Tiga Macam Tadzakkur
Tadzakkur itu ada tiga macam, yaitu :
1. Mengambil manfaat dari izhah, maksud izhah di sini adalah perintah dan larangan, yang lebih di kenal dengan istilah at-targhib wat-tarhib.
Izhah ada dua macam: Izhah dengan pendengaran dan dengan penglihatan, izhah dengan pendengaran adalah mengambil manfaat dari petunjuk dan nasihat yang di dengar, yang di sampaikan para rasul atau apa yang di wahyukan kepada mereka, atau dari siapa pun yang menyampaikan nasihat, demi kemaslahatan agama dan dunia.
Sedangkan izhah dengan penglihatan adalah mengambil manfaat dari apapun di dunia ini yang bisa di lihat dari tanda-tanda kekuasaan Allah dan yang menunjukkan kebenaran para rasul.
Mengambil manfaat dari izhah tidak bisa di lakukan kecuali setelah ada tiga perkara, yakni : Sangat membutuhkan izhah itu, tidak melihat aib pemberi izhah dan mengingat janji serta ancaman.
2.Mencari kejelasan lewat pelajaran, karena tadzakkur itu berarti mencermati makna-makna yang di peroleh dengan memikirkan ayat-ayat dan pelajaran, maka tadzakkur ini bisa di dapatkan dengan tafakkur.
Sementara tekad untuk melanjutkan perjalanan tergantung pada kekuatan pengetahuan tentang perjalanannya, sebab pengetahuan inilah yang memberi batasan gerak dan tujuan, jika perasaan terhadap kekasih semakin kuat, maka perjalanan hati pun juga menjadi tegar.
Jika fikiran terpusat ke perjalanan ini, maka perasaan juga semakin terarah kepadanya, mencari kejelasan dengan pelajaran ini dapat di lakukan dengan tiga perkara:
Dengan akal yang hidup, mengetahui lamanya perjalanan dan selamat hingga sampai ke tujuan.
3. Mencari buah pikiran. Ini merupakan masalah yang sangat lembut dan sensitif, fikiran itu mempunyai dua buah hasil, yaitu mendapatkan apa yang di cari secara utuh sebisa mungkin dan berbuat sebagaimana lazimnya untuk memenuhi hak.
Saat hati sedang memikirkan, maka boleh jadi bebannya terlalu berat sehingga menghambatnya untuk memperoleh apa yang di inginkan, jika hati sudah kembali normal dan akal menjadi tenang, maka ia kembali seperti keadaan semula dan ingat lagi apa yang di carinya.
Memang masalah ini agak rumit untuk di pahami, tapi sekedar sebagai gambaran, orang yang mencari harta tentu terus bersemangat dan bersungguh-sungguh mencarinya, sekalipun dia dalam keadaan letih dan penat.
Jika dia sudah mendapatkannya, maka dia pun merasa tenang dan pulang sambil membawa keuntungan perdagangannya, jika dia orang yang benar, maka dia akan membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya.
Buah pikiran bisa di petik dengan tiga cara, yaitu : Tidak mengumbar harapan, menyimak Al-Qur'an dan meninggalkan lima perkara yang merusak hati.
Tidak banyak bergaul, tidak mengumbar angan-angan, tidak bergantung kepada selain Allah dan mengurangi makan serta sedikit tidur, karena ini merupakan tingkatan yang paling tinggi dari tadzakkur.
Tidak mengumbar harapan artinya menyadari tentang dekatnya per jalanan dan begitu singkatnya tempo kehidupan, ini merupakan perkara yang paling bermanfaat bagi hati, karena yang demikian ini bisa mendorong seorang hamba untuk mengefektifkan waktu yang terus berlalu seperti awan dan untuk segera membalik lembaran-lembaran hidupnya, menggugah hasratnya kepada akhirat, mendorongnya untuk segera menyentuh garis finish dan berzuhud di dunia, pandangannya hanya tertuju ke akhirat.
Dengan begitu di dalam hatinya ada kesaksian yang memberi keyakinan tentang dunia yang fana dan begitu cepat ia berlalu serta tertinggal di belakang, di hadapannya terpampang akhirat yang kekal dan semua akan menuju ke sana, sebagai bukti agar harapan ini tidak di umbar adalah firman Allah, "Dan (ingatlah) akan hari (yang pada waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa pada hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari (pada waktu itu) mereka saling berkenalan." (Yunus: 45).
"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (An-Nazi'at: 46).
Pada suatu sore ketika matahari berada di pucuk bukit, Rasulullah Saw berpidato di hadapan para sahabat, "Sesungguhnya tidak ada yang menyisa dari dunia yang sudah berlalu melainkan seperti apa yang menyisa dari hari kalian yang sudah berlalu ini."
Ketika beliau sedang melewati sebagian sahabat yang sedang memperbaiki gubuk mereka yang sudah reyot, maka beliau bertanya, "Apa ini?" Mereka menjawab, "Kami sedang memperbaiki gubuk milik kami." Beliau bersabda, "Aku tidak melihat urusan hidup ini melainkan lebih cepat rusaknya daripada gubuk kalian ini."
Tidak mengumbar harapan ini di dasarkan pada dua hal:
Pertama, meyakini kefanaan dunia dan perpisahan dengannya. Kedua, kekekalan akhirat dan kepastian bersua dengannya.
Kemudian dua perkara ini di bandingkan dan tentukan mana yang lebih di pentingkan.
