Taubat Dan Penyucian Jiwa
Menjauhi dan meninggalkan dosa merupakan jalan terbaik bagi penyucian jiwa (tahdzib an-nafs), manusia yang tak pernah tercemari oleh dosa dan memiliki keshalehan dan kesucian murni, tentu jauh lebih mulia ketimbang seorang pendosa yang bertaubat setelah melakukan dosa.
Bagi manusia yang belum pernah berbuat dosa dan tidak terbiasa dengan dosa, akan lebih mudah menghindari perbuatan maksiat ketimbang orang yang telah di kotori dosa lalu ingin menahan diri dari perbuatan itu.
Tentang hal ini, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Ra berkata, “Meninggalkan dosa jauh lebih mudah ketimbang melakukan taubat.” Meski demikian, manusia yang telah berlumuran dosa tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, sebab, pintu perjalanan menuju Allah dan perbaikan jiwa tidak akan pernah tertutup, bahkan Allah Yang Maha Pengasih selalu membuka pintu taubat bagi para hamba-Nya dan mengajak mereka agar kembali kepada-Nya setelah sebelumnya mereka membersihkan jiwa mereka dari kenistaan dan keburukan dosa dengan siraman taubat."
Allah berfirman, “Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar : 53).
Dan juga, “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah : “Salamun 'alaikum” Tuhanmu telah menetapkan atas dirinya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakan dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-An’am : 54).
Lantas, bagaimana bisa kita yang mengenal diri kita sendiri dan mengetahui dosa-dosa kita melalaikan taubat? Apakah kita tidak meyakini hari kebangkitan, hisab, catatan amal, syurga dan neraka? Apakah kita meragukan janji Allah bahwa orang-orang yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam api neraka? Jiwa manusia akan menjadi gelap dan hitam akibat berbuat dosa, bahkan boleh jadi jiwa insaniahnya berubah menjadi watak kebinatangan.
Apakah dengan jiwa yang gelap dan kotor ini, kita berharap bisa menemukan jalan menuju ke hadirat Allah dan di syurga duduk bersama para kekasih-Nya? Dengan berbuat dosa, kita terlepas dari jalan yang lurus dalam perjalanan menuju Allah dan jatuh dalam lembah kebinatangan, jauh dari Allah dan dekat dengan syetan, lalu kita (dalam keadaan seperti itu) berharap juga, akan bahagia dan beruntung di akhirat dan di syurga yang tinggi? Sungguh ini harapan yang kosong dan hasrat yang salah.
Oleh karena itu, orang yang berdosa memikirkan kebahagiaan dirinya, baginya, adakah jalan lain selain bertaubat dan kembali kepada Allah? Pintu taubat merupakan luthf atau rahmat Allah yang amat luas dan terbuka bagi para hamba-Nya.
Orang yang terkena ragu memikirkan keselamatan dirinya dan tidak akan menunda lagi atas sifat ragu-ragu untuk mengobatinya dan mengeluarkan racun yang bersarang dalam tubuhnya, sebab ia tahu, kalau saja ia terlambat, maka ia segera mati, tetapi dosa lebih mematikan jiwa manusia ketimbang racun, bila racun dalam beberapa waktu membahayakan kehidupan dunia manusia, maka dosa akan melemparkan jiwanya ke dalam kehancuran yang abadi dan menghancurkan kebahagiaan akhiratnya.
Jika racun memisahkan manusia dari dunia, maka dosa akan membuatnya jauh dari Allah dan akan terhalang dari lautan karunia (faidh), kedekatan (qurb) dan perjumpaan dengan Allah (liqa), jadi taubat dan kembali kepada Allah bagi kita lebih lazim dan penting dari hal apapun, karena taubat berhubungan erat dengan kebahagiaan dan kehidupan spiritual kita.
Bagi manusia yang belum pernah berbuat dosa dan tidak terbiasa dengan dosa, akan lebih mudah menghindari perbuatan maksiat ketimbang orang yang telah di kotori dosa lalu ingin menahan diri dari perbuatan itu.
