Martabat Tajalliyah
Tajalli Allah itu bisa berlaku dari tiga martabat maupun dari tujuh martabat (maqamat), walau bagaimanapun, martabat-martabat tersebut sama ada yang berjumlah tiga martabat ataukah tujuh martabat, semuanya menjelaskan proses yang sama, yaitu proses tajalli Tuhan dalam pengenalan wujud Allah yang Esa, hingga kepada wujud alam semesta dan manusia.
Konsep tajalli Tuhan dengan melalui martabat-martabat itu adalah berupa tajalli, Tuhan itu mempunyai dua bentuk tahapan, pertama; (1) Tajaliyyatal-dzat atau tajalliyal-ghaib dan (2) Tajalliyalshuhud (nyata), dengan pengertian berikut ini.
Pertama, tajaliyyatal-dzat atau ghaib itu adalah Tuhan menampakkan diri-Nya secara tetap atau kekal (a‘yin thibitah) artinya, suatu realiti atau penampakan diri-Nya yang ada hanya dalam ilmu Tuhan secara ghaib, yaitu suatu martabat ini wujudnya tiada beda dengan esensi Tuhan, jadi belum lagi ada wujud apapun selain diri-Nya.
Yang kedua adalahg tajalli Shuhud atau tajalli zahir, yaitu penampakan dari keesaan-Nya yang bersifat ghaib ini telah nampak dalam bentuk yang tidak terhalang di dalam alam semesta melalui berbagai penciptaan yang zahir.
Dalam tajalli al-dzat terdiri daripada dua martabat, yaitu martabat ahadiyyah dan martabat wahidiyyah, (Baca : Pengertian Martabat Ahadiyah dan Wahidiyah), pada martabat ahadiyyah, Tuhan itu wujud Tunggal lagi Mutlak yang belum dapat di hubung kaitkan dengan sifat apapun dan belum di kenal oleh siapapun.
Sedangkan pada martabat wahidiyyah, Tuhan memanifestasikan diri-Nya secara ilahiyyah di luar batas ruang dan masa dan dalam citra sifat-Nya dan sifat-Nya itu terjelma dalam asma’ Tuhan. Asma’ dan sifat itu merupakan satu kesatuan dengan hakikat alam semesta yang di namakan dengan a‘yin thibitah (keterangan yang tetap).
Proses tajalli secara tanazzul itu ada tiga martabat dengan istilah yang berbeda, martabat pertama adalah aḥadiyyah, kedua adalah huwiyyah dan ketiga adalah aniyyah dan dari tiga martabat ini di jadikannya tujuh martabat (maqamat) atau tujuh peringkat, yaitu pertama, martabat aḥadiyyah; kedua, martabat waḥdah; ketiga, martabat waḥidiyyah, keempat, martabat ‘alam al-arwah; kelima, martabat ‘alam al-mithal; keenam, martabat ‘alam al-ajsam; ketujuh, martabat alam al-insan.
Teori martabat tujuh di atas menurut arti dan maknanya dapat di kelompokkan pula menjadi 3 (tiga), yaitu: peringkat pertama; Pengenalan terhadap Tuhan Allah, yaitu ; martabat aḥadiyyah, martabat waḥdah, martabat waḥidiyyah, peringkat kedua; Pengenalan kepada Penciptaan alam semesta dan peringkat ke tiga; Pengenalan kepada manusia.
Konsep tajalli Tuhan dengan melalui martabat-martabat itu adalah berupa tajalli, Tuhan itu mempunyai dua bentuk tahapan, pertama; (1) Tajaliyyatal-dzat atau tajalliyal-ghaib dan (2) Tajalliyalshuhud (nyata), dengan pengertian berikut ini.
Pertama, tajaliyyatal-dzat atau ghaib itu adalah Tuhan menampakkan diri-Nya secara tetap atau kekal (a‘yin thibitah) artinya, suatu realiti atau penampakan diri-Nya yang ada hanya dalam ilmu Tuhan secara ghaib, yaitu suatu martabat ini wujudnya tiada beda dengan esensi Tuhan, jadi belum lagi ada wujud apapun selain diri-Nya.
Yang kedua adalahg tajalli Shuhud atau tajalli zahir, yaitu penampakan dari keesaan-Nya yang bersifat ghaib ini telah nampak dalam bentuk yang tidak terhalang di dalam alam semesta melalui berbagai penciptaan yang zahir.
Dalam tajalli al-dzat terdiri daripada dua martabat, yaitu martabat ahadiyyah dan martabat wahidiyyah, (Baca : Pengertian Martabat Ahadiyah dan Wahidiyah), pada martabat ahadiyyah, Tuhan itu wujud Tunggal lagi Mutlak yang belum dapat di hubung kaitkan dengan sifat apapun dan belum di kenal oleh siapapun.
Sedangkan pada martabat wahidiyyah, Tuhan memanifestasikan diri-Nya secara ilahiyyah di luar batas ruang dan masa dan dalam citra sifat-Nya dan sifat-Nya itu terjelma dalam asma’ Tuhan. Asma’ dan sifat itu merupakan satu kesatuan dengan hakikat alam semesta yang di namakan dengan a‘yin thibitah (keterangan yang tetap).
Proses tajalli secara tanazzul itu ada tiga martabat dengan istilah yang berbeda, martabat pertama adalah aḥadiyyah, kedua adalah huwiyyah dan ketiga adalah aniyyah dan dari tiga martabat ini di jadikannya tujuh martabat (maqamat) atau tujuh peringkat, yaitu pertama, martabat aḥadiyyah; kedua, martabat waḥdah; ketiga, martabat waḥidiyyah, keempat, martabat ‘alam al-arwah; kelima, martabat ‘alam al-mithal; keenam, martabat ‘alam al-ajsam; ketujuh, martabat alam al-insan.
Teori martabat tujuh di atas menurut arti dan maknanya dapat di kelompokkan pula menjadi 3 (tiga), yaitu: peringkat pertama; Pengenalan terhadap Tuhan Allah, yaitu ; martabat aḥadiyyah, martabat waḥdah, martabat waḥidiyyah, peringkat kedua; Pengenalan kepada Penciptaan alam semesta dan peringkat ke tiga; Pengenalan kepada manusia.
Posting Komentar untuk "Martabat Tajalliyah"
Terimakasih atas kunjungan anda...