1. Mengambil manfaat dari izhah, maksud izhah di sini adalah perintah dan larangan, yang lebih di kenal dengan istilah at-targhib wat-tarhib.
Izhah ada dua macam: Izhah dengan pendengaran dan dengan penglihatan, izhah dengan pendengaran adalah mengambil manfaat dari petunjuk dan nasihat yang di dengar, yang di sampaikan para rasul atau apa yang di wahyukan kepada mereka, atau dari siapa pun yang menyampaikan nasihat, demi kemaslahatan agama dan dunia.
Sedangkan izhah dengan penglihatan adalah mengambil manfaat dari apapun di dunia ini yang bisa di lihat dari tanda-tanda kekuasaan Allah dan yang menunjukkan kebenaran para rasul.
Mengambil manfaat dari izhah tidak bisa di lakukan kecuali setelah ada tiga perkara, yakni : Sangat membutuhkan izhah itu, tidak melihat aib pemberi izhah dan mengingat janji serta ancaman.
2.Mencari kejelasan lewat pelajaran, karena tadzakkur itu berarti mencermati makna-makna yang di peroleh dengan memikirkan ayat-ayat dan pelajaran, maka tadzakkur ini bisa di dapatkan dengan tafakkur.
Sementara tekad untuk melanjutkan perjalanan tergantung pada kekuatan pengetahuan tentang perjalanannya, sebab pengetahuan inilah yang memberi batasan gerak dan tujuan, jika perasaan terhadap kekasih semakin kuat, maka perjalanan hati pun juga menjadi tegar.
Jika fikiran terpusat ke perjalanan ini, maka perasaan juga semakin terarah kepadanya, mencari kejelasan dengan pelajaran ini dapat di lakukan dengan tiga perkara:
Dengan akal yang hidup, mengetahui lamanya perjalanan dan selamat hingga sampai ke tujuan.
3. Mencari buah pikiran. Ini merupakan masalah yang sangat lembut dan sensitif, fikiran itu mempunyai dua buah hasil, yaitu mendapatkan apa yang di cari secara utuh sebisa mungkin dan berbuat sebagaimana lazimnya untuk memenuhi hak.
Saat hati sedang memikirkan, maka boleh jadi bebannya terlalu berat sehingga menghambatnya untuk memperoleh apa yang di inginkan, jika hati sudah kembali normal dan akal menjadi tenang, maka ia kembali seperti keadaan semula dan ingat lagi apa yang di carinya.
Memang masalah ini agak rumit untuk di pahami, tapi sekedar sebagai gambaran, orang yang mencari harta tentu terus bersemangat dan bersungguh-sungguh mencarinya, sekalipun dia dalam keadaan letih dan penat.
Jika dia sudah mendapatkannya, maka dia pun merasa tenang dan pulang sambil membawa keuntungan perdagangannya, jika dia orang yang benar, maka dia akan membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya.
Buah pikiran bisa di petik dengan tiga cara, yaitu : Tidak mengumbar harapan, menyimak Al-Qur'an dan meninggalkan lima perkara yang merusak hati.
Tidak banyak bergaul, tidak mengumbar angan-angan, tidak bergantung kepada selain Allah dan mengurangi makan serta sedikit tidur, karena ini merupakan tingkatan yang paling tinggi dari tadzakkur.
Tidak mengumbar harapan artinya menyadari tentang dekatnya per jalanan dan begitu singkatnya tempo kehidupan, ini merupakan perkara yang paling bermanfaat bagi hati, karena yang demikian ini bisa mendorong seorang hamba untuk mengefektifkan waktu yang terus berlalu seperti awan dan untuk segera membalik lembaran-lembaran hidupnya, menggugah hasratnya kepada akhirat, mendorongnya untuk segera menyentuh garis finish dan berzuhud di dunia, pandangannya hanya tertuju ke akhirat.
Dengan begitu di dalam hatinya ada kesaksian yang memberi keyakinan tentang dunia yang fana dan begitu cepat ia berlalu serta tertinggal di belakang, di hadapannya terpampang akhirat yang kekal dan semua akan menuju ke sana, sebagai bukti agar harapan ini tidak di umbar adalah firman Allah, "Dan (ingatlah) akan hari (yang pada waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa pada hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari (pada waktu itu) mereka saling berkenalan." (Yunus: 45).
"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (An-Nazi'at: 46).
Pada suatu sore ketika matahari berada di pucuk bukit, Rasulullah Saw berpidato di hadapan para sahabat, "Sesungguhnya tidak ada yang menyisa dari dunia yang sudah berlalu melainkan seperti apa yang menyisa dari hari kalian yang sudah berlalu ini."
Ketika beliau sedang melewati sebagian sahabat yang sedang memperbaiki gubuk mereka yang sudah reyot, maka beliau bertanya, "Apa ini?" Mereka menjawab, "Kami sedang memperbaiki gubuk milik kami." Beliau bersabda, "Aku tidak melihat urusan hidup ini melainkan lebih cepat rusaknya daripada gubuk kalian ini."
Tidak mengumbar harapan ini di dasarkan pada dua hal:
Pertama, meyakini kefanaan dunia dan perpisahan dengannya. Kedua, kekekalan akhirat dan kepastian bersua dengannya.
Kemudian dua perkara ini di bandingkan dan tentukan mana yang lebih di pentingkan.
Posting Komentar untuk "Tiga Macam Tadzakkur"
Terimakasih atas kunjungan anda...