CINTA (MAHABBAH) SECARA ISLAMI
Kita diperintahkan Allah Swt untuk mengingat kembali nikmat yang satu ini setelah kita disatukan dalam Islam guna merajut lembaran ukhuwwah islamiyyah dan imaniyyah berdasarkan rasa kasih, sayang dan cinta dengan mengikuti petunjuk Allah Swt melalui Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Hadist Rasulullah Saw dengan pemahaman yang benar tanpa adanya bid’ah, sehingga kita diberikan pemahaman dan kekokohan iman serta istiqamah agar tetap menjadi hambaNya yang beriman dan beramal shaleh sesuai dengan firman Allah Swt,“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun, tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang mereka kerjakan, dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (Q.S Saba Ayat : 37).
Keberadaan cinta tiada terlepas dari kehidupan makhluk, masalah ini mempunyai cerita indah dan kelam, indah mengasyikkan, kelam memilukan bahkan membuat manusia jadi rusak imannya dengan melupakan kaidah dasar cinta itu sendiri, cinta dalam bahasa arab berasal dari kata Al-Hub yang maknanya adalah cinta, melebur perasaan ini kepada makhluk menjadi mahabbah/muhibbah, orang-orang beriman memahami apa kaidah cinta dan bisa menginterpretasikan secara nilai-nilai positif dan mengambil pengalaman berharga dari masalah perasaan cinta ini.
Manusia hidup tanpa cinta memang tiada arti, tidak stabil dan menimbulkan kesenjangan dalam pola kehidupan sehari-hari dan efeknya sangat buruk dan menimbulkan kekacauan luas, hewan saja memiliki rasa ini dengan bukti tetap syang dan kasih pada anak, teman-teman dan gerombolannya, apalagi manusia yang mendapat anugerah dari Allah Swt berupa akal dan pikiran yang merupakan sumber saling ketergantungan dengan perasaan kasih, sayang dan cinta.
Cinta mempunyai arti yang sangat tinggi penting serta kedudukannya sangat tinggi dalam Agama Islam, bagi umat muslimin, dengan tersebab bila aqidah, ibadah dan mu’amalahnya tidak disertai dengan adanya rasa kasih, sayang dan kecintaan, pastilah akan ada organ-organ kesempurnaan ibadah itu sendiri akan hilang dari semua yang dilakukan dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah Swt.
Hubungan yang kokoh atau kuat antara seorang hamba dengan tuhannya akan dilandasi oleh perasaan ini, dengan sebab kecintaanlah maka hamba tersebut melaksanakan ibadah kepada tuhannya, hal inilah yang akan memacunya untuk melakukan hal-hal yang diridhaiNya dan yang disenangiNya serta meninggalkan perkara-perkara yang dibenciNya serta meninggalkan yang tidak disukaiNya.
Demikian pula hubungan antara satu muslimin dengan muslimin lainnya serta secara kebalikannya, yaitu antara muslimin dan mslimat, akan menjadi erat dengan perantaran atas dasar cinta kepada Allah Swt, karena dalam aqidah Islam sangat dianjurkan untuk saling mencintai dengan dasar cinta karena Allah Swt, semangat persaudaraan akan erat terkunci dengan landasan ini, apabila seseorang telah terputus cintanya antar sesama, tiada akan terasa sakit olehnya karena semangat kecintaan kepada Allah Swt telah memayunginya dan ia menyadari bahwa itu adalah kehendak Allah Swt semata.
Orang-orang yang berimanlah yang mampu mewujudkan cinta dan persaudaraan yang hakiki dalam lingkaran menyayangi, mengasihi dan mencintai dengan dasar hanya karena Allah Swt.
Allah Swt berfirman sehubungan dengan hal ini : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S Al-Hujuraat Ayat :10), selanjutnya Rasulullah Saw bersabda : “Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagai sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (H.R. Shahih Bukhari No. 6026 dan Shahih Muslim No. 2585).
