Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

HIDAYAH DARI ALLAH SWT

Ketahuilah, Allah Swt sekali-kali tidak akan suka memberikan hidayah-Nya kepada manusia-manusia yang jahat, ingkar, mungkar, khianat, tidak jujur, selalu di selubungi dosa hari-harinya dan kejahatan-kejahatan lain sebagainya apalagi tiada mau bertaubat, sesuai dengan firman-Nya,”Sesungguhnya Allah tidak akan menunjuki akan orang yang khianat.” (Q.S Yusuf : 52). “Allah tidak akan memberikan petunjuk (hidayah) kepada orang-orang yang kafir, Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang aniaya.” (Q.S Al-Baqarah : 264 dan 258).Manusia selaku makhluk berakal selalu berfikir, menyelidik dan menetapkan kesimpulan-kesimpulan dari apa saja yang di fikirkannya dan yang di selidikinya itu, dan berdasarkan atas kesimpulan dan pemikirannya itulah ia bertindak, berbuat dan berlaku yang baik dan buruk berdasarkan hasil pemikirannya itu juga, baik berfikir secara singkat maupun dalam kondisi yang lama sebelum ia bertindak.

Dalam hal ini, jika jalan pemikirannya itu salah, maka tentu akan salah hasil perbuatannya, akan jelek dan jahatlah segala laku dan perbuatan yang muncul dari manusia itu sendiri, orang-orang yang jalan pemikirannya benar, sehingga tindak lakunya akan menghasilkan perbuatan yang benar baik, orang ini yang di katakan mendapat hidayah yang baik dari Allah Swt, sebaliknya jika orang yang jalan pemikirannya salah sehingga berakibat kepada tindak dan perbuatannya akan salah juga, ini berarti tidak mendapat hidayah Allah Swt, akan tetapi mendapat petunjuk dari hasutan dan bisikan iblis dan syetan yang merasuk kepadanya.

Dengan keterangan yang singkat ini dapat memberikan keterangan bahwasanya kita mendapat gambaran akan besar dan tingginya nilai dari hidayah Allah Swt, nikmat pemberian Allah Swt adalah sangat penting dan benar, yang di berikan Allah Swt kepada hamba-Nya bukanlah merupakan makanan dan minuman ataupun lain sebagainya dan tidak di berikan secara langsung, tetapi adalah yang di maksud di sini berupa nikmat agar hidup menjadi benar dan tidak sesat sebagaimana hukum dan aturan yang telah di tentukan-Nya dalam Al-Qur’an dan berdasarkan uraian dari ajaran Rasul-Nya.

Rasulullah Saw selalu mengajarkan dan menunjukkan kepada umatnya agar senantiasa bermunajat dan bermohon kepada Allah Swt, agar Allah Swt memberikan hidayah berupa pemahaman kepada segenap hamba-hamba-Nya, agar senantiasa hatinya tidak berbelok dari petunjuk-petunjuk yang benar, mereka yang beriman keyakinan tetap ini tidak akan khawatir akan kehilangan harta dan jiwa serta apa-apa yang di cintainya di dunia ini, karena di sadarinya bahwasanya itu adalah semuanya ketentuan dari Allah Swt terhadap mereka sendiri serta berharap akan hidayah dari hal tersebut.

Orang-orang yang beriman senantiasa berdo’a kepada tuhannya dengan do’a ini,”Ya tuhan kami, janganlah Engkau belokkan hati kami sesudah Engkau berikan petunjuk dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu, karena Engkau yang suka memberi.”

Do’a tersebut menunjukkan, bahwa bila manusia sudah merasa mendapat petunjuk dari Allah Swt, kita harus selalu berdo’a agar hati kita jangan sampai berbelok dari petunjuk Allah Swt yang telah di sampaikan Rasul-Nya, karena dalam hal ini tidaklah sedikit dari kalangan manusia yang bila telah mendapatkan hidayah Allah Swt, akan tetapi hatinya berbelok dari hal tersebut menuju kepada keingkaran dan kemungkaran.

