Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Tentang Manusia Kesurupan Jin

Yang di maksud orang kesurupan jin adalah orang yang wilayah kesadarannya sedang di kuasai makhluk jin, dengan masuk di dalam wilayah kesadaran itu, jin mampu menggunakan jasad serta instrumen kehidupan jasad manusia tersebut sebagai media komunikasi untuk mengekpresikan eksisitensi kehidupan jinnya
dalam kehidupan manusia.


Adapun manusia tersebut dalam keadaan tidak sadar, dia seperti orang yang sedang di bius dokter sehingga tidak merasa sakit walau jasadnya sedang di operasi untuk mengobati penyakit dalam tubuhnya.

Jika di saat tersebut (saat tubuh manusia sedang di kuasai jin melalui kesadarannya) manusia masih mempunyai ingatan walaupun sedikit, dia kadang sadar kadang tidak, setelah sadar kemudian dia masih mampu mengingat apa-apa yang telah menimpa dirinya.

Dia ingat pula terhadap yang di perbuat jin kepada dirinya, maka sesungguhnya jin itu belum sempurna menguasai manusia, manakala saat itu manusia sudah benar-benar tidak sadar, baik di saat sedang di kuasai jin atau sesudahnya, berarti jin tersebut telah sempurna menguasai kesadaran manusia itu.

Jasad manusia yang terdiri dari daging dan tulang yang awal kejadiannya tercipta dari debu, dengan segala instrumen kehidupan yang menyertainya, seperti pendengaran, penglihatan dan perasaan, jasad itu sejatinya hanyalah rumah tempat tinggal sementara yang di tempati hakikat manusia yang di sebut nismatul 'adamiyah.

Dengan jasad kasar itu, nismatul 'adamiyah saat itu sedang menjalani kehidupannya di dunia, ketika usia kehidupan manusia di dunia sudah berakhir, maka ruh yang menghidupi jasad kasar itu di cabut oleh Malaikat Izra‘il sehingga jasad kasar itu menjadi mati.

Setelah jasad yang mati itu di kubur, jasad itu akan kembali menjadi tanah lagi. Nismatul 'adamiyah selanjutnya, melanjutkan kehidupannya di alam barzah (alam kubur) dengan mendapatkan jasad baru yang di sebut jismul lathif atau jasad halus.

Adapun gambaran konkrit tentang orang yang kesurupan jin tersebut adalah, tempatnya nismatul 'adamiyah yang berada di dalam jasad kasar manusia itulah yang di duduki jin, sehingga sistem pengendali jasad kasar itu di kuasai jin.

Hal itu karena jin terlebih dahulu menguasai nismah manusia, nismatul 'adamiyah itu kemudian di tempatkan di tempat yang terpencil dan di jaga ketat oleh sepasukan tentara jin. Konon, kehidupan manusia yang sedang di kuasai jin itu di penjara di suatu tempat yang terpencil di dalam dimensi jin, bahkan di dalam gua yang ada di dasar lautan yang sangat dalam.

Kalau sudah demikian, mestinya kehidupan manusia itu sulit untuk di kembalikan ke jasadnya, selanjutnya jasad kasar dengan seluruh instrumen kehidupannya di tempati jin untuk menjalankan eksistensi kehidupan jinnya bersama dengan manusia selamanya.

Itulah tujuan yang utama bagi jin untuk menguasai manusia, untuk tujuan itu jin dengan seluruh kekuatan dan tentara-tentaranya selalu berusaha dan bersusah-payah isyrak atau bersekutu dengan manusia, baik di dalam urusan anak maupun urusan harta benda.

Hal tersebut sebagaimana yang telah di tegaskan Allah dengan firman-Nya : “Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak.” (Q.S. Al-Isra' : 17/64). 


Isyrak dalam arti seorang jin telah berserikat secara utuh dengan seorang manusia, mereka bersekutu di dalam jasad lahir manusia itu beserta seluruh perangkat kehidupannya, Jin bahkan mampu memadukan ilmunya dengan ilmu manusia yang sedang di kuasai itu langsung dari pusat simpanan ilmu itu berada, baik di alam akal maupun alam fikir manusia.

Dengan hal tersebut seorang jin dapat menjalankan kehidupan jinnya sebagaimana layaknya kehidupan manusia dan di tengah-tengah kehidupan manusia secara sempurnan, sehingga manusia di sekitarnya tidak mengerti (kecuali orang-orang yang mendapat izin Allah, sehingga dengan ilmu-Nya ia mengetahui dan mengerti) bahwa manusia yang sekarang itu sebenarnya bukan manusia yang dahulu.

Akan tetapi manusia jin yang sedang menguasai jasad manusia yang dahulu, dalam keadaan yang lain kadang-kadang manusia tanpa sadar telah mendatangkan jin untuk berserikat di dalam jasadnya sendiri.

Seperti dalam kegiatan kegiatan bela diri tenaga dalam (menurut istilah para pelakunya), ketika orang di pukul dari jarak jauh menjadi terpental, logikanya, bagaimana ia dapat terpental, padahal sedikitpun ia tidak tersentuh dengan pukulan tersebut.