Pertalian antar orang muslim adalah seperti sebuah bangunan yang saling terkait satu sama lain konstruksinya dan di payungi oleh atap Mahabbah/cinta), dan bila direkatkan akan jadi satu dalam kebersamaan menuju keridhaan Allah Swt sesuai dengan aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Hadist Shahih Rasulullah Saw, selanjutnya beliau Saw bersabda mengenai hal ini : “Kaum muslimin itu ibarat satu orang, jika matanya sakit, seluruh (tubuhnya) ikut sakit, dan jika kepalanya sakit, seluruh tubuhnya pun ikut sakit.” (H.R. Shahih Bukhari No. 6011 dan Shahih Muslim No. 2586). Oleh karena itu dalam mendzalimi dan menyakiti sesama umat muslim sangat dilarang, namun tetaplah dalam persaudaraan walaupun dengan kenyataan yang pahit dialami, Allah Swt berfirman : “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Q.S Al-Ahzab Ayat : 58).
Dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan betapa agung dan mulianya harga diri seorang mukmin, dimana kita dilarang untuk melemparkan tuduhan-tuduhan, fitnah-fitnah dan caci-makian yang tidak berdasar, Rasulullah Saw senantiasa mengunci dan memproteksi agar tidak terjadi hal-hal yang mengarah kepada tindakan-tindakan itu semua, maka untuk mengatasi hal ini beliau bersabda,“Siapa yang melewati masjid-masjid kami atau pasar-pasar kami sedang ia membawa anak panah, hendaknya ia menahannya atau memegangi ujung dari anak panah itu dengan telapak tangannya agar tidak mengenai seorang pun dari kaum muslimin.” (H.R. Shahih Bukhari No. 7075 dan Shahih Muslim No. 2615).
Jadilah cermin bagi satu muslim dengan muslim lainnya dalam hal kebaikan dan hindarilah hal-hal yang negatif, jadilah cermin bagi semua kalangan, mulai dari bawah sampai atas, dari anak-anak sampai kepada lansia sekalipun, berlaku akhlak yang baik dalam semangat kecintaan pada jalan menuju keridhaan Allah Swt, hal ini dikatakan Nabi Saw bahwasanya seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.
Rasulullah bersabda,“Seorang muslim adalah yang menyelamatkan muslim-muslim lainnya dari lisannya dan tangannya.” (H.R. Shahih Bukhari No. 10 dan Shahih Muslim No. 41).
Perkataan Rasulullah Saw diatas adalah menyiratkan pertalian antas sesama manusia dan terhadap pasangan harus dilandasi dengan mengasihi, menyayangi dan akan menimbulkan kecintaan sebagaimana mencintai ibadah kepada Allah Swt, dengan melakukan praktek cinta sedemikian maka akan diridhai oleh Allah Swt.
Tumbuhkanlah rasa cinta terhadap saudarsaudara dan berusahalah supaya kebalikannya ia mencintaimu dengan dasar yang berbeda, pengertiannya adalah peraudaraan secara menyeluruh dan kecintaan berdasarkan hubungan berpasangan, berikan segenap cinta dengan dasar karena Allah Swt semata bukan karena nafsu yang berisikan karena kecantikan, ketampanan, kekayaan dan lain sebagainya, namun dasarilah cinta tersebut karena iman dan ketaqwaannya.
Rasulullah Saw bersabda : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidaklah dikatakan beriman, hingga kalian saling mencintai! Maukah kuberitahukan tentang sesuatu yang bila kalian lalukan niscaya kalian akan saling mencintai? (yaitu) sebarkan salam di antara kalian!” (H.R. Shahih At-Tirmidzi No. 251 ). Rasulullah Saw senantiasa menjauhkan sebab-sebab yang akan menimbulkan kerenggangan antar umat manusia, beliaupun bersabda,“Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, dan saling membelakangi, namun jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Shahih Al-Bukhari No. 6065 dan 6076 dan Shahih Muslim No. 2559).
Benci, dengki dan iri hati hanyalah sifat dari pada orang-orang kafir, hal ini ditambahkan lagi oleh hembusannya iblis dan syaithan agar umat manusia tersesat dalam memahami cinta, namun sebaliknya menimbulkan perpecahan antara satu sama lainnya, Allah Swt berfirman : “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (Q.S Al-Baqarah Ayat : 109).
