Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

FUNGSI DAN POTENSI HATI

Fungsi dan potensi hati

Fungsi yang utama dari hati adalah sebagai alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai seperti yang tersebut dalam Q.S. Al-Hajj 22 : 46 berikut ini, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi. Lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Q.S. Al-Hajj 22 : 46).

Dalam pengembaraan melihat-lihat di bumi itu sediakanlah hati dan pasanglah telinga, dengar apa yang diceritakan orang tentang apa yang dilihat itu, lalu renungkan dalam hati dan ingat kebesaran Tuhan, Mubarok berpendapat bahwa pada ayat ini qalb mempunyai fungsi yang sama dengan akal, atau yang dimaksud qalb di sini adalah akal.

Berangkat dari fungsi utama inilah, maka qalb secara sadar dapat memutuskan sesuatu atau melakukan sesuatu dan dari fungsi inilah maka yang harus dipertanggungjawabkan manusia kepada Tuhan adalah apa yang disadari oleh qalb (Q.S. Al-Baqarah 2 : 225) dan oleh fu'ad (Q.S. Al-Isra 17 : 36).

“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Q.S. Al-Isra 17: 36). Dalam pandangan ini yang hanya menuruti jejak langkah orang lain, baik nenek-moyangnya, adat-istiadat dan tradisi yang diterima atau keputusan dan ta'ashshub pada golongan, membuat orang itu tidak lagi mempergunakan pertimbangan sendiri, padahal dia diberi Allah alat-alat penting agar ia berhubungan sendiri dengan alam yang di kelilingnya.

Dia diberi hati, akal atau fikiran untuk menimbang buruk dan baik, hambatan dalam penerapan dan pelaksanaan aqidah ini, semata-mata timbul akibat belum difungsikannya secara utuh indra pendengaran, indra penglihatan dan hati manusia, sesuai dengan fitrahnya.
Indra pendengaran berfungsi menyerap ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki orang lain, indra penglihatan dengan cara mengamati dan meneliti-akan mengembangkannya, sedangkan hati berfungsi membersihkan ilmu pengetahuan tersebut dari berbagai macam noda dan kekeliruan, agar dapat dipetik hasil yang positif dan bisa dipraktikkan dengan sempurna.

Hal ini ditegaskan pula oleh Ibnu Qayyim, bahwa hati yang sehat dan hidup jika keburukan datang padanya, ia lari daripadanya, membencinya dan tidak menoleh kepadanya. Ini berbeda dengan hati yang mati, ia tidak bisa membedakan kebaikan dengan keburukan, seperti dikatakan Abdullah bin Mas'ud Ra, “Binasalah orang yang tidak mempunyai hati yang bisa mengenal kebaikan dan menolak kemungkaran.”

Abu Hurairah berkata, “Hati adalah raja dan anggota badan adalah pasukannya. Jika raja berperilaku baik, maka baiklah pasukannya, sebaliknya jika rajanya berperilaku jahat, maka jahatlah pasukannya.” Sedangkan Kamal Muhammad Isa berpendapat bahwa berbagai hukum, aturan dan atau undang-undang Islam, dijamin dan selalu diakui kebenarannya oleh setiap naluri dan hati manusia.

Hati manusia ditempatkan sebagai penjaga undang-undang dan hukum Islam, besarnya peranan hati dalam pengambilan keputusan diungkapkan oleh hadis riwayat Ahmad dan Al-Darimi dengan kalimat perintah, menurut Ahmad Mubarok hati dalam hadits ini adalah tempat bertanya bagi seseorang jika ia harus memutuskan sesuatu yang sangat penting.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, para tokoh sufi tersebut tidak menolak pentingnya fungsi hati, bahwa hati seharusnya digunakan untuk merenungkan dan membandingkan fakta-fakta disekelilingnya, lalu menimbang mana yang baik dan mana yang buruk.

Kemudian, manusia berusaha menjalankan yang baik dan meninggalkan yang buruk, tidak seharusnya manusia mengikuti begitu saja pendapat orang lain, tanpa dipikirkannya terlebih dahulu, apakah pendapat itu benar atau salah.

Sebab menjadi sia-sia anugerah hati itu jika manusia tidak menggunakannya sebagai alat analisis suatu persoalan, oleh karena itu, hati bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambilnya, masalahnya apakah manusia mau mendengarkan bisikan hatinya, melaksanakan kebaikan dan meninggalkan keburukan atau sebaliknya, ia melaksanakan keburukan dan meninggalkan kebaikan, karena mengikuti bisikan syetan dan hawa nafsu.

Posting Komentar untuk "FUNGSI DAN POTENSI HATI"