Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Nikmat vs Kemurkaan

Pelaku kemurkaan di samarkan, hal ini bisa di lihat dari beberapa pertimbangan, yaitu :
1. Nikmat itu merupakan gambaran kebaikan dan karunia, sedangkan kemurkaan berasal dari pintu pembalasan dan keadilan, sementara rahmat mengalahkan kemurkaan.Tentang pengkhususan nikmat yang di berikan kepada orang-orang yang mengikuti jalan lurus, maka itu adalah nikmat yang mutlak dan yang mendatangkan keberuntungan yang abadi, sedangkan nikmat itu secara tak terbatas di berikan kepada orang mukmin dan juga orang kafir. Jadi setiap makhluk ada dalam nikmat-Nya.


Di sinilah letak rincian perselisihan tentang pertanyaan, "Apakah Allah memberikan kepada orang kafir ataukah tidak?" Nikmat yang tak terbatas hanya bagi orang yang beriman dan ketidakterbatasan nikmat itu bagi orang Mukmin dan juga bagi orang kafir. Inilah makna firman-Nya, "Dan, jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah kalian dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S. Ibrahim : 34).

2. Allahlah satu-satunya yang memberikan nikmat, sebagaimana firmanNya, "Dan, apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allahlah (datangnya)." (Q.S. An-Nahl : 53). Sedangkan kemurkaan kepada musuh-musuh-Nya, maka bukan Allah saja yang murka, tapi para malaikat, nabi, rasul dan para wali-Nya juga murka kepada musuh-musuh Allah.

3. Di tiadakannya pelaku kemurkaan menunjukkan keremehan orang yang mendapat murka dan kehinaan keadaannya. Hal ini berbeda dengan di sebutkannya pemberi nikmat, yang menunjukkan kemuliaan orang yang mendapat nikmat.

Perhatikanlah secara seksama rahasia penyebutan sebab dan balasan bagi tiga golongan ini dengan lafazh yang ringkas, pemberian nikmat kepada mereka mencakup nikmat hidayah, berupa ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih atau petunjuk dan agama yang benar, di samping kesempurnaan nikmat pahala. Lafazh an'amta 'alaihim mencakup dua perkara ini.

Penyebutan murka Allah terhadap orang-orang yang di murkai, juga mencakup dua perkara, yaitu :
- Pembalasan dengan disertai kemurkaan, yang berarti ada siksa dan pelecehan.
- Sebab yang membuat mereka mendapat murka-Nya. Allah terlalu pengasih untuk murka tanpa ada ke jahatan dan kesesatan yang di lakukan manusia, seakan-akan murka Allah itu memang layak di berikan kepada mereka karena kesesatan mereka. Penyebutan orang-orang yang sesat juga mengharuskan murka Allah dan siksa-Nya terhadap mereka, dengan kata lain, siapa yang sesat layak mendapat siksa, sebagai konsekuensi dari kesesatannya.

Perhatikanlah kontradiksi antara hidayah dan nikmat dengan murka dan kesesatan. Allah menyebutkan orang-orang yang mendapat murka dan yang sesat pada sisi yang berseberangan dengan orang-orang yang mendapat petunjuk dan mendapat nikmat.

Yang pertama seperti firman Allah, "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit." (Q.S Thaha : 124). Yang kedua seperti firman Allah, "Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabbnya dan
merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-Baqarah : 5).

Posting Komentar untuk "Nikmat vs Kemurkaan"