Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Kiat Menggapai Khusyu'

Pengertian Khusyu'

Secara Bahasa,
Khusyu' secara bahasa adalah rendah hati, tunduk dan tenang, terkadang juga bermakna menundukkan pandangan dan merendahkan suara dan terkadang juga bermakna hancur atau pecah.


Secara Istilah,
Secara syar'i para Salaf memiliki pengertian yang berbeda-beda, di antaranya adalah :

  1. Ketundukan hati di hadapan Allah.
  2. Tunduk dan patuh terhadap kebenaran, indikasinya mampu menerima nasehat yang awalnya ia selisihi.
  3. Redupnya gejolak syahwat dan tenangnya gemuruh di dada, serta tumbuhnya rasa pengagungan dalam hati.
Pengertian-pengertian di atas semuanya menunjukkan bahwa khusyu' tempatnya di dalam hati, kemudian menyebarkan pengaruhnya kepada anggota tubuh. Di hati, khusyu' dapat memberikan pengaruh pada diri seseorang, Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa khusyu' yaitu perpaduan antara pengagungan, rasa cinta dan ketundukan.

Khusyu' adalah suatu keadaan yang ada pada seseorang yang sedang mendekatkan diri kepada Allah, saat itu seseorang di tuntut untuk khusyu' dalam semua keadaan, bukan hanya ketika shalat, meskipun shalat merupakan tempat terlihatnya pengaruh dari khusyu', karena khusyu' merupakan ruh dari shalat seseorang, serta sebaik-baik adab yang harus ia perhatikan di dalam shalatnya, maka khusyu' selalu berkaitan, baik di dalam maupun di luar shalat.

Adapun jika seseorang lalai sepanjang waktu, namun ia ingin mendapatkan kekhusyu'an di dalam shalat, maka ini sangat mustahil dia dapatkan, karenanya Allah berfirman : "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu dalam shalatnya." (Q.S. Al-Mu'minun 23 : 1-2).

Karena mereka telah mewujudkan keimanan terlebih dahulu, baru kemudian mereka merasakan khusyu' di dalam hati, lalu muncul lah penguruhnya dalam shalat mereka, serta pada ibadah-ibadah lain yang di sebutkan di ayat selanjutnya, Imam Mujahid mengatakan : “orang-orang yang khusyu', mereka adalah orang-orang mukmin yang sesungguhnya.”

Para pendahulu kita dari generasi pertama umat ini telah memberikan contoh yang sempurna tentang kekhusyu'an di hadapan Allah, di antaranya adalah apa yang di ceritakan tentang Abdullah bin Zubair Ra, apa bila sedang melaksanakan shalat terlihat seperti tiang, karena saking khusyu'nya dan ketika ia sujud, burung-burung hinggap di punggungnya.

Sungguh mereka telah mendirikan shalat dengan sebenarnya, sehingga hiduplah hati-hati mereka dan ketenangan serta kebahagiaan yang mereka dapatkan, sebagaimana sabda Nabi Saw : "Dan di jadikan shalat sebagai ketenangan hatiku."


Bagaimana Agar Bisa Khusyu' Dalam Shalat?

Imam Ibnul Jauzi Ra mengajarkan langkah-langkah agar kita bisa khusyu' di dalam shalat, secara ringkasnya adalah jika seseorang mendengar adzan anggaplah itu seakan panggilan hari kiamat.
  1. Ketika ia menutup auratnya, hendaknya ia mengingat keburukan-keburukan hatinya yang juga harus di tutup di hadapan Allah.
  2. Ketika ia menghadapkan wajahnya kearah kiblat, maka hendaknya ia hadapkan hatinya kepada Allah.
  3. Ketika engkau mengucapkan “Allahu Akbar”, maka jangan sampai hatimu berbeda dengan lisanmu, yaitu jangan meyakini sesuatu yang lebih besar dari Allah.
  4. Dan ketika engkau meminta perlindungan pada-Nya, lalu membaca ayat-ayat dalam surat Al-Fatihah, maka resapilah maknanya dengan hatimu, hadirkan tawadhu' dan merendah di hadapan-Nya.
  5. Ketika ruku' dan sujud, resapi makna dari bacaan-bacaan yang engkau baca dan yakinlah apabila engkau laksanakan itu semua, niscaya engkau akan merasakan jernihnya hati dan mendapatkan cahaya yang meneranginya.

