Tentang Bohong, Mengumbar Janji, Dan Basa Basi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Allah Swt berfirman,“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pembohong.” (Q.S An-Nahl Ayat : 105). “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong adalah dari golongan kamu, janganlah kamu menganggapnya buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka memperoleh apa yang dia kerjakan dari itu. Dan siapa yang mengambil bagian yang terbesar di dalamnya di antara mereka, baginya azab yang besar.” (Q.S An-Nur Ayat : 11). “Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Q.S. Al Baqarah Ayat : 10).
Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukan kepada surga, dan sesungguhnya seseorang yang suka berbuat jujur dan terus menerus untuk berbuat jujur, sampai ia tercatat disamping Allah swt sebagai orang yang jujur, dan sesungguhnya orang yang berdusta itu menunjukkan kepada Dosa dan dosa itu akan menunjukan kepada Neraka, dan sesungguhnya orang yang berbuat dusta dan terus menerus berbuat dusta sampai ia dicatat sebagai orang yang pendusta disamping Allah Swt.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda,”Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (H.R. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi). Rasulullah Saw bersabda,”Hendaklah kamu selalu benar, sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga, selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah Swt seorang yang benar (jujur), hati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka, selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah Swt sebagai seorang pendusta (pembohong).” (H.R. Bukhari).
Dalam kehidupan sehari-hari dalam pergaulan dengan sesama, dalam lingkungan keluarga, teman biasa, kenalan baru dan lain-lain pergaulan selalu kita temui suatu teori pergaulan dengan sesama yang dinamakan dengan istilah Basa-Basi, Islam mengatur cara pergaulan sehari-hari dengan lingkungan dimana saja berada dengan suatu akhlak yang baik dan telah disempurnakan oleh Rasulullah Saw dalam berbicara dan berinteraksi dengan sesama manusia, yaitu janganlah membuat sesuatu dalih dalam pembicaraan hanya demi untuk menyenangkan sesama manusia namun berisikan nada dan ucapan kebohongan, contohnya dalam ajakan makan bersama, bertemu disuatu tempat dan lain sebagainya, tetapi yang mengucapkan janji tidak memenuhi perjanjian tersebut, hal ini adalah suatu dusta/bohong yang nyata sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,”Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." (H.R. Bukhari dan Muslim). Rasulullah Saw bersabda,”Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya syurga." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda,”Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya.” (H.R. Ibnu Hibban).
Dan juga ucapan Rasulullah Saw,”Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya.” (H.R. Ath-Thabrani).
Nah, jadi berbasa-basi dalam suatu pembicaraan dengan sesama manusia jika tiada dapat memenuhinya adalah suatu dosa yang disengaja kepada Allah Swt apapun dalihnya, walaupun hanya demi untuk menyenangkan teman, saudara ataupun kenalan baru, ingatlah!!!! Kepribadian seseorang anak Adam (manusia) adalah bersumber dan digambarkan dari lisan dan perilakunya dalam sehari-hari, jika dia selalu berbohong dan terlalu banyak melakukan basa-basi yang hanya sebagai dusta dan kebohongan belaka adalah salah satu dari sekian umat manusia yang kuran iman bahkan tidak beriman, hendaklah rubah sikap ini dalam kehidupan sehari-hari, buatlah suatu ketegasan dalam sikap, karena pembicaraan basa-basi bukanlah menggambarkan sikap dan sifat akhlak orang-orang yang beriman dan tidaklah disenangi Allah Swt, orang-orang yang berakhlak sedemikian biasanya tiada akan memperoleh kebahagiaan, karena umumnya dia bersifat tukang bohong dan pendusta, sehingga setiap gerak-gerik dan perilakunya selalu membuat kecurigaan antar sesama dan berpotensi menimbulkan pertengkaran, syak wasangka dan lain sebagainya yang berakibat buruk pada suatu hubungan emosional antar sesama dan ia akan sukar dipercayai karena selalu melakukan kebohongan, dengan demikian tentu hidayah akan jauh dari dirinya sendiri dan jangan diharapkan akan memperoleh kebahagiaan, dikarenakan akibat melanggar aqidah dan akhlak sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Saw dalam pergaulan sehari-hari, mulai dari kehidupan lingkungan keluarga sampai kepada bermasyarakat bahkan bernegara.