Sesungguhnya yang terpental itu adalah jin yang sedang mendiami tubuh manusia itu, oleh karena jin itu sedang menjadi satu dengan jasad manusia, menyatu di dalam darah daging manusia dengan kesatuan yang sempurna, maka manusia itu juga ikut terpental.

Buktinya selain kepada orang yang sedang tidak sadar itu, para ahli tenaga dalam itu sedikit pun tidak mampu menyalurkan tenaga dalamnya, seperti itu pula apa yang terjadi kepada para pemain kuda lumping, mereka mampu makan kaca dan tidak merasakan sakit walau di cambuk berkali-kali, karena manusianya saat itu sedang tertidur pulas.

Di dalam pertunjukan kuda lumping itu, oleh karena jin yang mendiami tubuh manusia itu sudah jinak dan akrab dengan serombongan manusia itu, maka serombongan jin tersebut bahkan dapat di ajak kerja sama untuk bersama-sama mencari nafkah dan kehidupan, walaupun kebutuhan kehidupan mereka berbeda.

Jin mampu menguasai manusia secara sempurna, sehingga orang lain tidak mengerti bahwa yang mengisi kehidupan jasad lahir manusia itu sesungguhnya adalah seorang jin yang sedang menyamar, sedangkan kehidupan batin manusia tersebut sedang di penjara oleh jin itu di suatu tempat yang terpencil yang berada pada dimensi jin dalam keadaan tidur dan yang terjaga dengan ketat.

Kita mohon perlindungan kepada Allah dari gangguan syetan jin yang terkutuk, kondisi itu bukan Allah telah berbuat dzalim kepada hamba-Nya, ketika sebagian makhluk yang lain (jin) mendapat izin-Nya untuk menguasai kehidupan makhluk yang lain (manusia).

Sesungguhnya manusianya sendiri, baik dengan sadar maupun tidak, telah berbuat dzalim kepada dirinya, sehingga dia menerima ganjaran sesuai dengan dosa yang di perbuatnya. Allah menegaskan dengan firman-Nya : “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah di sebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri."(Q.S. Asy-Syuraa : 42/30).

Allah telah menegaskan pula dengan firman-Nya, bahwa tidak ada satu kekuatan pun, baik dari kejahatan manusia maupun kejahatan jin yang dapat menciderai manusia melainkan dengan izin Allah. Allah berfirman : “Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah.” (Q.S. Al-Baqarah : 2/102).

Sungguh hanya Allah yang dapat melindungi hamba-Nya dari segala marabahaya, sejak detik pertama manusia di lahirkan ibunya di dunia sampai dengan saat terakhir menjelang kematian dengan menurunkan malaikat penjaga untuk manusia. Hal itu dengan syarat manusia tidak merusaknya sendiri dengan perbuatan maksiat dan dosa. Malaikat penjaga itu di turunkan Allah kepada manusia setiap hari dengan bergiliran antara waktu shalat ashar dan shalat subuh. Rasulullah Saw telah mengabarkan pula dengan haditsnya :

حَّٔؼٌُ مأَبٔل مػَُّؼَِّةَ مرَضٔلَ ماظؾّفُ مسَـِفُ م: مأَنٖ مرَدُقلَ ماظؾّفٔ مصَؾّك ماظؾّفُم
سَؾَقِفٔ موَدَؾّؿَ مضَولَ مؼَؿَعَوضَؾُقنَ مصٔقؽُؿِ معَؾَوئٔؽَيٌ مبٔوظؾّقِؾِ موَعَؾَوئٔؽَيٌ مبٔوظـٖفَورِم
وَؼَفِؿَؿٔعُقنَ مصٔل مصَؾَوةٔ ماظْػَفِِّ موَصَؾَوةٔ ماظْعَصِِّ مثُؿٖ مؼَعُِّجُ ماظّّٔؼـَ مبَوتُقام
صٔقؽُؿِمصَقَلِلَظُفُؿِمرَبٗفُؿِموَػُقَمأَسِؾَؿُمبٔفِؿِمطَقِػَمتََّطْؿُؿِمسٔؾَودٔيمصَقَؼُقظُقنَم
تََّطْـَوػُؿِموَػُؿِمؼُصَؾّقنَموَأَتَقِـَوػُؿِموَػُؿِمؼُصَؾّقنَم*مم م

“Di riwayatkan dari Abu Hurairah Ra, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda : Para Malaikat datang berbaris untuk menjagamu pada waktu malam dan siang, mereka bergiliran di waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar, kemudian naiklah orang yang bersama kamu.

Lalu Tuhan bertanya kepada mereka (walaupun Dia lebih mengetahui terhadap segala urusan mereka dengan pertanyaan) : Bagaimana keadaan hambahamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka ? Mereka menjawab : Kami meninggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat dan kami mendatangi mereka, mereka juga sedang melaksanakan shalat.”

Posting Komentar untuk "Tentang Manusia Kesurupan Jin"