Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

HIKMAH CINTA KEPADA ALLAH (MAHABBAH)

Cinta yang membuahkan kebahagiaan yang sejati kepada manusia ada tiga macam, sebagaimana yang di terangkan dalam hadist dari Anas Ra, “Barangsiapa yang terdapat padanya tiga perkara, maka dia akan merasakan kemanisannya iman, yang tiga perkara itu ialah : 1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain, 2. Mencintai manusia karena berdasarkan cinta kepada Allah semata-mata, 3. Membenci kembali kepada kufur (ingkar) laksana seorang yang benci untuk di lemparkan ke dalam api.” (H.R. Bukhari dan Muslim).Kata cinta amat sukar untuk di definisikan dengan kalimat yang pendek dan ringkas, sebab kata cinta ini meliputi berbagai bidang dan keadaan. Secara umum dapat di definiskan sebagai suatu gejala emosi yang menggelora, yang timbul dalam jiwa dan hati manusia, di liputi oleh rasa keinginan dan hasrat yang memuncak karena sesuatu hal. Seperti di katakan cinta, maka tanggapan manusia secara umum lantau terus tertuju atau identik kepada muda mudi yang berpacaran, di mana kalau di telusuri cinta muda mudi ini di dahului dengan pandangan mata, terus di iringi senyuman malu-malu meong, yang akhirnya jantung berdebar, ingat siang dan malam, tak makan tak enak tidur, pokoknya semua bergelora, itulah cinta….”katanya”.

Yang sedemikian itu adalah satu sudut pandangan dari cinta, sebab cinta itu biasanya terjadi pada setiap orang dan di semua bidang, misalnya cinta harta, cinta jabatan, pangkat, kedudukan dan lain sebagainya.

Daya tarik cinta itu sangatlah kuat hingga mempengaruhi di berbagai lini kehidupan seluruh makhluk Allah, manusia dan mahkluk hidup lainnya, apalagi manusia cinta kepada sesuatu hal, maka sebagian besar pikirannya tertuju kepada yang di cintai itu, timbul perasaan yang rindu nan menyala-nyala, rasa kagum dan hormat selalu menyelimuti alam pikirannya terhadap yang di cintai, malah ada kalanya ia menempatkan diri laksana seorang budak yang selalu menuruti kehendak tuannya, cinta itu bertingkat-tingkat, ada cinta yang rendah tingkatnya dan derajatnya serta hina, ada yang tinggi lagi mulia derajatnya, begitupun ada yang sedang dan ada yang kuat.

Cinta yang rendah derajatnya yaitu cinta yang berdasarkan hawa nafsu, baik secara sexual maupun hawa nafsu karena sesuatu hal lainnya, misalnya cinta yang berkedok untuk keinginan atas harta.

Cinta standart yaitu semisal cintanya sepasang suami isteri serta anak-anaknya dan atau terhadap sanak saudara serta manusia lainnya sebatas cinta sesama makhluk.

Cinta yang mulia dan tinggi derajatnya yaitu cinta kepada Allah, yang dalam istilah ilmu tauhid di sebut “Hubbullah”, hal ini terlihat dalam firman Allah pada Surah At-Taubah Ayat 24, yaitu : Katakanlah : “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” Menurut pengertian dari ayat tersebut di atas dan isi ayat itu dapatlah mengambil pengertian bahwa tidak di namakan cinta kepada Allah selagi rasa cintanya itu melebihi kepada selain Allah dan amatlah tidak mungkin orang bisa cinta kepada Allah dengan sebenar-benarnya jika di dalam hatinya masih ada rasa kecintaan kepada dunia dan masih ada kecintaan kepada segala isi daripada keduniaan tersebut.

Setelah di ketahui arti cinta yang bagaimana terhadap Allah, maka hendaklah cinta yang sebenarnya itulah yang memberikan bekas kebaikan terhadap kehidupan keduniaannya dan kebaikannya kepada manusia dan makhluk lainnya, senantiasa mendapatkan hidayan dan taufik dari Allah, hidup dalam ketenangan dan kenikmatan beramal ibadah, sehingga jadilah nafsu yang tenang dan memperoleh keridhaan dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Apabila manusia cinta kepada Allah, niscaya Allah akan cinta pula kepadanya, apabila manusia mencintai ibadah kepada Allah, maka Allah akan berikan limpahan karunia dan rahmat-Nya kepadanya, pengampunan yang penuh berkah dari Allah segala dosa yang di perbuat sebelumnya, sehingga bahagia dunia dan di akhirat.

“Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maaha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran Ayat 31).

