijelaskan bahwa ketika Nabi Saw selesai mengucapkan salam dari shalatnya, maka beliau mengucapkan istighfar tiga kali.” (H.R. Muslim).

Bersandar pada amal terlarang, sebab dari ini akan menipu dan adalah sikap bersandar kepada amal secara berlebih akan menghancurkan amal itu sendiri, contohnya adalah sifat ini akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, dan akhlak buruk kepada Allah Swt, padahal amal ibadah belumlah tentu diterima oleh Allah Swt apalagi telah berbuat sedemikian, maka jelas makin hancur ibadah tersebut, oOrang yang melakukan amal ibadah tidak tahu, apakah amalnya diterima atau tidak, mereka juga tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak, oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk senantiasa meminta rahmat Allah Swt dan selalu mengucapkan istighfar kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam syurga.” Mereka bertanya,“tidak pula engkau ya Rasulullah?” Beliau menjawab,“Tidak pula saya, hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya, karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendur atau lemah).” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Sesungguhnya tidaklah seseorang akan masuk syurga kecuali dengan rahmat Allah Swt, dan di antara rahmat-Nya adalah Dia memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk taat kepada-Nya, karenanya, dia wajib bersyukur kepada Allah Swt dan merendah dirinya hanya kepada Allah Swt, tidaklah layak dia bersandar kepada amalnya untuk menggapai keselamatan dan mendapatkan derajat tinggi di syurga, karena segala amal yang dilakukan adalah memerlukan proses hisab kelak untuk diterima atau tidaknya oleh Allah Swt, lagi pula tidaklah dia sanggup secara sendirinya untuk melaksanakan amalan kecuali dengan taufiq Allah Swt, dengan meninggalkan maksiat dengan perlindungan Allah Swt, dan semua itu berkat rahmat dan karunia-Nya jua.

Tiadalah seseorang hamba pantas membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah bisa terlaksana karena pilihan dan usahanya sendiri semata, apalagi ada perasaan berupa bangga, ‘ujub, takbur dan sombong karena telah memberikan banyak kebaikan dan amal ibadah yang hanya katanya untuk Allah Swt semata, tiadalah disadarinya bahwasanya Allah adalah Maha Mengetahui segalanya atas segala dunia dan isinya serta sifat Maha Mengetahui ini adalah mutlak milik Allah Swt.

Posting Komentar untuk "INGAT!!! JANGAN TERTIPU PADA AMAL"