Apabila dalam pergaulan sehari-hari seseorang anak Adam melakukan pembicaraan dan suatu janji-janji yang dusta belaka kepada keluarganya, teman-teman, handai taulan, kenalan baru dan lain-lain sebagainya pergaulan, sesungguhnya engkau telah melakukan suatu pengkhianatan dan kedustaan yang besar padanya, padahal dia telah begitu percaya dan harap kepada janjimu, maka hal ini sangat dilarang dalam akhlak Islam yang mulia, sebagaimana Rasulullah Saw kembali bersabda,”Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud) dan Hadist ini Rasulullah Saw bersabda,”Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.” (H.R. Abu Ya'la), orang yang tidak bisa menjaga lidahnya dari berbohong serta berbasa-basi adalah tergolong juga kepada munafik sebagaimana keterangan Rasulullah Saw diatas.
Begitu juga dengan banyak melakukan kebohongan bersifat hiburan kepada publik, contohnya lawak-lawak, hiburan yang penuh canda dan tawa, walaupun ceramah keagamaan, jika terlalu banyak tertawa daripada keseriusan adalah merupakan pelanggaran juga terhadap Allah Swt dan tidak sesuai dengan semangat akhlak yang baik dalam Islam, hal ini dilarang Rasulullah Saw sebagaimana sabdanya,”Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia...celaka dia.” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).
Begitulah Rasulullah Saw melarang umatnya jangan terlalu banyak bercanda dan tertawa dalam kehidupan sehari-hari, beliau sampai mengatakan dua kali bahwasanya perbuatan sedemikian adalah suatu celaka yang mana perolehannya adalah Neraka Jahannam.
Seseorang muslim yang beriman adalah bertarafkan pada golongan mukminin dan mukminat, golongan orang-orang yang beriman ini adalah senantiasa menjaga akhlaknya dari segala sifat yang bisa menimbulkan salah sangka/faham dan perpecahan antar sesama hanya karena persoalan lidahnya yang berbicara, hal ini jelas digambarkan Rasulullah Saw pada sabdanya,”Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian hindarilah sifat suka berbohong dan berbasa-basi dalam pergaulan hidup sehari-hari, agar kita menjadi orang-orang yang berbahagia didunia dan akhirat.
Setiap orang-orang yang beriman akan selalu menjaga lidahnya dari berbicara yang dusta serta berbasa-basi, karena orang yang beriman identik dengan akhlak mulia, yaitu apabila berbicara memang sesuai dengan yang terkandung dalam hatinya dan akan selalu berhati-hati membuat suatu janji dan rencana dengan sesama manusia dan dia tidak akan bersifat ceroboh untuk membuat suatu perjanjian jika memang dari hatinya tidak akan memenuhinya, hal ini diingatkan Rasulullah Saw pada sabdanya,”Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya, ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah, dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari syaithan.” (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi).
Bersikap cemburu pada kehidupan sehari-hari juga dibolehkan Islam dengan ada sendi-sendinya dan bukan asal cemburu saja, yang dikenal dengan cemburu buta, sikap cemburu adalah mutlak dan wajar ada pada perasaan manusia laki-laki dan perempuan serta dipandang positif pada beberapa tempat dan tidak pada tempat lainnya, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya cemburu (yakni cemburu yang wajar dan masuk akal adalah bagian) dari keimanan.” (H.R. Al-Baihaqi).
Cemburu yang positif adalah contohnya pada saudara yang rajin dan taat kepada Allah Swt dan selalu menjaga akhlak dan kepribadiannya, cemburu pada lingkungan suatu keluarga yang beriman dan taat kepada Allah Swt serta hidup dalam garis keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah, cemburu pada kawan yang senantiasa menjaga sikap dan akhlaknya dari hal-hal kemaksiatan, maka cemburu yang sedemikian adalah boleh dan bahkan bagian dari keimanan sebagaiman ucapan Nabis Saw diatas.
Cemburu yang negatif adalah bersumber dari sifat iri dan dengki, yaitu contohnya adalah iri melihat keberhasilan saudaranya pada keduniaan tidak pada akhiratnya, dengki kepada kerukunan hidup keluarga orang lain dan sebagainya sifat jelek.
Rasulullah Saw bersabda,”bolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa dan pembicaraan suami kepada isterinya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Imam Ahmad).
