Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TINGKATAN MURAQABAH

Tingkatan Muraqabah

Muraqabah memiliki dua tingkatan, yaitu :
Yang pertama adalah muraqabah orang-orang para shiddiqin dan muqarrabin, muraqabah ini di lakukan untuk mengagungkan Allah, caranya adalah hati senantiasa sadar bahwa Allah melihatnya, sehingga ia merasa dirinya lemah berada di hadapan Allah, akhirnya, tiada waktu baginya untuk berpaling kepada selain Allah, jika hatinya berada dalam keadaan seperti ini, maka seluruh anggota badannya melakukan perintah Allah tanpa merasa terbebani, orang yang mengalami keadaan ini akan melalaikan semua makhluk, dia tidak merasakan kehadiran orang lain di sampingnya, meskipun matanya terbuka, telinganya tidak mendengar suara orang di sampingnya, meskipun tidak tuli.
Muraqabah tingkatan kedua adalah muraqabah-nya orang-orang wara', mereka menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi kondisi lahir dan batinnya, hanya saja pengawasan Allah tidak membuatnya gemetar, bahkan dalam batas-batas yang wajar, hatinya masih menginginkan harta dan kerja, orang-orang ini meskipun sibuk mencari harta, hatinya tetap mengingat Allah, mereka adalah orang-orang yang malu kepada Allah, sehingga tidak melakukan sesuatu sebelum tahu hukumnya, dia menjauhi segala hal yang kelak di hari kiamat di bencinya, karena di dunia ini mereka melihat Allah senantiasa mengawasinya, maka ia tidak menunggu hari kiamat demi melihat Allah.

Seorang ahli muraqabah (muraqib) melihat dan introspeksi diri sebanyak dua kali, yaitu : pertama saat sebelum melaksanakan amal dan yang kedua saat sedang melakukan amal. Introspeksi pertama di lakukan dengan mengamati seluruh gerak dan diamnya badan serta gerak hati. Ia menganalisa apakah semua itu di lakukan murni dan tulus demi mencari ridha Allah atau karena hawa nafsu dan syetan? Ia diam sejenak dan tidak melakukan apa-apa sampai petunjuk Allah datang, jika ia sudah tahu bahwa amalnya di lakukan karena Allah, maka ia mulai melakukan amalnya, namun, jika ia tahu bahwa niatnya tidak benar, bukan karena Allah, tetapi karena hawa nafsu dan syetan, maka ia merasa malu kepada Allah dan tidak melakukan amal.

Ia mencela nafsunya dan memberitahu jiwanya bahwa perbuatan tersebut tidak baik dan merugikan, introspeksi kedua di lakukan dengan mengamati cara dalam melaksanakan amal untuk memenuhi hak Allah, ia menyempurnakan niatnya selama menyelesaikan amalnya.

Introspeksi saat melaksanakan kebajikan di fokuskan dengan bertanya pada diri sendiri : "Apakah kebajikan itu di lakukan dengan niat ikhlas dan menjaga kebaikan itu dari penyakit yang bisa merusaknya? Introspeksi terhadap maksiat di lakukan dengan bertaubat, menyesal, meninggalkan maksiat dan menyibukkan diri dengan berpikir.

Introspeksi dalam menjalankan perkara-perkara mubah di lakukan dengan memenuhi adab dan etikanya, mengakui Allah sebagai dzat yang memberinya nikmat dan bersyukur pada-Nya.

Muraqabah atau introspeksi di lakukan seorang hamba dengan menyadari bahwa Allah melihat segala sesuatu, karena bagi-Nya tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi, jika seseorang berada dalam keadaan hal seperti ini, maka selamanya ia tidak akan pernah melakukan maksiat, karena dirinya merasa malu kepada Allah yang selalu melihatnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah di tanya Jibril As perihal makna ihsan. Beliau Saw menjawab, "Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa Allah senantiasa mengawasi hamba-Nya dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Allah berfirman : " Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan menguasai kamu." (Q.S. An-Nisa' : 1). "Tidakkah dia mengetahui bnhwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? (Q.S. Al-'Alaq : 14).

Posting Komentar untuk "TINGKATAN MURAQABAH"