Hal menyebabkan manusia itu bertingkat-tingkat keadaannya hanyalah karena taqwa, Allah Swt berfirman,“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa.” (Q.S Al-Hujuraat Ayat : 13). Rasulullah Saw pernah ditanya,“Siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Yang paling bertaqwa kepada Allah.” (H.R. Shahih Bukhari No. 2353 dan Shahih Muslim No. 2378).Namun demikian, menempatkan manusia sesuai dengan posisinya dan memperlakukan mereka sesuai dengan usianya adalah bagian dari keadilan dan ketaqwaan, serta pertanda mencintai mereka, sementara Allah Swt memerintahkan untuk berlaku adil dan taqwa. Allah berfirman,“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maidah Ayat : 8).
Bila umat muslim antara satu sama lainnya itu bersaudara dalam semangat beragama, tentulah mereka diperintahkan untuk melakukan hal-hal yang dapat merekatkan hati dan menyatukannya serta mencegah penyebab yang akan mencerai-beraikannya, lagi pula sudah menjadi satu kemestian yang namanya saudara itu mesti memberikan sesuatu yang bermanfa’at bagi saudaranya dan mencegah kemudharatan baginya.
Kemanfa’atan terbesar bagi muslim adalah memberikan kasih sayang dan kecintaan sehingga akan memotivasi untuk sama-sama membangun jalinan ukhuwwah sebagai perwujudan mahabbah dan mencintai sesama.
Ukhuwwah bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibangun, karenanya tidak setiap umat manusia bisa menjalin serta mengambil manfa’at yang dicapai bila gambaran lahirnya seolah berkumpul dan bersatu namun batinnya berpisah dan berselisih. Untuk itulah Allah Swt berfirman,“Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.” (Q.S Al-Hasyr Ayat : 14).
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfaal Ayat : 63).
Nah, karena tiada memahami bagaimana berkasih dan sayang serta mencintai dalam aqidah, maka menyebabkan tidak langgengnya hubungan kecintaan antar sesama, jika saling memahami satu sama lain dengan dasar cinta dijalan Allah Swt tentu tidak akan menyebabkan saling berpisah satu sama lain bagi yang berpasangan dan pertengkaran bagi sesama umat manusia.
Jika memahami semangat cinta sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan petunjuk ajaran Rasulullah Saw niscaya hubungan cinta akan direstui oleh Allah Swt dan akan selamat dunia dan akhirat serta mendapat karunia dan hidayah dariNya serta diberikanNya kehidupan cinta hakiki dalam semangat keimanan dan ketaqwaan.
Jika sebaliknya dengan dasar cinta buta yang buta atas keduniaan yang disebabkan oleh cinta pada ketampanan dan kecantikan, kekayaan dan kedudukannya serta lain sebagainya yang bersifat keduniaan yang semu akan hancur tanpa memperoleh kebahagiaan, jangankan didunia ini, diakhiratpun ia tidak akan ada kebahagiaanya yang diraihnya, karena cinta yang membabi buta adalah suatu kesalahan yang menghela kepada dosa dan sudah tentu perolehannya hanya neraka, oleh karena itu hindarilah cinta berdasarkan nafsu keduniaan semata, karena tiadalah kebahagiaan yang diperolehnya.
Umat manusia yang menjalin cinta dengan jalan Allah Swt akan memperoleh keindahan rasa kasih, sayang dan cinta sesuai dengan yang dilimpahkanNya sebagai karunia bagi hambaNya, dan hal ini dapat dirasakan didunia sampai akhirat karena Allah Swt telah memberikan restunya, tiada restu yang tertinggi tanpa restu Allah Swt, oleh karena itu, JIKA INGIN MERASAKAN KEBAHAGIAAN DALAM KEHIDUPAN DARI BUAH CINTA, APA DAN BAGAIMANA RASA KASIH, SAYANG DAN CINTA, LAKUKANLAH CINTA MENCINTAI ATAS DASAR KARENA ALLAH SWT SEMATA DALAM LINGKARAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN SEMATA, JANGAN KARENA DASAR NAFSU KEDUNIAAN SEMATA.