Berbohong dan dusta ada juga kebolehannya dalam akhlak Islam yang mulia, sebagaimana telah disampaikan keterangannya oleh Rasulullah Saw diatas, contohnya adalah bila dikhawatirkan ucapan suami yang benar dapat berakibat buruk, maka suami boleh berdusta kepada isteri untuk memelihara kerukunan hidup berkeluarga, berbohong pada peperangan bisa juga diartikan pemahaman dan penerapannya adalah melindungi seseorang dari tindak laku penganiayaan yang diluar ketentuan hukum, maka hal ini juga dibolehkan. Allah Swt meletakkan hukum pada perilaku akhlak sehari-hari sangat adil dan tetap sesuai sepanjang zaman untuk pelaksanaan dan penerapannya, Allah Swt tidak membenci semua kedustaan atau kebohongan, sepanjang itu ada dasar dan faedahnya serta menimbulkan efek kebaikan Allah Swt memberi toleransi dalam hal ini dan ruang lingkup toleransi Allah Swt tersebut hanya berada dalam lingkup yang kecil dan tidak luas pemakaiannya pada semua tempat kejadian dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, ruang lingkupnya hanya ada pada hadist Nabi Saw diatas dan yang ini, Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan (merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan kerusakan.” (H.R. Bukhari dan Muslim), dengan demikian bahwasanya berbohong atau dusta hanya ada pada kategori untuk merukunkan dan mendamaikan antar sesama, tidak pada pembicaraan-pembicaraan dusta lainnya, seperti basa-basi dan lain sebagainya yang memang hanya niat untuk bohong dan tidak berniat memenuhinya.
Sifat seorang muslimin dan muslimat yang beriman adalah tidak akan berlaku dan asal bicara, sebagaimana Rasulullah Saw mengatakan,Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk.” (HR. Bukhari dan Al Hakim).
Kecantikan, ketampanan dan kemuliaan seseorang manusia hanya terletak pada perilaku ketaatan dan pandai menjaga lidahnya, sebab jika tiada pandai menjaga lidahnya, maka akan menimbulkan perpecahan, pertengkaran, salah sangka, salah faham dan bahkan sederet ucapan lidah pembohong, pendusta dan penghasut bisa menimbulkan efek negatif pada tingkat yang lebih besar, seperti bisa mengakibatkan peperangan, sehubungan dengan hal ini Rasulullah Saw bersabda,”Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya.” (H.R. Imam Ahmad dan Al-Hakim).
Dalam kehidupan sehari-hari juga kita dilarang melakukan pujian kepada sesama, karena hal ini adalah dilarang dalam akhlak kehidupan sehari-hari yang diridhai Allah Swt, sebagaimana ucapan Rasulullah Saw yang bersabda,”Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan.” (H.R. Bukhari),,,Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya,"Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang).” (H.R. Ahmad),,, Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.” (H.R. Muslim).
Begitulah Rasulullah Saw melarang umatnya melempar pujian kepada sesama, karena pujian hanya Hak Allah Swt, bukan kepada sesama dan makhluk ciptaan-Nya, saking kerasnya larangan ini sampai-sampai Rasulullah Saw menyuruh untuk melemparkan pasir kepada wajah orang yang mengucap atau melakukan pujian dan sanjungan, itulah bagian dari akhlak yang banyak dilanggar umat muslimin dan muslimat dewasa ini, hendaknya hal-hal yangtidak terpuji dan berupa larangan maka hindarilah.
Bergunjing dan saling menceritakan aib sesama dan diri sendiri juga sering dilakukan pada tempat-tempat yang boleh untuk menyampaikannya, selalu menceritakan keburukan orang adalah tidak baik, jangankan menceritakan keburukan orang lain, menyanjung dan memuji seseorang juga dilarang sebagaimana ucapan Nabi Saw diatas, apalagi bergunjing mengenai keburukan, tentu saja sangat dilarang, “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab,"Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai."(H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu untuk menghindari akan hal ini maka hendaklah memperbanyak ingat kepada Allah Swt dalam keramaian dan saat berkumpul dengan sesama, usahakan hanya yang berbicara baik-baik saja, jika ada terasa hasutan dalam hati untuk hendak bergunjing maka hindarilah dan sebaiknya segera pergi atau pulang dengan segera sambil mengucapkan ampunan kepada Allah Swt, hal ini diingatkan Rasulullah Saw dalam sabdanya,”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.”