Efek yang lain dari kecintaan kepada Allah itu membawa pengaruh yang besar kepada akhlak manusia, sebab dengan kecintaan kepada Allah itu, maka manusia akan berusaha menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang jahat dan buruk, ia akan berusaha keras untuk menghindari akan hal itu, jadi bisa juga di katakan menanamkan rasa cinta kepada Allah adalah untuk sebagai rem daripada kecenderungan untuk berbuat buruk atau dosa atau maksiat, sendi pokok dari akhlak yang baik adalah melaksanakan perbuatan-perbuatan kebaikan dalam bentuk apapun juga, tapi jangan berbuat baik tapi di selubungi perbuatan buruk, misal gemar bershadaqah tapi dari hasil curian ataau rampokan atau korupsi.

Cinta kepada Allah adalah suatu azas yang penting dalam pembinaan akhlakkul karimah, cinta kepada Allah itu membentuk jiwa manusia menjadi lembut, menjauhi kejahatan dan silang sengketa, menjauhi sifat prasangka buruk, watak sedemikian membawa manusia untuk mencintai segala sesuatu dalam alam wujud ini sebagai dasar dari ciptaan Allah semata sebagai keadaan yang di cintai sekedarnya atas nama Allah, tabiat sedemikian akan menghancurkan cinta kepada dunia secara buta.

Tanda-tanda orang yang cinta kepada Allah adalah :

1. Tidak ada keraguan dalam menghadapi kematian, sebab dengan kematian itu dia akan segera bertemu dengan yang di cintainya secara utama, yaitu Allah. Dia menghadapi kematian itu laksana kebulatan tekad Nabi Ibrahim yang di ceritakan dalam suatu hadist bahwa tatkala Malaikat maut datang untuk mencabut ruh Nabi Ibrahim tersebut, maka beliau berkata kepada Malaikat tersebut,”adakah layak anda mencabut jiwa seorang yang cinta kepada kekasih-Nya? Pada saat itu turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim yang berbunyi,”Adakah engkau lihat bahwa seorang kekasih benci untuk bertemu dengan yang di kasihinya? Mendengar firman dari Tuhan itu, maka tanpa ragu-ragu sedikitpun Nabi Ibrahim beerkata kepada Malaikat maut,”Kalau begitu, sekarang silahkan engkau mencabut ruhku.”

2. Senantiasa mengendalikan hawa nafsunya dan membuat segala perbuatannya yang lahir dan bathin dalam mentaati perintah Allah dalam kesempatan apapun jua.

3. Selalu ingatannya tidak lepas dari Allah dengan jalan memperbanyak dzikrullah dalam arti secara luas dalam keadaan apapun juga.

4. Rajin berkhalwat dan bersunyi untuk mengenang dan beribadah kepada Allah.

5. Senantiasa mengadakan koreksi dan instropeksi diri ataas kelalaian dan kealpaannya, menyesali hidup dan waktu yang kurang dan terbuang dari pada untuk beribadah kepada Allah, sehingga ia bersegera melakukannya dan berusaha keras istqamah untuk itu.

6. Merasa nikmat dan bahagia apabila dia mendapat melaksanakan ibadah secara tertib dan tepat menurut tata cara atau syari’at-Nya.

7. Berlaku ramah terhadap sesama kaum muslimin dan bersikap tegas terhadap orang yang ingkar, benci terhadap perbuatan-perbuatan maksiat dan marah terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan.

8. Mengerjakan ibadah bukan karena takut, tetapi benar-benar melaksanakannya sebagai suatu kewajiban seorang haamba.

9. Menyembunyikan amal ibadahnya dari penglihatan orang lain dan tidak memperlihatkan serta tidak mengatakannya hanya untuk sanjungan dan pujian.

10. Senantiasa melekat hayinya kepada Allah dan ridha menerima segala bentuk ujian, cobaan dan musibah yang di timpakan Allah kepadanya.

Salah satu cara untuk memupuk cinta kepada Allah adalah melatih diri untuk selalu ingat kepada-Nya dalam kondisi aapapun juga dalam kehidupannya, senantiasa melazimkan dzikrullah dan tafakkur tentang keindahan dan kesempurnaan alam semesta, keagungan dan kebesaran Allah dalam mengkaruniakan nikmat kepadanya dan kepada segenap makhluk. Rasulullah Saw seringkali berdo’a berikut ini : “Allahummar Zuqnii Hubbaka Man Aahabbaka Wahubba Maa Yuqarribuni Ilaa Hubbika Waj’al Hubbaka Ahabba Ilayya Minal Maa’il Baarid.” (Tuhanku, katakanlah kepadaku cintamu dan kecintaan orang yang Engkau cintai, mencintai sesuatu yang mendekatkan aku kepada-Mu, jadikanlah cinta-Mu menjadi hal yang lebih ku cintai dari pada air yang sejuk (kehidupan).”

Posting Komentar untuk "HIKMAH CINTA KEPADA ALLAH (MAHABBAH)"