Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Syafa'at Di Dunia

Orang yang bertawasul adalah orang hidup, sedangkan orang yang di tawasuli dalam hal ini adalah Rasulullah Saw, adalah orang yang sudah wafat, jadi yang dimaksud dengan bertawasul secara ruhaniah adalah melaksanakan interaksi ruhaniah antara orang yang masih hidup dengan orang mati.

Tawasul tersebut dilakukan dengan tujuan untuk tercapainya kebersamaan dalam rasa dan nuansa secara ruhaniah di saat orang tersebut beribadah kepada Allah.

Hal itu untuk meleksanakan dan menindaklanjuti perintah Allah yang dinyatakan melalui firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang yang shiddiq." (Q.S. At-Taubah : 9/119).

Interaksi ruhaniyah tersebut adalah hal yang memang bisa dimungkinkan, orang hidup dapat berinteraksi secara ruhaniyah dengan orang mati, karena kemungkinan itu telah dinyatakan Allah dengan firman-Nya : "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang yang gugur di jalan Allah (mereka itu) mati, bahkan mereka (sebenarnya) hidup, akan tetapi kamu tidak bisa merasakan." (Q.S. Al-Baqarah : 2/154).

Oleh karena setiap orang yang melaksanakan perintah Allah adalah ibadah dan setiap ibadah yang ikhlas pasti mendapatkan pahala, maka pahala pertama yang diberikan Allah kepada orang yang melaksanakan tawasul secara ruhaniah tersebut adalah mendapatkan rahasia syafa‘at dari yang ditawasuli, yakni dari Rasulullah Saw.

Rahasia syafa'at tersebut berupa kemudahan di dalam melaksanakan ibadah maupun penerimaan ibadah itu di sisi-Nya, itulah wujud syafa‘at Nabi di dunia.

Kedudukan syafa‘at di dunia itu kemudian menjadi sebab supaya dengan itu seorang hamba mendapatkan akibat yang baik yaitu syafa‘at di akhirat, dengan berkat adanya syafa‘at di dunia tersebut, sehingga interaksi ruhaniyah antara seorang pengikut dengan yang diikuti dapat terkondisikannya, maka seorang salik terfasilitasi dapat merasakan manisnya beribadah karena ibadah tersebut dapat dilaksanakan dengan khusyu‘.

Ibadah itu adalah ibadah yang mampu menangkis segala tipu daya syetan dan dorongan nafsu syahwat manusiawi serta aktifitas rasional yang melalaikan, dengan yang demikian itu, maka do‘a dan munajat seorang hamba mendapatkan ijabah dari Allah.

Sebagian besar orang mengartikan istilah mati di dalam ayat di atas terjebak secara leksikal yakni sebagai batas perpisahan antara alam kehidupan dan alam kematian, mereka mengira dengan mati itu, mereka akan dipisahkan dari apa-apa yang mereka cintai.

Akibatnya, semua orang menghindari kematian, padahal meskipun kematian itu dihindari, apabila ajalnya sudah datang, sedikitpun mati itu tidak dapat diundur ataupun dimajukan.

Sesungguhnya hakikat mati itu bukan batas antara kehidupan dan kematian, akan tetapi batas antara dua alam kehidupan, yang satu kehidupan di alam dunia dan satunya kehidupan di alam barzah, masing-masing dua alam itu sejatinya masih berkaitan dengan erat.

Namun, oleh karena orang hidup di alam dunia tidak dapat merasakan kehidupan alam barzah, maka batas pergantian dua kehidupan itu dianggap sebagai terputusnya kehidupan atau mati.

Bagi orang-orang yang tidak percaya dengan kehidupan akhirat, sehingga kehidupan dunianya hanya dirasakan sebagai kesenangan duniawi saja, maka saat matinya berarti mereka akan dipisahkan dengan segala yang dicintainya dan sesudah matinya mereka akan dipenjarakan di dalam siksa kubur yang dahulu diingkari.

Hal itu disebabkan, oleh karena kebebasannya sudah dihabiskan hanya untuk memperturutkan kemauan nafsu syahwat belaka, maka di alam barzah kebebasan itu sudah tidak ada lagi baginya.

Adapun orang yang beriman dan beramal shaleh serta yakin dengan kehidupan akherat, sehingga kehidupan dunianya hanya dijadikan sebagai perladangan untuk hari akhirat, maka setelah matinya, berarti mereka memasuki saat panennya.

Dialam barzah mereka akan menuai apa-apa yang selama ini telah ditanam di dunia, mereka akan memasuki kemerdekaan hidup karena selama di dunia kemauan nafsu sahwatnya selalu dipenjarakan oleh kepentingan kehidupan akhirat.

Di alam kemerdekaan itu akan terbuka peluang bagi orang yang mendapatkan kemerdekaan, sebagai sunnatullah yang sudah ditetapkan mereka dapat bertemu dan berkomunikasi dengan teman-temannya yang hidup, hanya saja sebagian besar manusia yang hidup itu tidak dapat merasakan kehadiran mereka.

Dalam ayat tersebut difirmankan : "Wa laakin la tasy‘uruun (َ )وَلَكِهْ لَا تَشْعُزُون yang artinya "Akan tetapi kamu tidak dapat merasakan", ini menunjukkan bahwa interaksi ruhaniah tersebut benar-benar ada, namun demikian, oleh karena sebagian manusia tidak dapat merasakannya, maka mereka memungkirinya.

Adapun bagi sebagian orang yang dikehendaki, berkat latihan panjang yang terbimbing oleh guru-guru ahlinya, baik dengan dzikir, fikir, mujahadah dan riyadhah, ketika latihan-latihan itu mampu membuahkan hasil dan menghidupkan ruhaniah, mampu melebur segala karat-karat dosa yang selama ini menutupi mata hati, menyepuh karakter yang tak terpuji sehingga orang mendapatkan futuh atau terbukanya mata hati yang ada di dalam dada, juga berkat syafa‘at dari para guru-guru mursyid yang berhak menyampaikannya, dengan izin Allah mereka dapat merasakan interaksi ruhaniah itu secara langsung saat di dunia.

Itu adalah buah ibadah sebagai syafa‘at yang diturunkan di dunia, ketika seorang hamba telah mampu meredam kemauan basyariah, dengan izin Allah, mata hati yang ada di dalam dada dapat merasakan apa-apa yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala.

Allah yang menciptakan sunnah-Nya, maka hanya Allah pula Yang Maha Kuasa untuk menciptakan perubahan bagi seorang hamba yang dikehendaki-Nya.

Posting Komentar untuk "Syafa'at Di Dunia"