Dalam pergaulan hidup sehari-hari yang erat kaitannya dengan hubungan lawan jenis untuk memadu kasih (pacaran), maka jagalah hal ini dari hukuman laknat Allah Swt, jangan melakukan zina, jika saling berjumpa untuk bersenda gurau dan memadu cinta dan kasih sayang, maka selalulah ingat kepada Allah Swt dan lakukan pembicaraan yang baik-baik saja (positif) jangan bicara negatif yang membawa kepada kemaksiatan, sebagaimana yang tersirat dalam riwayat hadist ini Rasulullah Saw bersabda,”Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya syurga.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda,”Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, "Hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini...begini dengan fulan." Dia telah membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza Wajalla.” (H.R Mutafaqun 'Alaihi). Maksudnya hadist ini adalah ia telah melanggar garis-garis batasan aqidah dan akhlak yang telah digariskan syari’at Islam dengan melakukan perbuatan dosa dengan melakukan zina dan dosa lainnya.
Oleh karena itu senantiasalah menjaga aqidah dan akhlak agar selalu tetap baik, jaga lisan atau lidah dari ucapan basa-basi sarat kebohongan, janji-janji palsu serta khianat, karena cermin kepribadian seseorang muslimin dan muslimat yang baik adalah terutama ada pada lidah dan lisannya, bersikaplah tegas dalam pembicaraan walaupun pahit, karena itu adalah akhlak anjuran Allah Swt dan Rasul-Nya yang membawa kepada kehidupan yang damai, tenang, tenteram dan kebahagiaan didunia dan akhirat.
Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu.” (Q.S. Al-Baqarah Ayat : 221). “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Q.S. An-Nur Ayat : 26). Dari hadist Rasulullah Saw : “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal : karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (H.R. Ibnu Hibban).
“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.” (H.R. An Nasa’I dan Abu Dawud.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (H.R. Bukhari dan Muslim). “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia, Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (H.R. At-Tirmidzi). “Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan akan dipahamkan terhadap ilmu agama.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Bagi para umat manusia yang akan melakukan hubungan keluarga satu sama lain (menikah), maka hendaklah ia memilih akan kebaikan akhlak dan akhiratnya, jangan karena kecantikan, ketampanan, harta keduniaan dan lain sebagainya, karena dengan sebab penilaian pada keindahan dunianya saja akan membawa kepada keretakan, kerusakan dan tidak akan bahagia, namun sebaliknya jika menilai pasangan hidup dengan sebab akhlaknya yang baik, ketaatannya pada Allah Swt, inilah pasangan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, salah satunya adalah hindarilah pasangan yang suka melakukan dusta, bohong dan basa-basi, karena pada sifat ini sarat dengan efek negatif yang membawa kepada keburukan kehidupan dunia apalagi akhirat.
Rasulullah Saw pun mengabarkan suatu gambaran siksaan atas dua kaum yang kepedihan siksaannya belum pernah beliau lihat, salah satunya adalah wanita yang memamerkan auratnya dan tidak berbusana yang syar’i, Rasulullah Saw bersabda,“Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta, mereka tidak akan masuk syurga dan bahkan mencium wanginya pun tidak, padahal wanginya syurga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pengertian diatas adalah para wanita yang berpakaian ketat sehingga membayangkan bentuk tubuhnya, walaupun ia dibalut pakaian namun tetap kelihatan setiap lekuk tubuhnya maka sama saja hakikatnya dengan bertelanjang, hal dilarang karena akan mengundang kemaksiatan bagi yang memandang dan resiko terbesar ada pada pemakainya, hal ini sangat jauh dari ajaran akhlak Islam.
Berdasarkan dalil-dalil yang ada, para ulama merumuskan syarat-syarat busana muslimah yang syar’i di antaranya : menutup aurat dengan sempurna, tidak ketat, tidak transparan, bukan untuk memamerkan kecantikan di depan lelaki non mahram, tidak meniru ciri khas busana non muslim dan juga tidak meniru ciri khas busana laki-laki.
Ada wanita yang mampu melakukan sedemikian, maka pilihlah ia sebagai istri, karena seorang calon istri yang menyadari dan memahami hal ini, yaitu hanya para muslimah yang berbusana muslimah yang syar’i serta paham akan agamanya, inilah kriteria paling utama dalam berpasangan yang dianjurkan Allah Swt dan Nabi-Nya, hal ini juga berlaku untuk kebalikannya, pilih laki-laki yang cukup memadai ilmu agamanya, karena laki-laki adalah menjadi imam bagi istri untuk mencapai ridha Allah Swt dan mencapai taraf kehidupan yang berbahagia dunia dan akhirat.
Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukan kepada surga, dan sesungguhnya seseorang yang suka berbuat jujur dan terus menerus untuk berbuat jujur, sampai ia tercatat disamping Allah swt sebagai orang yang jujur, dan sesungguhnya orang yang berdusta itu menunjukkan kepada Dosa dan dosa itu akan menunjukan kepada Neraka, dan sesungguhnya orang yang berbuat dusta dan terus menerus berbuat dusta sampai ia dicatat sebagai orang yang pendusta disamping Allah Swt.” (H.R Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda,”Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (H.R. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi). Rasulullah Saw bersabda,”Hendaklah kamu selalu benar, sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga, selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah Swt seorang yang benar (jujur), hati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka, selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah Swt sebagai seorang pendusta (pembohong).” (H.R. Bukhari).
Dalam kehidupan sehari-hari dalam pergaulan dengan sesama, dalam lingkungan keluarga, teman biasa, kenalan baru dan lain-lain pergaulan selalu kita temui suatu teori pergaulan dengan sesama yang dinamakan dengan istilah Basa-Basi, Islam mengatur cara pergaulan sehari-hari dengan lingkungan dimana saja berada dengan suatu akhlak yang baik dan telah disempurnakan oleh Rasulullah Saw dalam berbicara dan berinteraksi dengan sesama manusia, yaitu janganlah membuat sesuatu dalih dalam pembicaraan hanya demi untuk menyenangkan sesama manusia namun berisikan nada dan ucapan kebohongan, contohnya dalam ajakan makan bersama, bertemu disuatu tempat dan lain sebagainya, tetapi yang mengucapkan janji tidak memenuhi perjanjian tersebut, hal ini adalah suatu dusta/bohong yang nyata sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,”Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." (H.R. Bukhari dan Muslim). Rasulullah Saw bersabda,”Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya syurga." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda,”Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya.” (H.R. Ibnu Hibban).
Dan juga ucapan Rasulullah Saw,”Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya.” (H.R. Ath-Thabrani).
Nah, jadi berbasa-basi dalam suatu pembicaraan dengan sesama manusia jika tiada dapat memenuhinya adalah suatu dosa yang disengaja kepada Allah Swt apapun dalihnya, walaupun hanya demi untuk menyenangkan teman, saudara ataupun kenalan baru, ingatlah!!!! Kepribadian seseorang anak Adam (manusia) adalah bersumber dan digambarkan dari lisan dan perilakunya dalam sehari-hari, jika dia selalu berbohong dan terlalu banyak melakukan basa-basi yang hanya sebagai dusta dan kebohongan belaka adalah salah satu dari sekian umat manusia yang kuran iman bahkan tidak beriman, hendaklah rubah sikap ini dalam kehidupan sehari-hari, buatlah suatu ketegasan dalam sikap, karena pembicaraan basa-basi bukanlah menggambarkan sikap dan sifat akhlak orang-orang yang beriman dan tidaklah disenangi Allah Swt, orang-orang yang berakhlak sedemikian biasanya tiada akan memperoleh kebahagiaan, karena umumnya dia bersifat tukang bohong dan pendusta, sehingga setiap gerak-gerik dan perilakunya selalu membuat kecurigaan antar sesama dan berpotensi menimbulkan pertengkaran, syak wasangka dan lain sebagainya yang berakibat buruk pada suatu hubungan emosional antar sesama dan ia akan sukar dipercayai karena selalu melakukan kebohongan, dengan demikian tentu hidayah akan jauh dari dirinya sendiri dan jangan diharapkan akan memperoleh kebahagiaan, dikarenakan akibat melanggar aqidah dan akhlak sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Saw dalam pergaulan sehari-hari, mulai dari kehidupan lingkungan keluarga sampai kepada bermasyarakat bahkan bernegara.
Apabila dalam pergaulan sehari-hari seseorang anak Adam melakukan pembicaraan dan suatu janji-janji yang dusta belaka kepada keluarganya, teman-teman, handai taulan, kenalan baru dan lain-lain sebagainya pergaulan, sesungguhnya engkau telah melakukan suatu pengkhianatan dan kedustaan yang besar padanya, padahal dia telah begitu percaya dan harap kepada janjimu, maka hal ini sangat dilarang dalam akhlak Islam yang mulia, sebagaimana Rasulullah Saw kembali bersabda,”Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya.” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud) dan Hadist ini Rasulullah Saw bersabda,”Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.” (H.R. Abu Ya'la), orang yang tidak bisa menjaga lidahnya dari berbohong serta berbasa-basi adalah tergolong juga kepada munafik sebagaimana keterangan Rasulullah Saw diatas.