Tentang hal ini, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Ra berkata, “Meninggalkan dosa jauh lebih mudah ketimbang melakukan taubat.” Meski demikian, manusia yang telah berlumuran dosa tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, sebab, pintu perjalanan menuju Allah dan perbaikan jiwa tidak akan pernah tertutup, bahkan Allah Yang Maha Pengasih selalu membuka pintu taubat bagi para hamba-Nya dan mengajak mereka agar kembali kepada-Nya setelah sebelumnya mereka membersihkan jiwa mereka dari kenistaan dan keburukan dosa dengan siraman taubat."
Allah berfirman, “Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar : 53).
Dan juga, “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah : “Salamun 'alaikum” Tuhanmu telah menetapkan atas dirinya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakan dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-An’am : 54).
Keharusan Bertaubat
Kita tidak bisa membayangkan adanya sesuatu yang lebih penting bagi seorang pendosa daripada bertaubat, orang yang mengimani Allah, Rasulullah Saw, hari kebangkitan, pahala dan siksaan, hisab, catatan amal, syurga dan neraka tidak akan meragukan keharusan dan kesegeraan bertaubat.Lantas, bagaimana bisa kita yang mengenal diri kita sendiri dan mengetahui dosa-dosa kita melalaikan taubat? Apakah kita tidak meyakini hari kebangkitan, hisab, catatan amal, syurga dan neraka? Apakah kita meragukan janji Allah bahwa orang-orang yang berbuat dosa akan di masukkan ke dalam api neraka? Jiwa manusia akan menjadi gelap dan hitam akibat berbuat dosa, bahkan boleh jadi jiwa insaniahnya berubah menjadi watak kebinatangan.
Apakah dengan jiwa yang gelap dan kotor ini, kita berharap bisa menemukan jalan menuju ke hadirat Allah dan di syurga duduk bersama para kekasih-Nya? Dengan berbuat dosa, kita terlepas dari jalan yang lurus dalam perjalanan menuju Allah dan jatuh dalam lembah kebinatangan, jauh dari Allah dan dekat dengan syetan, lalu kita (dalam keadaan seperti itu) berharap juga, akan bahagia dan beruntung di akhirat dan di syurga yang tinggi? Sungguh ini harapan yang kosong dan hasrat yang salah.
Oleh karena itu, orang yang berdosa memikirkan kebahagiaan dirinya, baginya, adakah jalan lain selain bertaubat dan kembali kepada Allah? Pintu taubat merupakan luthf atau rahmat Allah yang amat luas dan terbuka bagi para hamba-Nya.
Orang yang terkena ragu memikirkan keselamatan dirinya dan tidak akan menunda lagi atas sifat ragu-ragu untuk mengobatinya dan mengeluarkan racun yang bersarang dalam tubuhnya, sebab ia tahu, kalau saja ia terlambat, maka ia segera mati, tetapi dosa lebih mematikan jiwa manusia ketimbang racun, bila racun dalam beberapa waktu membahayakan kehidupan dunia manusia, maka dosa akan melemparkan jiwanya ke dalam kehancuran yang abadi dan menghancurkan kebahagiaan akhiratnya.
Jika racun memisahkan manusia dari dunia, maka dosa akan membuatnya jauh dari Allah dan akan terhalang dari lautan karunia (faidh), kedekatan (qurb) dan perjumpaan dengan Allah (liqa), jadi taubat dan kembali kepada Allah bagi kita lebih lazim dan penting dari hal apapun, karena taubat berhubungan erat dengan kebahagiaan dan kehidupan spiritual kita.
Allah berfirman, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S. An-Nur : 31). “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan kamu akan menghapus semua kesalahanmu dan memasukkan kamu kedalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai sungai...” (Q.S. At-Tahrim : 8).Rasulullah Saw bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya, adapun obat bagi dosa-dosa adalah istighfar.“
Posting Komentar untuk "Taubat Dan Penyucian Jiwa"
Terimakasih atas kunjungan anda...