Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Penyakit Asmara Memang Aneh

Secara tak terduga Pangeran yang menjadi putra mahkota jatuh sakit, sudah banyak tabib yang didatangkan untuk memeriksa dan mengobati tapi tak seorang pun mampu menyembuhkannya.


Akhirnya Raja mengadakan sayembara dan sayembara boleh diikuti oleh rakyat dari semua lapisan, tidak terkecuali oleh para penduduk negeri tetangga.

Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan itu dalam waktu beberapa hari berhasil menyerap ratusan peserta, namun tak satu pun dari mereka berhasil mengobati penyakit sang pangeran.

Akhirnya sebagai sahabat dekat Abu Nawas, menawarkan jasa baik untuk menolong sang putra mahkota.

Baginda Harun Al-Rasyid menerima usul itu dengan penuh harap, Abu Nawas sadar, bahwa dirinya bukan tabib. Dari itu ia tidak membawa peralatan apa-apa.

Para tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas yang datang tanpa peralatan yang mungkin diperlukan, mereka berpikir mungkinkah orang macam Abu Nawas ini bisa mengobati penyakit sang pangeran? Sedangkan para tabib terkenal dengan peralatan yang lengkap saja tidak sanggup, bahkan penyakitnya tidak terlacak.

Abu Nawas merasa bahwa seluruh perhatian tertuju padanya, namun Abu Nawas tidak begitu memperdulikannya. Abu Nawas dipersilahkan memasuki kamar pangeran yang sedang terbaring, ia menghampiri sang pangeran dan duduk di sisinya.

Setelah Abu Nawas dan sang pangeran saling pandang beberapa saat, Abu Nawas berkata, "Saya membutuhkan seorang tua yang dimasa mudanya sering mengembara ke pelosok negeri."

Orang tua yang diinginkan Abu Nawas didatangkan. "Sebutkan satu persatu nama-nama desa di daerah selatan." perintah Abu Nawas kepada orang tua itu.

Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa bagian selatan, Abu Nawas menempelkan telinganya ke dada sang pangeran, kemudian Abu Nawas memerintahkan agar menyebutkan bagian utara, barat dan timur.

Setelah semua bagian negeri disebutkan, Abu Nawas mohon agar diizinkan mengunjungi sebuah desa di sebelah utara. Raja merasa heran. "Engkau kuundang ke sini bukan untuk bertamasya."

"Hamba tidak bermaksud berlibur Yang Mulia." kata Abu Nawas.
"Tetapi aku belum paham." kata Raja.
"Maafkan hamba, Paduka Yang Mulia, kurang bijaksana rasanya bila hamba jelaskan sekarang." kata Abu Nawas dan Abu Nawas pergi selama dua hari.

Sekembali dari desa itu Abu Nawas menemui sang pangeran dan membisikkan sesuatu kemudian menempelkan telinganya ke dada sang pangeran, lalu Abu Nawas menghadap Raja.

"Apakah Yang Mulia masih menginginkan sang pangeran tetap hidup?" tanya Abu Nawas.
"Apa maksudmu?" Raja balas bertanya.

"Sang pangeran sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara negeri ini." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Bagaimana kau tahu?"
"Ketika nama-nama desa di seluruh negeri disebutkan tiba-tiba degup jantungnya bertambah keras ketika mendengarkan nama sebuah desa di bagian utara negeri ini dan sang pangeran tidak berani mengutarakannya kepada Baginda."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Raja.
"Mengawinkan pangeran dengan gadis desa itu."
"Kalau tidak?" tawar Raja ragu-ragu.
"Cinta itu buta, bila kita tidak berusaha mengobati kebutaannya, maka ia akan mati."

Rupanya saran Abu Nawas tidak bisa ditolak. Sang pangeran adalah putra satu-satunya yang merupakan pewaris tunggal kerajaan.

Abu Nawas benar, begitu mendengar persetujuan sang Raja, sang pangeran berangsur-angsur pulih dan sebagai tanda terima kasih Raja memberi Abu Nawas sebuah cincin permata yang amat indah.

Posting Komentar untuk "Penyakit Asmara Memang Aneh"