Begitu juga dengan banyak melakukan kebohongan bersifat hiburan kepada publik, contohnya lawak-lawak, hiburan yang penuh canda dan tawa, walaupun ceramah keagamaan, jika terlalu banyak tertawa daripada keseriusan adalah merupakan pelanggaran juga terhadap Allah Swt dan tidak sesuai dengan semangat akhlak yang baik dalam Islam, hal ini dilarang Rasulullah Saw sebagaimana sabdanya,”Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia...celaka dia.” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).
Begitulah Rasulullah Saw melarang umatnya jangan terlalu banyak bercanda dan tertawa dalam kehidupan sehari-hari, beliau sampai mengatakan dua kali bahwasanya perbuatan sedemikian adalah suatu celaka yang mana perolehannya adalah Neraka Jahannam.
Seseorang muslim yang beriman adalah bertarafkan pada golongan mukminin dan mukminat, golongan orang-orang yang beriman ini adalah senantiasa menjaga akhlaknya dari segala sifat yang bisa menimbulkan salah sangka/faham dan perpecahan antar sesama hanya karena persoalan lidahnya yang berbicara, hal ini jelas digambarkan Rasulullah Saw pada sabdanya,”Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian hindarilah sifat suka berbohong dan berbasa-basi dalam pergaulan hidup sehari-hari, agar kita menjadi orang-orang yang berbahagia didunia dan akhirat.
Setiap orang-orang yang beriman akan selalu menjaga lidahnya dari berbicara yang dusta serta berbasa-basi, karena orang yang beriman identik dengan akhlak mulia, yaitu apabila berbicara memang sesuai dengan yang terkandung dalam hatinya dan akan selalu berhati-hati membuat suatu janji dan rencana dengan sesama manusia dan dia tidak akan bersifat ceroboh untuk membuat suatu perjanjian jika memang dari hatinya tidak akan memenuhinya, hal ini diingatkan Rasulullah Saw pada sabdanya,”Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya, ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah, dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari syaithan.” (H.R. Muttafaqun ‘Alaihi).
Bersikap cemburu pada kehidupan sehari-hari juga dibolehkan Islam dengan ada sendi-sendinya dan bukan asal cemburu saja, yang dikenal dengan cemburu buta, sikap cemburu adalah mutlak dan wajar ada pada perasaan manusia laki-laki dan perempuan serta dipandang positif pada beberapa tempat dan tidak pada tempat lainnya, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya cemburu (yakni cemburu yang wajar dan masuk akal adalah bagian) dari keimanan.” (H.R. Al-Baihaqi).
Cemburu yang positif adalah contohnya pada saudara yang rajin dan taat kepada Allah Swt dan selalu menjaga akhlak dan kepribadiannya, cemburu pada lingkungan suatu keluarga yang beriman dan taat kepada Allah Swt serta hidup dalam garis keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah, cemburu pada kawan yang senantiasa menjaga sikap dan akhlaknya dari hal-hal kemaksiatan, maka cemburu yang sedemikian adalah boleh dan bahkan bagian dari keimanan sebagaiman ucapan Nabis Saw diatas.
Cemburu yang negatif adalah bersumber dari sifat iri dan dengki, yaitu contohnya adalah iri melihat keberhasilan saudaranya pada keduniaan tidak pada akhiratnya, dengki kepada kerukunan hidup keluarga orang lain dan sebagainya sifat jelek.
Rasulullah Saw bersabda,”bolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa dan pembicaraan suami kepada isterinya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Imam Ahmad).
Berbohong dan dusta ada juga kebolehannya dalam akhlak Islam yang mulia, sebagaimana telah disampaikan keterangannya oleh Rasulullah Saw diatas, contohnya adalah bila dikhawatirkan ucapan suami yang benar dapat berakibat buruk, maka suami boleh berdusta kepada isteri untuk memelihara kerukunan hidup berkeluarga, berbohong pada peperangan bisa juga diartikan pemahaman dan penerapannya adalah melindungi seseorang dari tindak laku penganiayaan yang diluar ketentuan hukum, maka hal ini juga dibolehkan. Allah Swt meletakkan hukum pada perilaku akhlak sehari-hari sangat adil dan tetap sesuai sepanjang zaman untuk pelaksanaan dan penerapannya, Allah Swt tidak membenci semua kedustaan atau kebohongan, sepanjang itu ada dasar dan faedahnya serta menimbulkan efek kebaikan Allah Swt memberi toleransi dalam hal ini dan ruang lingkup toleransi Allah Swt tersebut hanya berada dalam lingkup yang kecil dan tidak luas pemakaiannya pada semua tempat kejadian dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, ruang lingkupnya hanya ada pada hadist Nabi Saw diatas dan yang ini, Rasulullah Saw bersabda,”Sesungguhnya Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan (merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan kerusakan.” (H.R. Bukhari dan Muslim), dengan demikian bahwasanya berbohong atau dusta hanya ada pada kategori untuk merukunkan dan mendamaikan antar sesama, tidak pada pembicaraan-pembicaraan dusta lainnya, seperti basa-basi dan lain sebagainya yang memang hanya niat untuk bohong dan tidak berniat memenuhinya.
