Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Allah Swt berfirman : "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah : 11). Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmu, barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmu dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim).

RAGAM KETAATAN DAN SHALAT

Ketika Allah Swt yang maha mengetahui bahwa kita mempunyai sifat bosan dan jemu, maka Allah Swt membuat dan mengadakan berbagai macam ragam bentuk ketaatan kepada-Nya, Allah Swt juga mengatahui bahwasanya umat manusia mempunyai sifat rakus, tamak, nafsu yang besar serta sifat madzmumah lainnya, maka Allah Swt melarang kamu untuk melakukan ketaatan kepada-Nya bersifat ibadah wajib pada tempat-tempat tertentu yang telah diaturnya melalui Rasulullah Saw.Ketaatan diluar ketentuan yang wajib sangat banyak disediakan Allah Swt sebagai jalan dan jembatan untuk kembali kepada-Nya dengan kebahagiaan diakhirat nanti, Allah Swt banyak menyatakan amal kebajikan yang banyak ragamnya untuk menuntun umat manusia kepada amal kebajikan yang diridhai-Nya, seperti berbuat baik kepada sesama, menghindari menyakiti hati sesama, tolong menolong dalam kebaikan, shadaqah, infaq dan wakaf bagi yang mampu secara materi, bagi yang tidak mampu bisa melalui shadaqah tenaga dalam menolong untuk sesuatu hal dan banyak lagi sifat-sifat kebaikan lainnya yang pahalanya besar disisi Allah Swt sepanjang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan.

Allah Swt telah mengatur waktu ketaatan yang wajib sebagaimana yang ada pada rukun islam dan yang dilaksanakan setiap harinya yaitu Ibadah Shalat Lima Waktu Sehari Semalam, Allah Swt telah mengatur dengan baik jadwalnya dan sesuai dengan aktifitas umat manusia pada seluruh zaman, mulai dari dulu sampai sekarang dan sampai akhirat nanti, jadwal shalat wajib ini tetap sesuai pengaturannya dengan fitrah manusia dalam kehidupan kesehariannya walau bangsa manapun didunia ini, jika tetap keberatan juga maka itu adalah umat yang tiada bersyukur akan pengaturan Allah Swt tersebut dan lebih cenderung kepada mengikuti bisikan iblis dan syaithan, boleh saja anda menikmanti kenikmatan dunia berikut segala isinya sampai kepada hiburan-hiburan keduniaan dan lain sebagainya, karena itu memang diciptakan Allah Swt untuk umat manusia dan hamba-hamba-Nya, namun sikapilah dengan bijak kenikmatan dunia tersebut dan jangan lup[akan untuk bersyukur serta ketaatan kepada-Nya sampai dilalaikan.

Dalam pengaturan ibadah shalat Allah Swt juga banyak mengadakan keringanan dalam pelaksanaannya terbukti dengan banyaknya rukun-rukun shalat yang hukumnya sunnat bukan wajib, hal ini dipersiapkan Allah Swt bagi hamba-Nya yang hidup dalam kesibukan dalam sehari-hari, sedangkan bagi hamba-Nya yang mempunyai waktu lapang maka dapat menambah ibadah wajibnya (shalat) dengan amalan-amalan lain yang banyak terkandung dalam pelaksanaan rukun-rukun shalat dan jangalah meninggalkan rukun-rukun sunnat jika memang mempunyai waktu yang lapang dalam mendirikan shalat, namun perbanyaklah dengan amalan-amalan, panjangkanlah do’a-do’a, karena sudah sifat manusia secara umum tidak akan ada cukupnya kecuali bagi hamba yang telah kuat imannya serta dekat kepada Allah Swt, maka yang lain persoalan, nah,,begitulah Allah Swt telah membuat aturan dengan adil bagi hamba-Nya, manusia mesti dan harus menyadari akan hal ini dan bersyukurlah, jika tidak maka rasakanlah adzab Allah Swt yang sangat pedih, adzab ini bisa saja Allah Swt turunkan semasa didunia ini, apalagi diakhirat, maka sudah jelas kecuali bagi hamba-Nya yang mau bertaubat dan tidak bermain-main dengan taubatnya tersebut.

Maksud dan tujuan Allah Swt memberikan aneka ragam macam-macam ketaatan kepada umat manusia supaya tetap semangat dan bergairah dalam melaksanakan ketaatan-ketaatan tersebut selain dari ibadah wajib shalat, seperti; membaca Al-Qur’an, puasa sunat (kecuali ramadhan), dzikir, berbuat kepada sesama dan lain sebagainya yang mana hal ini adalah juga menuju kepada Allah Swt dan keridhaan-Nya.

Allah Swt tahu akan sifat manusia yang selalu naik turun dalam hal ini karena senantaisa digoda oleh musuhnya yaitu iblis dan syaithan, maka Allah Swt banyak mempersiapkan amalam-amalan yang juga berfungsi sebagai pengusir kejahatan syaithan ini, instropeksilah diri, jika telah merasa jauh dan jemu atau bosan dalam melaksanakan ibadah, maka bisa saja diobati dengan membaca Qur’an, bershalawat, dzikir dan lain sebagainya, maka dengan melakukan hal ini tentu akan dapat hidayah dan perlindungan dari Allah Swt dari gangguan godaan sifat malas, jemu dan bosan untuk ibadah kepada Allah Swt yang senantiasa dihembuskan oleh syaithan kepada manusia melalui bisikan dalam hati dan was-was manusia, dengan pertolongan Allah Swt berdasarkan usaha dan ikhtiar kita tadi maka dikaruniakan Allah Swt untuk bisa kembali taat kepada-Nya dan ini akan membuat kehidupanmu dalam kesehariannya akan bahagia walaupun dalam keadaan resa, gelisah, susah dan lain sebagainya, dengan dekat kepada Allah Swt maka semuanya itu akan menjadi tenang kembali dan memperoleh nafsu muthma’innah (nafsu yang tenang) berkat hidayah Allah Swt.

Dengan adanya bermacam-macam jenis ibadah tersebut sebagai variasi penangkis godaan syaithan, tentu umat manusia akan terhindar dari sifat jemu, bosan dan malas untuk beribadah tersebut, karena banyak jenis ibadah tersebut, kita dapat saling bertukar amalan dalam beribadah, habis bertasbih terus tahmid terus lagi tahlil lanjut shalawat dan lain-lain, dengan variasi ini maka tentu tidak akan menimbulkan kebosanan, sedangkan pahalanya disisi Allah tetap bernilai tinggi dan membawa kepada kebahagiaan, baik di dunia apalagi diakhirat.

Dalam bentuk lain Allah Swt juga melarang umat manusia untuk melaksanakan sesuatu amal ibadah pada bagian-bagian waktu tertentu, misalnya menjalankan puasa pada hari raya, baik idhul fithri maupun idhul ‘adha, membaca Qur’an dan masuk masjid saat junub, berpuasa sedang sakit, tidak wajib haji jika tidak mampu dan lain sebagainya, hal ini karena Allah Swt maha tahu akan keadaan hamba-Nya, namun Allah Swt hanya cukup memerintahkan kepada umat manusia supaya tetap ingat kepada-Nya dalam hal keadaan apapun juga, inilah beberapa bagian keringanan yang diberikan Allah Swt.

Allah Swt sengaja mengatur waktu shalat untuk menjaga supaya hamba-Nya benar-benar dan tepat dalam melaksanakan shalatnya, karena tidak semua orang mampu untuk melaksanakan shalat sebagaimana rukun yang telah ditetapkan atau mampu untuk menjaga rukunnya dengan tepat, seperti melalaikan sopan santun kepada Allah Swt, melupakan syarat rukunnya, banyak melakukan hal yang makruh dalam shalat, terlalu banyak ingatan kepada selain Allah Swt, dengan ditetapkan waktu shalat wajib tersebut, maka diharapkan kepada umat manusia untuk dapat menjaga tata tertib shalat tersebut.