Beliau juga menyebutkan beberapa faktor yang menjadikan shalat kita hidup dan berarti, di antaranya adalah :

Pertama, menghadirkan hati ketika shalat, yaitu dengan mengosongkan hati dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi, hal itu bisa ia dapatkan dengan tekad yang kuat dan tekad seseorang akan kuat ketika imannya bertambah, begitu pula sebaliknya, oleh karenanya, yang menjadikan sulitnya menghadirkan hati dalam shalat adalah lemahnya iman.

Kedua, berusaha memahami bacaan-bacaan yang di baca dalam shalat, yaitu dengan menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggu konsentrasinya ketika shalat.

Ketiga, menghadirkan pengagungan dan rasa takut kepada Allah dan yang seperti ini bersumber dari dua hal, pertama: mengerti akan keagungan dan keluhuran Allah dan yang kedua adalah mengakui kehinaan dirinya di hadapan Allah.


Menghadirkan Khusyu' Di Setiap Ibadah

Di antara hal yang bisa menghadirkan kekhusyu'an adalah rasa optimis terhadap pahala dari Allah, jadi, orang yang melaksanakan shalat harus benar-benar mengharapkan balasan dari Allah semata, namun perlu kita fahami, bahwa khusyu' tidak hanya di tuntut dalam shalat saja, akan tetapi seorang muslim harus senantiasa menghadirkan kekhusyu'an setiap saat dan hal itu tidak bisa di gambarkan atau di ungkapkan dengan kata-kata, karena khusyu' merupakan keadaan seseorang di hadapan Allah dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya.

Ibrahim An-Nakha'i menjelaskan, bahwa khusyu' bukan sekedar memakan makanan yang tidak enak atau memakai pakaian yang jelek, akan tetapi khusyu' ialah ketika engkau melihat bahwa orang yang mulia maupun hina, keduanya memiliki hak yang sama dan engkau khusyu' karena Allah ketika melaksanakan kewajiban-Nya.

Dan sungguh para salaf dahulu mereka menjauhi khusyu' berlebihan yang di buat-buat, sahabat Hudzaifah Ra pernah bertutur, “Berhati-hatilah kalian dari khusyu' yang munafik, yaitu hanya badannya yang khusyu' namun hatinya tidak."

Dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Ra adalah orang yang telah mewujudkan makna khusyu' yang sesungguhnya, sehingga ia di segani oleh manusia, bahkan syaitan pun takut kepadanya, meski demikian, Aisyah Ra menceritakan tentangnya, “Umar bin Khathab adalah orang yang cepat jalannya, kencang suaranya, keras pukulannya dan memberi makan sampai kenyang, beliau adalah seorang hamba yang sesungguhnya.”


Tiga Tingkatan Khusyu'

Ibnul Qayyim membagi khusyu' menjadi tiga tingkatan, yaitu :
Tingkatan pertama :
Tunduk terhadap perintah Allah dan ini bisa di lakukan oleh seorang hamba dengan benar-benar tunduk, menerima dan menjalankan perintah Allah serta menunjukkan bahwa ia butuh terhadap hidayah dan pertolongan-Nya dan juga berharap agar amalannya di terima di sisi-Nya, di tambah lagi ia benar-benar pasrah terhadap hukum Allah, baik hukum syar'i maupun hukum kauni yaitu takdir,sehingga ia tidak berpaling dari perintah Allah dan tidak pula murka terhadap ketentuan-Nya.

Tingkatan Kedua :
Berhati-hati terhadap penyakit-penyakit hati yang bisa merusak amalan, seperti: sombong, ujub, riya, lemahnya keyakinan, muncul keraguan dalam hati, serta rusaknya niat.

Tingkatan Ketiga :
Berusaha untuk tidak merasa bangga terhadap amal yang ia kerjakan atau merasa bahwa ia berhak untuk mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah serta berusaha untuk menyembunyikan amalan-amalan ibadah dari manusia agar selamat dari hal-hal yang bisa merusak niatnya.

Posting Komentar untuk "Kiat Menggapai Khusyu'"