Sifat seorang muslimin dan muslimat yang beriman adalah tidak akan berlaku dan asal bicara, sebagaimana Rasulullah Saw mengatakan,Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk.” (HR. Bukhari dan Al Hakim).
Kecantikan, ketampanan dan kemuliaan seseorang manusia hanya terletak pada perilaku ketaatan dan pandai menjaga lidahnya, sebab jika tiada pandai menjaga lidahnya, maka akan menimbulkan perpecahan, pertengkaran, salah sangka, salah faham dan bahkan sederet ucapan lidah pembohong, pendusta dan penghasut bisa menimbulkan efek negatif pada tingkat yang lebih besar, seperti bisa mengakibatkan peperangan, sehubungan dengan hal ini Rasulullah Saw bersabda,”Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya.” (H.R. Imam Ahmad dan Al-Hakim).
Dalam kehidupan sehari-hari juga kita dilarang melakukan pujian kepada sesama, karena hal ini adalah dilarang dalam akhlak kehidupan sehari-hari yang diridhai Allah Swt, sebagaimana ucapan Rasulullah Saw yang bersabda,”Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan.” (H.R. Bukhari),,,Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya,"Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang).” (H.R. Ahmad),,, Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.” (H.R. Muslim).
Begitulah Rasulullah Saw melarang umatnya melempar pujian kepada sesama, karena pujian hanya Hak Allah Swt, bukan kepada sesama dan makhluk ciptaan-Nya, saking kerasnya larangan ini sampai-sampai Rasulullah Saw menyuruh untuk melemparkan pasir kepada wajah orang yang mengucap atau melakukan pujian dan sanjungan, itulah bagian dari akhlak yang banyak dilanggar umat muslimin dan muslimat dewasa ini, hendaknya hal-hal yangtidak terpuji dan berupa larangan maka hindarilah.
Bergunjing dan saling menceritakan aib sesama dan diri sendiri juga sering dilakukan pada tempat-tempat yang boleh untuk menyampaikannya, selalu menceritakan keburukan orang adalah tidak baik, jangankan menceritakan keburukan orang lain, menyanjung dan memuji seseorang juga dilarang sebagaimana ucapan Nabi Saw diatas, apalagi bergunjing mengenai keburukan, tentu saja sangat dilarang, “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab,"Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai."(H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu untuk menghindari akan hal ini maka hendaklah memperbanyak ingat kepada Allah Swt dalam keramaian dan saat berkumpul dengan sesama, usahakan hanya yang berbicara baik-baik saja, jika ada terasa hasutan dalam hati untuk hendak bergunjing maka hindarilah dan sebaiknya segera pergi atau pulang dengan segera sambil mengucapkan ampunan kepada Allah Swt, hal ini diingatkan Rasulullah Saw dalam sabdanya,”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.”
Dalam pergaulan hidup sehari-hari yang erat kaitannya dengan hubungan lawan jenis untuk memadu kasih (pacaran), maka jagalah hal ini dari hukuman laknat Allah Swt, jangan melakukan zina, jika saling berjumpa untuk bersenda gurau dan memadu cinta dan kasih sayang, maka selalulah ingat kepada Allah Swt dan lakukan pembicaraan yang baik-baik saja (positif) jangan bicara negatif yang membawa kepada kemaksiatan, sebagaimana yang tersirat dalam riwayat hadist ini Rasulullah Saw bersabda,”Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya syurga.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw bersabda,”Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, "Hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini...begini dengan fulan." Dia telah membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza Wajalla.” (H.R Mutafaqun 'Alaihi). Maksudnya hadist ini adalah ia telah melanggar garis-garis batasan aqidah dan akhlak yang telah digariskan syari’at Islam dengan melakukan perbuatan dosa dengan melakukan zina dan dosa lainnya.
