Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ

Terapi Penyakit Al‐Isyq

Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al‐isyq dapat di sembuhkan dengan terapi‐terapi tertentu, di antara terapi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang di kasihinya dengan ketentuan syari'at dan suratan taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama, sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah, barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran kepada perbuatan zina."

Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama dan solusi pengganti, solusi pertama adalah menikah, maka jika solusi ini dapat di lakukan, maka tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwaytkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan."

Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firman‐Nya : "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia di jadikan bersifat lemah." (Q.S. An‐Nisa : 28).

Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang di berikannya terhadap hamba-Nya dan kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan membolehkan mereka menikahi para wanita yang baik‐baik dua, tiga ataupun empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka mendatangi budak‐budak wanita mereka, sampai‐sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak‐budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat, keringanan dan rahmati‐Nya terhadap makluk yang lemah ini.

2. Jika terapi pertama tidak dapat di lakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang di kasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir, penyakit ini bisa semangkin ganas, adapun terapinya harus dengan meyakinkan dirinya bahwa apa‐apa yang di impikannya mustahil terjadi, lebih baik baginya untuk segera melupakannya, jiwa yang berputus asa untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya, jika ternyata belum terlupakan, akan berpengaruh terhadap jiwanya sehingga semakin menyimpang jauh. Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat di jangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan, bukankah orang‐orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang‐orang yang tidak waras? Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang di cintainya tertutup karena larangan syari'at, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang di cintainya itu bukan di takdirkan menjadi miliknya, jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang di cintainya. Dia harus merasa bahwa pintu kearah yang di ingininya tertutup dan mustahil tercapai.

3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama karena takut kepada Allah, yaitu dengan menumbuhkan perasaan bahwa ada hal yang lebih layak di cintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal, seseorang yang berakal jika menimbang‐nimbang antara mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk di cintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih yang lebih tinggi derajatnya, jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah ataupun menghayal terbang melayang jauh, ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu, keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan di temuinya jika dia gagal melupakan yang di kasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya, jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang di cinta, dia akan berpikir bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama, harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi, sementara kebodohan, hawa nafsu, kedzalimannya kan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang di kasihinya, orang yang terhindar adalah orang‐orang yang di pelihara oleh Allah.

4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera dan kemasalahatan yang akan gagal di raihnya, sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.

5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi‐sisi kejelekan kekasihnya dan hal‐hal yang membuatnya dapt menjauh darinya, jika dia mau mencari‐cari kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang‐orang yang berada di sekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi baginya, sebab sebagaimana kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia memalingkan pandangannnya kepada kejelelekan sikap dan perilakunya, hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejelekan yang di ceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.

6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang‐orang yang di timpa musibah jika memohon kepada-Nya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya di hadapan kebesaran-Nya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri, jika dia dapat melaksanakan terapi akhir ini, maka sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik berupa pertolongan Allah, hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia menjelek‐jelekkan kekasihanya dan mempermalukannya di hadapan manusia ataupun menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kedzaliman dan melampaui batas.

Posting Komentar untuk "TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ"