Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

Pengertian Harapan Kepada Allah dan Derajatnya

Kekuatan cinta menjadi gantungan kekuatan harapan, setiap orang yang mencintai tentu berharap dan takut, dialah orang yang paling mengharapkan apa yang ada pada diri kekasihnya, begitu pula rasa takutnya, dia adalah orang yang paling merasa takut andaikan dirinya di pandang sebelah mata oleh kekasihnya, andaikan dia jauh darinya, ketakutannya merupakan ketakutan yang teramat sangat dan harapannya merupakan cermin cintanya, tidak ada kehidupan bagi orang yang jatuh cinta, tidak ada kenikmatan dan keberuntungan kecuali berhubungan dengan kekasihnya.


Setiap cinta tentu di sertai rasa takut dan harapan, seberapa jauh cinta ini bersemayam di dalam hati orang yang mencintai, maka sejauh itu pula rasa takut dan harapannya, tapi ketakutan orang yang mencintai tidak di sertai kekhawatiran seperti halnya orang yang berbuat keburukan, harapan orang yang mencintai tidak di sertai alasan, berbeda dengan harapan buruh atau upahan. 

Bagaimana mungkin harapan orang yang mencintai di samakan dengan harapan buruh, sementara perbedaan keadaan di antara keduanya amat jauh berbeda? Secara umum, harapan merupakan sesuatu yang amat penting bagi orang yang ber jalan kepada Allah dan orang yang memiliki ma'rifat, sebab tentunya dia tidak lepas dari dosa yang dia harapkan pengampunannya, tak lepas dari aib yang dia harapkan pembenahannya, tidak lepas dari amal shalih yang dia harapkan penerimaannya, tidak lepas dari istiqamah yang dia harapkan kekekalannya, tidak lepas dari kedekatan dengan Allah yang dia harapkan pencapaiannya, maka bagaimana mungkin harapan di katakan sebagai tempat persinggahan dan kedudukan yang paling lemah?
 

Harapan merupakan sebab yang dengannya hamba bisa memperoleh apa yang diharapkan dari Rabb-nya, bahkan ini merupakan sebab yang paling kuat, sekiranya harapan itu mengandung perlawanan dan protes, tentunya doa dan permohonan lebih layak dikatakan sebagai bentuk perlawanan dan protes. 

Do'a dan permohonan hamba kepada Rabbnya agar Dia memberikan petunjuk, taufik, jalan lurus, menolongnya agar tetap taat, menjauhkannya dari kedurhakaan, mengampuni dosa-dosanya, memasukkannya ke syurga, menjauhkannya dari neraka, berarti merupakan bentuk perlawanan dan protes, sebab hamba yang berdo'a ini mengharap dan menuntut apa yang di harapkannya, berarti dia lebih layak di katakan melawan dan memprotes.
 

Harapan dan do'a tidak mengandung perlawanan terhadap tindakan Penguasa di dalam kekuasaan-Nya, hamba hanya mengharap tindakan-Nya, sesuai dengan sesuatu yang paling di sukainya dari dua hal, karena sesungguhnya Allah lebih menyukai karunia daripada keadilan, Allah lebih menyukai ampunan daripada dendam, Allah lebih menyukai tenggang rasa daripada penelitian secara detail dan yang rahmat-Nya mengalahkan murka-Nya. 

Orang yang berharap mengaitkan harapannya dengan tindakan yang paling disukai dan di ridhai-Nya, tentang protes hamba jika tidak mendapatkan apa yang di harapkannya, maka ini merupakan kekurangan dalam ubudiyah dan kebodohan terhadap Rububiyah. 

Hamba yang berharap dan berdoa mengharap suatu lebihan yang sebenarnya bukan merupakan haknya dan tidak seharus-nya dia meminta imbalan, kalau memang dia diberi, maka itu semata karena karunia Allah, jika dia tidak di beri, bukan berarti haknya tidak akan di berikan kepadanya, maka protesnya ini merupakan cermin kebodohan, jadi memang tidak mendapatkan apa yang di harapkan dalam hak hamba yang lurus tidak semestinya menimbulkan perlawanan dan protes.
 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah menyampaikan tiga permintaan bagi umatnya kepada Allah, dua di penuhi dan satu di tolak, beliau ridha terhadap apa yang di berikan Allah ini dan tidak memprotes apa yang tidak di berikan.
 

Harapan itu ada tiga derajat, yaitu :
1. Harapan yang bisa membangkitkan hamba yang beramal untuk berusaha, yang melahirkan kenikmatan dalam pengabdian dan yang membangunkan tabiat untuk meninggalkan larangan, dengan kata lain, harapan ini membuatnya semakin bersemangat untuk berusaha dan mengharapkan pahala dari Rabb-nya. Siapa yang mengetahui kadar tuntutannya, maka dia akan menganggap remeh usaha yang telah dilakukannya. Melahirkan kenikmatan dalam pengabdian artinya setiap kali hatinya merasakan buah pengabdian itu dan hasilnya yang baik, maka dia menikmatinya. Yang demikian ini seperti keadaan orang yang mengharapkan keuntungan yang me-limpah dalam perjalanannya, dengan membandingkan beratnya per-jalanan yang harus dilaluinya. Setiap kali hatinya menggambarkan hal ini, maka segala kesulitan dianggap enteng dan bahkan dia menikmati kesulitan itu. Begitu pula keadaan orang yang mencintai secara tulus, yang berusaha mendapatkan keridhaan dan cinta kekasihnya, yang menikmati segala usaha yang di lakukannya karena menggambarkan hasil keridhaannya. Sedangkan tentang membangunkan tabiat untuk meninggalkan larangan, karena tabiat itu mempunyai gambar-gambaran yang menguasai hamba, yang tidak berkenan meninggalkan gambaran-gambaran itu kecuali jika dia mendapatkan imbalan yang lebih di sukainya. Jika ketergantungan hamba kepada imbalan yang lebih baik ini, maka tabiatnya menjadi lega. Jiwa tidak mau meninggalkan sesuatu yang di cintainya kecuali dia berikan kepada kekasih yang lebih di cintainya, atau jiwa itu akan mewaspadai sesuatu yang paling banyak mendatangkan kerusakan.
 

2. Harapan orang-orang yang biasa melatih jiwa, agar mereka mencapai suatu kondisi yang dapat membersihkan hasrat, dengan menolak berbagai macam kesenangan, memperhatikan syarat-syarat ilmu dan berusaha agar terlindung dari hal-hal yang  di khawatirkan akan mendatangkan mudharat di dunia dan di akhirat.
 

3. Harapan orang-orang yang dapat menguasai hati, yaitu harapan untuk bersua Khaliq yang membangkitkan kerinduannya, yang tidak menyukai kehidupan lebih lama dan yang zuhud di tengah makhluk, ini merupakan jenis-jenis harapan yang paling baik  dan paling tinggi, ini adalah merupakan harapan yang menjadi inti iman.

Posting Komentar untuk "Pengertian Harapan Kepada Allah dan Derajatnya"