Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

PEMIMPIN DALAM ISLAM

Pemimpin yang ma’ruf itu adalah baik dihadapan Allah Swt, baik dihadapan manusia, artinya pemimpin itu baik segalanya dihadapan rakyatnya yang telah memberikan amanah, mengenai hal ini, kalau kedua-duanya itu baik, maka tersirat dia itu baik juga dihadapan Allah Swt, sebaliknya jika rusak dan buruk, maka dianya adalah buruk juga dihadapan Allah Swt, sebab semua sifat baik dan buruk seseorang hamba tersirat dari pembawaannya serta diikuti oleh majaz atau bayangan Allah Swt dimuka bumi ini.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Q.S. Asy Syu'araa' : 215). Jadi pemimpin jangan berlaku sombong kepada rakyatnya, namun menurut perintah Allah Swt adalah mesti berlaku rendah hati terhadap apa yang dipimpin, sombong adalah selendang Allah Swt dan seseorang manusia dilarang keras untuk merampasnya, karena tiada hak sedikitpun bagi manusia untuk berlaku sombong.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S. Shaad : 26).

Membuat suatu keputusan harus adil dan memperhatikan dengan atau secara kebijaksanaan dan jangan berdasarkan pada hawa nafsu, hal ini akan membawa kepada suatu keputusan yang buruk dan tercela, makanya seorang pemimpin harus dari kalangan orang-orang yang beriman, jika sebaliknya maka kerusakan yang muncul dan merajalela dimuka bumi ini, seperti korupsi, penindasan hak-hak rakyat kecil dan lain sebagainya.

Sifat Allah Swt Maha Baik, sifat buruk adalah ciptaan-Nya dan hanya tersandang pada makhluk ciptaan-Nya (lihat pemahaman pada sifat dua puluh), keseluruhan sifat didunia ini adalah sesungguhnya bayangan sifat Allah Swt sang Maha Pencipta kecuali yang buruk, karena hal itu hanya diciptakan untuk makhluk ciptaan-Nya sebagai proses peradilan diakhirat nanti.

Sifat seorang manusia jadi pemimpin jika rusak, maka rusak juga rakyat dan melanggar amanah Allah Swt sebagai pemimpin didunia walau dari lingkup yang besar sampai kepada lingkup terkecil sekalipun (keluarga), hal bisa diperbaiki dengan perbaikan mental kerohanian dalam jalur keagamaan yang dilaksanakan secara berdampingan oleh “Ulama dan Umaro”, pemimpin meski mempunyai dasar iman yang kuat yang senantiasa dikontrol oleh para ulama, jika seorang pemimpin seorang yang shaleh, maka akan berakibat baik pada rakyat yang dipimpinnya dalam berbagai bidang.

Seorang pemimpin harus berada dalam jalan kebenaran yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Al-Hadist Rasulullah Saw dan mempunyai sifat-sifat dalam lingkungan keshalehan atau taat dalam perintah agama, dengan demikian dia dapat berbuat benar dihadapan Allah Swt dan selalu menjaga serta memelihara hak-hak Allah Swt yang tersandang dibahunya, sebab hak rakyat adalah merupakan sandaran hak-hak Allah Swt dalam menjalan pemerintahan dimuka bumi ini, sesuai dengan sifat Allah Swt yang Maha Merajai (Raja).

Pemimpin harus memenuhi amanah Allah Swt, jika keluar dari koridor aturan yang telah ditetapkan hukumnya oleh Allah Swt, maka sudah jelas pemimpin tersebut akan sesat dalam menjalankan amanah Allah Swt dan rakyatnya, ditambah lagi dalam membuat sesuatu tidak bersendikan kepada keadilan dan pemerataan, maka ini adalah suatu kerusakan.

Seorang pemimpin muslim mesti taat dalam menjalan perintah yang termuat dan rukun Islam yang 5 (lima) perkara serta menerapkan rukun Iman yang 6 (enam) perkara untuk suatu proses peningkatan seorang muslim menjadi seorang mukmin yang khalis, artinya mulai dari pemahaman dan pelaksanaan syahadat, shalat, zakat sampai kepada rukun iman yang keenam, jika ini lalai maka akan menyebabkan kerusakan pada akhlak seorang pemimpin.

Pemimpin adalah normalnya diminta oleh rakyat dan bukan sebaliknya, pemimpin yang diminta rakyat biasanya mulia dihadapan Allah Swt dan umumnya adalah seseorang yang beriman dan bertaqwa pada Allah Swt, dan pemimpin yang meminta kepada rakyat untuk dipilih atau ditunjuk biasanya terhina dihadapan Allah Swt dan Dia berpaling pada seorang pemimpin yang sedemikian, sebab suatu kedudukan yang dipaksakan tidaklah akan berhasil dengan baik, malah sebaliknya akan menimbulkan kerusakan dan krisis akan akhlak.