Oleh karena itu senantiasalah menjaga aqidah dan akhlak agar selalu tetap baik, jaga lisan atau lidah dari ucapan basa-basi sarat kebohongan, janji-janji palsu serta khianat, karena cermin kepribadian seseorang muslimin dan muslimat yang baik adalah terutama ada pada lidah dan lisannya, bersikaplah tegas dalam pembicaraan walaupun pahit, karena itu adalah akhlak anjuran Allah Swt dan Rasul-Nya yang membawa kepada kehidupan yang damai, tenang, tenteram dan kebahagiaan didunia dan akhirat.
SEKILAS TENTANG PEMILIHAN PASANGAN HIDUP
“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al Ahzab Ayat : 59). “Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (Q.S. An-Nisa’ Ayat : 34). “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman.Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu.” (Q.S. Al-Baqarah Ayat : 221). “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Q.S. An-Nur Ayat : 26). Dari hadist Rasulullah Saw : “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal : karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (H.R. Ibnu Hibban).
“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.” (H.R. An Nasa’I dan Abu Dawud.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (H.R. Bukhari dan Muslim). “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia, Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (H.R. At-Tirmidzi). “Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan akan dipahamkan terhadap ilmu agama.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Bagi para umat manusia yang akan melakukan hubungan keluarga satu sama lain (menikah), maka hendaklah ia memilih akan kebaikan akhlak dan akhiratnya, jangan karena kecantikan, ketampanan, harta keduniaan dan lain sebagainya, karena dengan sebab penilaian pada keindahan dunianya saja akan membawa kepada keretakan, kerusakan dan tidak akan bahagia, namun sebaliknya jika menilai pasangan hidup dengan sebab akhlaknya yang baik, ketaatannya pada Allah Swt, inilah pasangan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, salah satunya adalah hindarilah pasangan yang suka melakukan dusta, bohong dan basa-basi, karena pada sifat ini sarat dengan efek negatif yang membawa kepada keburukan kehidupan dunia apalagi akhirat.
Rasulullah Saw pun mengabarkan suatu gambaran siksaan atas dua kaum yang kepedihan siksaannya belum pernah beliau lihat, salah satunya adalah wanita yang memamerkan auratnya dan tidak berbusana yang syar’i, Rasulullah Saw bersabda,“Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta, mereka tidak akan masuk syurga dan bahkan mencium wanginya pun tidak, padahal wanginya syurga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pengertian diatas adalah para wanita yang berpakaian ketat sehingga membayangkan bentuk tubuhnya, walaupun ia dibalut pakaian namun tetap kelihatan setiap lekuk tubuhnya maka sama saja hakikatnya dengan bertelanjang, hal dilarang karena akan mengundang kemaksiatan bagi yang memandang dan resiko terbesar ada pada pemakainya, hal ini sangat jauh dari ajaran akhlak Islam.
Berdasarkan dalil-dalil yang ada, para ulama merumuskan syarat-syarat busana muslimah yang syar’i di antaranya : menutup aurat dengan sempurna, tidak ketat, tidak transparan, bukan untuk memamerkan kecantikan di depan lelaki non mahram, tidak meniru ciri khas busana non muslim dan juga tidak meniru ciri khas busana laki-laki.
Ada wanita yang mampu melakukan sedemikian, maka pilihlah ia sebagai istri, karena seorang calon istri yang menyadari dan memahami hal ini, yaitu hanya para muslimah yang berbusana muslimah yang syar’i serta paham akan agamanya, inilah kriteria paling utama dalam berpasangan yang dianjurkan Allah Swt dan Nabi-Nya, hal ini juga berlaku untuk kebalikannya, pilih laki-laki yang cukup memadai ilmu agamanya, karena laki-laki adalah menjadi imam bagi istri untuk mencapai ridha Allah Swt dan mencapai taraf kehidupan yang berbahagia dunia dan akhirat.
bagus gan tulisan nya,
BalasHapusOrang pemberi janji manis(palsu) berkhianat berdusta sehingga pasangan menderita bahkan sampai
BalasHapusMeninggal menurut hukum islam...? adakah ada yg tahu
Mereka yang kurang iman memanfaatkan keringanan boleh berbohong dengan dalih agar tidak menimbulkan kerusakan. padahal akibat bohongnya mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dikemudian hari.
BalasHapusYang lebih baik adalah berusaha sekeras mungkin agar tidak berbohong apapun dalihnya, hal ini lebih baik dan menghindarkan kemudharatan dibelakang hari.
BalasHapus