Setiap orang Islam di wajibkan oleh Allah Swt untuk bermohon minta petunjuk sebanyak 17 (tujuh belas) kali dalam sehaari semalam yang terhimpun dalam pelaksanaan ibadah shalat wajib sesuai rukun Islam yang berbunyi dalam Surah Al-Fatiha yang wajib di baca dalam melaksanakan shalat, yaitu “Yaa Allah, tunjukilah kami jalan yang benar, yaitu jalan yang sudah di tempuh oleh orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, jangan jalan orang-orang yang di marahi, tidak pula jalan orang-orang yang sesat.” Ajaran Islam yang kita anut ini semua adalah ajaran keseluruhan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sampai kemudian di sempurnakan oleh Nabi Muhammad Saw.

Agama Islam dalam Al-Qur’an mengakui semua para Nabi dan Rasul, baik Nabi dan Rasul yang tersebut dalam Al-Qur’an maupun yang tidak tersebut di dalamnya, jadi orang-orang yang beriman hanya menerima kebenaran bila dan hanya bersumber dari Alqur’an dan perkataan-perkataan Nabi Saw dan menolak sesuatu dari ajaran lain, hal ini ada di atur Allah Swt dalam Al-Qur’an pada Surat Al-Baqarah Ayat : 213 dan Surat Al-Hijr Ayat : 44, agama yang menolak kebenaran dan mendustakan kebenaran adalah agama yang tidak benar, orang-orang yang menolak kebenaran dan hidayah adalah di namakan dengan orang yang sesat (Dhallin), dan bila kesesatan ini di teruskannya juga walau sudah di peringatkan, maka orang-orang inilah yang di marahi atau di murkai Allah Swt (Maghdhubi Alaihim), nah, kita harus selalu berhati-hati terhadap sikap dalam menghadapi berbagai macam petunjuk dalam beragama walaupun seagama, karena belum tentu benar dan sesuai tapi aada penyelewengan di dalamnya.

Untuk itulah makanya wajib dalam shalat untuk membaca Surat Al-Fatiha pada setiap raka’atnya yang artinya ayat tersebut adalah “Yaa Allah, tunjukilah kami jalan yang benar, yaitu jalan yang sudah di tempuh oleh orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, jangan jalan orang-orang yang di marahi, tidak pula jalan orang-orang yang sesat.” Tetapi sayangnya tidaklah semua orang yang mau melaksanakan dan menerima petunjuk dasar ini sebagai pegangan dan sarana Allah Swt untuk memberikan petunjuk-Nya (hidayah) kepada manusia itu sendiri karena malas mendirikan shalat, jadi hanya kepada orang-orang yang teguh dalam melaksanakan perintah Allah Swt sajalah yang di berikan-Nya hidayah atau petunjuk tersebut.

Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah Swt memberikan harta kepada orang yang Ia cintai dan orang yang tidak Ia cintai, tetapi tidaklah Ia memberikan hidayah selain kepada orang yang Ia cintai saja.” (H.R Bukhari dan Muslim). Sebab itu hendaknya insyaf, bahwasanya bila kita umpamakan di beri Allah Swt harta kekayaan yang banyak atau kedudukan yang tinggi, tidaklah berarti bahwa Allah Swt itu cinta kepada kita, sebab sebagai tersebut pada hadist di atas, bahwa Allah Swt itu memberikan harta kepada ornag yang Ia cintai dan orang yang tidak Ia cintai, tetapi bila Allah Swt telah menunjuki seseorang kepada satu keyakinan (agama) yang benar, dan orang itu benar-benar sudah di cintai Allah Swt, maka hidayah dan taufik-Nya senantiasa terlimpah kepada hamba tersebut dan memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah Swt.

“Tidaklah Kami mengutus seorang Rasul melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia dapat memberikan keterangan kepada mereka, lalu Allah menyesatkan orang-orang yang Ia kehendaki dan Ia tunjuki orang-orang yang Ia kehendaki, karena Ia Maha Gagah dan Maha bijaksana.” (Q.S Ibrahim : 4).

Barangsiapa yang di tunjuki Allah, maka ialah yang dapat berjalan di jalan yang benar, dan siap yang di sesatkan Allah, maka ialah orang yang sangat merugi.” (Q.S Al-A’raf : 178). Karena hidayah atau petunjuk itu hanyalah Allah Swt yang mempunyainya, maka dengan demikian hanya Allah Swt yang dapat menbagi-bagikannya kepada siapa-siapa saja yang Ia kehendaki berdasarkan keimanan dan ketaqwaan hamba-hamba-Nya.

Posting Komentar untuk "HIDAYAH DARI ALLAH SWT"