Keberadaan cinta tiada terlepas dari kehidupan makhluk, masalah ini mempunyai cerita indah dan kelam, indah mengasyikkan, kelam memilukan bahkan membuat manusia jadi rusak imannya dengan melupakan kaidah dasar cinta itu sendiri, cinta dalam bahasa arab berasal dari kata Al-Hub yang maknanya adalah cinta, melebur perasaan ini kepada makhluk menjadi mahabbah/muhibbah, orang-orang beriman memahami apa kaidah cinta dan bisa menginterpretasikan secara nilai-nilai positif dan mengambil pengalaman berharga dari masalah perasaan cinta ini.
Manusia hidup tanpa cinta memang tiada arti, tidak stabil dan menimbulkan kesenjangan dalam pola kehidupan sehari-hari dan efeknya sangat buruk dan menimbulkan kekacauan luas, hewan saja memiliki rasa ini dengan bukti tetap syang dan kasih pada anak, teman-teman dan gerombolannya, apalagi manusia yang mendapat anugerah dari Allah Swt berupa akal dan pikiran yang merupakan sumber saling ketergantungan dengan perasaan kasih, sayang dan cinta.
Cinta mempunyai arti yang sangat tinggi penting serta kedudukannya sangat tinggi dalam Agama Islam, bagi umat muslimin, dengan tersebab bila aqidah, ibadah dan mu’amalahnya tidak disertai dengan adanya rasa kasih, sayang dan kecintaan, pastilah akan ada organ-organ kesempurnaan ibadah itu sendiri akan hilang dari semua yang dilakukan dalam pelaksanaan ibadah kepada Allah Swt.
Hubungan yang kokoh atau kuat antara seorang hamba dengan tuhannya akan dilandasi oleh perasaan ini, dengan sebab kecintaanlah maka hamba tersebut melaksanakan ibadah kepada tuhannya, hal inilah yang akan memacunya untuk melakukan hal-hal yang diridhaiNya dan yang disenangiNya serta meninggalkan perkara-perkara yang dibenciNya serta meninggalkan yang tidak disukaiNya.
Demikian pula hubungan antara satu muslimin dengan muslimin lainnya serta secara kebalikannya, yaitu antara muslimin dan mslimat, akan menjadi erat dengan perantaran atas dasar cinta kepada Allah Swt, karena dalam aqidah Islam sangat dianjurkan untuk saling mencintai dengan dasar cinta karena Allah Swt, semangat persaudaraan akan erat terkunci dengan landasan ini, apabila seseorang telah terputus cintanya antar sesama, tiada akan terasa sakit olehnya karena semangat kecintaan kepada Allah Swt telah memayunginya dan ia menyadari bahwa itu adalah kehendak Allah Swt semata.
Orang-orang yang berimanlah yang mampu mewujudkan cinta dan persaudaraan yang hakiki dalam lingkaran menyayangi, mengasihi dan mencintai dengan dasar hanya karena Allah Swt.
Allah Swt berfirman sehubungan dengan hal ini : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S Al-Hujuraat Ayat :10), selanjutnya Rasulullah Saw bersabda : “Seorang mukmin bagi mukmin lainnya bagai sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” (H.R. Shahih Bukhari No. 6026 dan Shahih Muslim No. 2585).
Pertalian antar orang muslim adalah seperti sebuah bangunan yang saling terkait satu sama lain konstruksinya dan di payungi oleh atap Mahabbah/cinta), dan bila direkatkan akan jadi satu dalam kebersamaan menuju keridhaan Allah Swt sesuai dengan aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Hadist Shahih Rasulullah Saw, selanjutnya beliau Saw bersabda mengenai hal ini : “Kaum muslimin itu ibarat satu orang, jika matanya sakit, seluruh (tubuhnya) ikut sakit, dan jika kepalanya sakit, seluruh tubuhnya pun ikut sakit.” (H.R. Shahih Bukhari No. 6011 dan Shahih Muslim No. 2586). Oleh karena itu dalam mendzalimi dan menyakiti sesama umat muslim sangat dilarang, namun tetaplah dalam persaudaraan walaupun dengan kenyataan yang pahit dialami, Allah Swt berfirman : “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Q.S Al-Ahzab Ayat : 58).
Dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan betapa agung dan mulianya harga diri seorang mukmin, dimana kita dilarang untuk melemparkan tuduhan-tuduhan, fitnah-fitnah dan caci-makian yang tidak berdasar, Rasulullah Saw senantiasa mengunci dan memproteksi agar tidak terjadi hal-hal yang mengarah kepada tindakan-tindakan itu semua, maka untuk mengatasi hal ini beliau bersabda,“Siapa yang melewati masjid-masjid kami atau pasar-pasar kami sedang ia membawa anak panah, hendaknya ia menahannya atau memegangi ujung dari anak panah itu dengan telapak tangannya agar tidak mengenai seorang pun dari kaum muslimin.” (H.R. Shahih Bukhari No. 7075 dan Shahih Muslim No. 2615).
Jadilah cermin bagi satu muslim dengan muslim lainnya dalam hal kebaikan dan hindarilah hal-hal yang negatif, jadilah cermin bagi semua kalangan, mulai dari bawah sampai atas, dari anak-anak sampai kepada lansia sekalipun, berlaku akhlak yang baik dalam semangat kecintaan pada jalan menuju keridhaan Allah Swt, hal ini dikatakan Nabi Saw bahwasanya seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.
Rasulullah bersabda,“Seorang muslim adalah yang menyelamatkan muslim-muslim lainnya dari lisannya dan tangannya.” (H.R. Shahih Bukhari No. 10 dan Shahih Muslim No. 41).
Perkataan Rasulullah Saw diatas adalah menyiratkan pertalian antas sesama manusia dan terhadap pasangan harus dilandasi dengan mengasihi, menyayangi dan akan menimbulkan kecintaan sebagaimana mencintai ibadah kepada Allah Swt, dengan melakukan praktek cinta sedemikian maka akan diridhai oleh Allah Swt.
Tumbuhkanlah rasa cinta terhadap saudarsaudara dan berusahalah supaya kebalikannya ia mencintaimu dengan dasar yang berbeda, pengertiannya adalah peraudaraan secara menyeluruh dan kecintaan berdasarkan hubungan berpasangan, berikan segenap cinta dengan dasar karena Allah Swt semata bukan karena nafsu yang berisikan karena kecantikan, ketampanan, kekayaan dan lain sebagainya, namun dasarilah cinta tersebut karena iman dan ketaqwaannya.
Rasulullah Saw bersabda : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidaklah dikatakan beriman, hingga kalian saling mencintai! Maukah kuberitahukan tentang sesuatu yang bila kalian lalukan niscaya kalian akan saling mencintai? (yaitu) sebarkan salam di antara kalian!” (H.R. Shahih At-Tirmidzi No. 251 ). Rasulullah Saw senantiasa menjauhkan sebab-sebab yang akan menimbulkan kerenggangan antar umat manusia, beliaupun bersabda,“Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, dan saling membelakangi, namun jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Shahih Al-Bukhari No. 6065 dan 6076 dan Shahih Muslim No. 2559).
Benci, dengki dan iri hati hanyalah sifat dari pada orang-orang kafir, hal ini ditambahkan lagi oleh hembusannya iblis dan syaithan agar umat manusia tersesat dalam memahami cinta, namun sebaliknya menimbulkan perpecahan antara satu sama lainnya, Allah Swt berfirman : “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (Q.S Al-Baqarah Ayat : 109).