Hadis riwayat Ibnu Umar Ra : Dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda : “Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin, seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya, seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka, seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya, seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (H.R. Muslim).

Dengan demikian sangat besar resiko yang diemban oleh seorang pemimpin, karena kelak pada hari perhitungan keseluruhannya akan dipertanyakan oleh Allah Swt sejauh mana pertanggungjawaban selaku seorang pemimpin diposisi manapun juga, proses perhitungan ini sangat detail dan adil-seadilnya tanpa ada yang bisa disembunyikan, semakin besar luas cakupan yang dipimpin, maka semakin banyak pula pertanyaan dan pertanggungjawaban yang akan dipikul, tidak sesuai dengan amanat aturan Allah Swt, maka neraka jahannam perolehannya, ingat! Jadi seorang pemimpin maka sebelah kaki seakan sudah masuk keneraka, maka berhati-hatilah dalam memegang amanah jadi pemimpin.

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S Al-Baqarah : 213).

Seorang pemimpin yang muslim mesti mengutamakan dalam membuat suatu keputusan atau ketetapan dalam hal-hal yang menyangkut pada kepemimpinannya, karena hal ini adalah wajib hukumnya, jangan hanya berdasarkan pada hawa nafsu keduniaan semata, sementara bertentangan dengan hukum-hukum Al-Qur’an.

JIKA MENJADI SEORANG PEMIMPIN, maka perhatikanlah beberapa hal-hal sebagai berikut :

1. Jangan meminta jabatan (kepemimpinan) serta berambisi untuk jabatan tersebut. Hadis riwayat Abu Musa Ra, ia berkata : Aku menemui Nabi Saw bersama dua orang lelaki anak pamanku, seorang dari keduanya berkata : “Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah kekuasaanmu yang telah diberikan Allah Swt!” yang satu lagi juga berkata seperti itu. Lalu Rasulullah Sawbersabda : “Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya.” (H.R. Muslim).

2. Jangan berkhianat setelah jadi pemimpin, karena ancamannya keras bagi pemimpin pengkhianat. Hadis riwayat Abu Hurairah Ra, ia berkata : Suatu hari Rasulullah Saw berdiri di tengah-tengah kami, lalu beliau menyebutkan masalah pengkhianatan (mencuri harta rampasan perang sebelum dibagikan) sampai membesarkan pelaku serta perkaranya. Kemudian beliau bersabda : Pada hari kiamat, aku akan menjumpai seorang dari kamu yang datang dengan seekor unta yang melenguh di lehernya, ia berkata : Wahai Rasulullah, tolonglah aku! Maka aku menjawab : Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu karena aku telah menyampaikan (peringatan) kepadamu. Pada hari kiamat, aku juga akan menjumpai seorang dari kamu datang dengan seekor kuda yang meringkik di lehernya, ia berkata : Wahai Rasulullah, tolonglah aku! Maka aku menjawab : Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu karena aku telah menyampaikan peringatan kepadamu. Pada hari kiamat, aku pun akan menjumpai seorang dari kamu datang membawa seekor kambing yang mengembek di lehernya, ia berkata : Wahai Rasulullah, tolonglah aku! Maka aku menjawab : Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu karena aku telah menyampaikan peringatan kepadamu. Pada hari kiamat, aku juga akan menjumpai seorang dari kamu datang dengan sesosok jiwa yang menjerit di lehernya, ia berkata : Wahai Rasulullah, tolonglah aku! Maka aku menjawab : Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu karena aku telah menyampaikan peringatan kepadamu. Pada hari kiamat, aku pun akan menjumpai seorang dari kamu datang dengan sepotong pakaian yang berkibar-kibar di lehernya dan ia berkata : Wahai Rasulullah, tolonglah aku! Maka aku menjawab : Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu karena aku telah menyampaikan peringatan kepadamu. Juga pada hari kiamat, aku akan menjumpai seorang dari kamu yang datang dengan emas dan perak di lehernya, dan ia berkata : Wahai Rasulullah, tolonglah aku! Maka aku menjawab : Aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu karena aku telah menyampaikan peringatan kepadamu. (H.R. Muslim).

3. Pemimpin adalah haram menerima hadiah. “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah : 188). Hadis riwayat Abu Humaid As-Saidi Ra, ia berkata : Rasulullah Saw menugaskan seorang lelaki dari Suku Asad yang bernama Ibnu Lutbiah Amru serta Ibnu Abu Umar untuk memungut zakat. Ketika telah tiba kembali, ia berkata : Inilah pungutan zakat itu aku serahkan kepadamu, sedangkan ini untukku yang dihadiahkan kepadaku. Lalu berdirilah Rasulullah Saw di atas mimbar kemudian memanjatkan pujian kepada Allah Swt, selanjutnya beliau bersabda : Apakah yang terjadi dengan seorang petugas yang aku utus kemudian dia kembali dengan mengatakan : Ini aku serahkan kepadamu dan ini dihadiahkan kepadaku! Apakah dia tidak duduk saja di rumah bapak atau ibunya sehingga dia bisa melihat apakah dia akan diberikan hadiah atau tidak. Demi Tuhan Yang jiwa Muhammad berada dalam tangan-Nya! Tidak seorang pun dari kamu yang mengambil sebagian dari hadiah itu, kecuali pada hari kiamat dia akan datang membawanya dengan seekor unta yang melenguh di lehernya yang akan mengangkutnya atau seekor sapi yang juga melenguh atau seekor kambing yang mengembek. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami dapat melihat warna putih ketiaknya. Kemudian beliau bersabda : “Ya Allah, bukankah telah aku sampaikan. Beliau mengulangi dua kali.” (H.R. Muslim).

4. Seorang pemimpin itu adalah perisai bagi rakyat dan berlindung di belakangnya. Hadis riwayat Abu Hurairah Ra : Dari Nabi Saw beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya, bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah Swt serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala, namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya.” (H.R. Muslim). Bagi pemimpin yang dapat menjalan amanah rakyat serta hak-hak Allah Swt dimuka bumi akan mendapat perolehan berkah, karunia dan hidayah serta kerdihaan dari Allah Swt, artinya jadilah seorang pemimpin yang adil bagi rakyatnya, tidak berkhianat atas jabatannya, taat kepada Allah Swt, mengutamakan kepentingan rakyat diatas segalanya dan kebaikan-kebaikan lainnya, maka inilah pemimpin yang dikehendaki oleh Allah Swt. Bagi rakyat yang merasa terdzalimi dan mendapatkan ketidak adilan dari pemimpinnya maka hendaklah bersabar serta menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Swt, karena Rasulullah Saw telah menyatakan demikian adanya, segala hukuman dan perhitungan telah ada ditentukan oleh Allah Swt atas hal-hal tersebut, seperti sabda Rasulullah Saw dalam hadist riwayat Usaid bin Hudhair Ra : Bahwa seorang lelaki Ansar menemui Rasulullah Saw dan bertanya : “Apakah engkau tidak ingin mengangkatku sebagaimana engkau telah mengangkat si fulan? Rasulullah Saw menjawab : “Sesungguhnya kamu sekalian akan menemui sepeninggalku para pemimpin yang egois, maka bersabarlah sampai kamu menjumpaiku di telaga kelak.” (H.R. Muslim).

Rakyat mempunyai batasan-batasan tertentu dalam mentaati para pemimpin, dalam hal yang bukan maksiat dan haram mematuhi pemimpin dalam hal perintah kemaksiatan.

1. Hadis riwayat Ibnu Abbas Ra, ia berkata : Ayat ini turun “Wahai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul dan kepada ulil amri (pemimpin) di antara kamu berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin Adi As-Sahmi, yang diutus Nabi Saw dalam suatu pasukan perang.” (H.R. Muslim).

2. Hadis riwayat Abu Hurairah Ra : Dari Nabi Saw, beliau bersabda : “Barang siapa yang mentaatiku berarti ia telah mentaati Allah, dan barang siapa yang mendurhakai perintahku, maka berarti ia telah mendurhakai Allah, barang siapa yang mematuhi pemimpin berarti ia telah mematuhiku dan barang siapa yang mendurhakai pemimpin berarti ia telah mendurhakaiku.” (H.R. Muslim).

3. Hadis riwayat Ibnu Umar Ra : Dari Nabi Saw beliau bersabda : “Kewajiban seorang muslim adalah mendengar dan taat dalam melakukan perintah yang disukai atau pun tidak disukai, kecuali bila diperintahkan melakukan maksiat, bila dia diperintah melakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar serta taat.” (H.R. Muslim).