Hal menyebabkan manusia itu bertingkat-tingkat keadaannya hanyalah karena taqwa, Allah Swt berfirman,“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa.” (Q.S Al-Hujuraat Ayat : 13). Rasulullah Saw pernah ditanya,“Siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Yang paling bertaqwa kepada Allah.” (H.R. Shahih Bukhari No. 2353 dan Shahih Muslim No. 2378).Namun demikian, menempatkan manusia sesuai dengan posisinya dan memperlakukan mereka sesuai dengan usianya adalah bagian dari keadilan dan ketaqwaan, serta pertanda mencintai mereka, sementara Allah Swt memerintahkan untuk berlaku adil dan taqwa. Allah berfirman,“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maidah Ayat : 8).
Bila umat muslim antara satu sama lainnya itu bersaudara dalam semangat beragama, tentulah mereka diperintahkan untuk melakukan hal-hal yang dapat merekatkan hati dan menyatukannya serta mencegah penyebab yang akan mencerai-beraikannya, lagi pula sudah menjadi satu kemestian yang namanya saudara itu mesti memberikan sesuatu yang bermanfa’at bagi saudaranya dan mencegah kemudharatan baginya.
Kemanfa’atan terbesar bagi muslim adalah memberikan kasih sayang dan kecintaan sehingga akan memotivasi untuk sama-sama membangun jalinan ukhuwwah sebagai perwujudan mahabbah dan mencintai sesama.
Ukhuwwah bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibangun, karenanya tidak setiap umat manusia bisa menjalin serta mengambil manfa’at yang dicapai bila gambaran lahirnya seolah berkumpul dan bersatu namun batinnya berpisah dan berselisih. Untuk itulah Allah Swt berfirman,“Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.” (Q.S Al-Hasyr Ayat : 14).
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfaal Ayat : 63).
Nah, karena tiada memahami bagaimana berkasih dan sayang serta mencintai dalam aqidah, maka menyebabkan tidak langgengnya hubungan kecintaan antar sesama, jika saling memahami satu sama lain dengan dasar cinta dijalan Allah Swt tentu tidak akan menyebabkan saling berpisah satu sama lain bagi yang berpasangan dan pertengkaran bagi sesama umat manusia.
Jika memahami semangat cinta sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan petunjuk ajaran Rasulullah Saw niscaya hubungan cinta akan direstui oleh Allah Swt dan akan selamat dunia dan akhirat serta mendapat karunia dan hidayah dariNya serta diberikanNya kehidupan cinta hakiki dalam semangat keimanan dan ketaqwaan.
Jika sebaliknya dengan dasar cinta buta yang buta atas keduniaan yang disebabkan oleh cinta pada ketampanan dan kecantikan, kekayaan dan kedudukannya serta lain sebagainya yang bersifat keduniaan yang semu akan hancur tanpa memperoleh kebahagiaan, jangankan didunia ini, diakhiratpun ia tidak akan ada kebahagiaanya yang diraihnya, karena cinta yang membabi buta adalah suatu kesalahan yang menghela kepada dosa dan sudah tentu perolehannya hanya neraka, oleh karena itu hindarilah cinta berdasarkan nafsu keduniaan semata, karena tiadalah kebahagiaan yang diperolehnya.
Umat manusia yang menjalin cinta dengan jalan Allah Swt akan memperoleh keindahan rasa kasih, sayang dan cinta sesuai dengan yang dilimpahkanNya sebagai karunia bagi hambaNya, dan hal ini dapat dirasakan didunia sampai akhirat karena Allah Swt telah memberikan restunya, tiada restu yang tertinggi tanpa restu Allah Swt, oleh karena itu, JIKA INGIN MERASAKAN KEBAHAGIAAN DALAM KEHIDUPAN DARI BUAH CINTA, APA DAN BAGAIMANA RASA KASIH, SAYANG DAN CINTA, LAKUKANLAH CINTA MENCINTAI ATAS DASAR KARENA ALLAH SWT SEMATA DALAM LINGKARAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN SEMATA, JANGAN KARENA DASAR NAFSU KEDUNIAAN SEMATA.
Posting Komentar untuk "CINTA (MAHABBAH) SECARA ISLAMI"
Terimakasih atas kunjungan anda...