4. Hadis riwayat Ali Ra : Bahwa Rasulullah Saw pernah mengirim sepasukan tentara serta mengangkat seorang lelaki untuk memimpin mereka. Lalu pemimpin itu menyalakan api dan berkata : “Masuklah kamu sekalian! Beberapa orang telah hendak memasuki api itu, namun yang lainnya berkata: Kami telah berhasil melarikan diri dari api itu. Lalu kejadian itu disampaikan kepada Rasulullah Saw, kemudian kepada orang-orang yang ingin memasukinya beliau berkata : “Jika kalian memasukinya, maka kalian akan tetap berada di dalamnya sampai hari kiamat.” Kepada yang lain, Rasulullah Saw bersabda dengan ucapan yang baik dan beliau bersabda : “Tidak ada kewajiban taat dalam berbuat maksiat kepada Allah, sesungguhnya taat itu hanya untuk kebajikan.” (H.R. Muslim).

Point-point dalam Al-Qur’an menyangkut atau mengenai Pemimpin/Pemerintahan :
Kekuasaan pemerintah
Sifat-sifat pemimpin : 2:247, 4:139, 4:141, 4:144, 8:73
Pemerintahan selain Islam
Pemimpin-pemimpin yang menyesatkan : 5:77, 9:12, 9:34, 11:59, 11:97, 11:98, 14:28, 29:12, 29:13, 34:31, 34:32, 34:33, 40:29, 40:47, 43:54, 45:19, 71:24
Orang-orang yang terdekat dengan pemerintah : 3:118, 9:16, 9:23, 9:24, 11:113, 33:1, 58:14, 60:1, 60:4, 60:9, 60:13
Cara memegang tampuk pimpinan
Melantik pemerintah : 7:142, 7:150
Kewajiban pemimpin
Tanggung jawab pemimpin : 5:42, 26:215, 27:20, 33:6, 38:26, 49:7
Mengawasi pegawai : 7:150, 20:92, 20:93, 27:21, 27:27
Gaji pemimpin diambil dari kas negara : 12:72
Hak-hak pemimpin
Taat dan patuh pada pimpinan : 24:48
Dasar-dasar sistem pemerintahan Islam
Permusyawaratan dalam Islam : 3:159, 27:32, 27:33, 42:38
Keadilan dalam memerintah : 4:58, 4:135, 5:8, 38:26, 42:15, 49:9

Kekuasaan khusus
Penggunaan pegawai dan penguasa : 7:142, 7:150, 20:29, 20:30, 20:31, 20:32, 28:34

Peradilan
Keutamaan keadilan dalam hukum : 4:58, 4:135, 5:42
Berlaku adil dalam menjatuhi hukuman : 4:58, 4:135, 6:152, 38:22, 42:15
Menjauhi suap dan hadiah : 2:188, 27:36
Keburukan tergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman : 7:150, 49:6
Keputusan hukum bersandar pada apa yang nampak : 12:79, 20:93
Kewajiban menggunakan hukum agama : 2:213, 3:23, 4:60, 4:105, 5:43, 5:44, 5:45, 5:47, 5:48, 5:49, 5:50, 5:68, 7:142, 45:18
Hakim mendengarkan semua tuduhan dan pembelaan : 7:150, 12:52, 27:22, 27:23

Cara hakim mengambil keputusan
Keputusan hukum dengan berdasarkan pada sumpah
Ancaman keras untuk pelaku sumpah palsu : 24:7, 24:9
Pemberatan sumpah : 24:7, 24:9
Cara pengambilan sumpah : 5:107
Keputusan hukum dengan bersandar pada pengakuan : 12:52
Zhafr (berdamai) : 42:41

Saksi dan bukti
Seorang saksi disyaratkan adil : 4:135, 5:106, 65:2
Kesaksian palsu : 4:135, 5:8
Saksi terbebas dari tuduhan : 4:135, 6:152
Kesaksian wanita : 2:282

Orang yang diberi kesaksian
Kesaksian atas kelaliman : 25:72
Kesaksian atas perbuatan zina : 4:15
Kesaksian atas talak dan rujuk : 65:2
Kesaksian atas hutang dan harta : 2:282, 4:6, 5:106
Keputusan hukum dengan bersandar pada kesaksian
Perintah untuk memberikan kesaksian : 2:282
Memilih saksi : 2:282
Sebaik-baik saksi : 70:33
Jumlah saksi : 2:282, 4:15, 5:106, 24:4, 24:13, 65:2
Mencari bukti : 2:282, 21:61, 49:6
Menyembunyikan kesaksian : 2:140, 2:282, 2:283, 4:135, 5:106, 70:33
Mengubah kesaksian : 4:135, 5:8, 5:108
Perselisihan antara saksi : 5:107, 5:108
Bersegera dalam memberikan kesaksian : 2:282
Pengundian pada saat yang sulit : 3:44, 37:141

Posting Komentar untuk "PEMIMPIN DALAM ISLAM"