Kebanyakan manusia banyak yang melaksanakan ibadah shalat sekedarnya saja tanpa memperhatikan ketepatan syarat-syarat dan rukun-rukun shalat tersebut yang sebagai akibat dari kemalasan untuk belajar bagaimana tata cara shalat yang benar sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw terdahulu, hendaknya umat manusia memperhatikan dengan seksama bagaimana Rasulullah Saw mendirikan shalat dengan belajar pada hadist-hadist dan sunnah-sunnah yang diriwayatkan para sahabat serta para perawi hadist terkemuka dan terpercaya sanadnya, sadarlah,,,,bahwasanya ibadah shalatlah yang pertama akan dihisab Allah Swt kelak dihari hisab.

Pelajarilah dan laksanakanlah ibadah shalat sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah Saw, agar kesempurnaan syarat dan rukunya dapat terpelihara dalam melaksanakan ibadah shalat tersebut, mulailah dengan memahami thaharah sebagai dasar kunci pelaksanaan ibadah shalat dan ibadah amalan lainnya.

“Iqamatusshalah”, ini maksudnya adalah tidak sempurnanya penegakan shalat, contohnya adalah tidak menjaga batasan aurat, tidak mengikuti rukunnya atau tidak tertib, sunah didahulukan dari wajib, atau wajib ditinggalkan sedangkan sunah dilakukan, hilangnya kunci utama khusyu’ shalat, dan kunci utama khusyu’ shalat adalah menjaga segala bentuk syarat dan rukunnya, fasih lafadz disertai maknanya dan menjaga ingatan tetap kepada jalur shalat apa yang dilaksanakan, dan ingatlah selalu, bahwasanya kesanggupan untuk melaksanakan shalat adalah karena karunia Allah Swt semata kepada hamba-hamba-Nya.

Shalat itu sebagai penyucian hati dari kotoran dosa dan pembuka hidayah Allah Swt, shalat adalah bentuk pengabdian hamba kepada tuhannya, shalat adalah merupakan kewajiban bagi muslim, waktu dan tata caranya sudah ditetapkan oleh Rasulullah Saw dan manusia tinggal mempelajari, mengikuti dan melaksanakannya, shalat adalah merupakan tiang agama, oleh karena itu barang siapa yang melaksanakan shalat berarti dia telah mempertahankan akan berdirinya tiang agamanya sendiri dan untuk dirinya sendiri terlebih dahulu secara minimall, jika dia meninggalkannya berarti merobohkan sendiri tiangnya dan akan tertimpa oleh atap-atap dosa yang senantiasa menerpa kehidupan manusia, pertahankan tiangnya agar atap dosa tidak menimpa dan menenggelamkan kepada neraka jahannam.

Orang yang senantiasa melaksanakan shalat dan menjaga rutinitasnya mempunyai hati yang bersih dan jauh dari kemaksiatan karena tercegah daripada pahala shalat tersebut yang langsung dirasakan didunia ini, ia akan terhindar dari perbuatan yang berdosa atau yang menghela kepada dosa karena selalu mendapatkan perlindungan dari Allah Swt, dengan tingkah laku yang terpelihara hatinya dari segala kotoran atau debu dosa akan membuat hatinya laksana cermin yang mampu menangkap cahaya keimanan illahiyah yang dikaruniakan-Nya kepada hamba-Nya.

Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sepanjang dilaksanakan secara rutin tanpa berbelang-belang, kalau ada orang yang selalu shalat tapi tetap dalam keadaan melakukan maksiat kepada Allah Swt, maka berarti dia dalam melaksanakan ketaatan tersebut terkesan kurang tepat karena dikerjakan asal-asalan dan karena ingin dipandang manusia saja bahwasanya ia orang yang taat, sebab lain karena dalam pelaksanaan ibadahnya dia tidak menjaga kesempurnaan ibadah itu sendiri, contohnya syarat-syarat dan rukun-rukun ibadah (shalat) tersebut samar dan tidak diketahuinya secara benar, makanya shalatnya tidak berpengaruh dalam kalbunya, karena setiap ibadah yang tepat menurut akaran Al-Qur’an dan seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw tetap membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat, beda dengan ibadah yang mengandung bid’ah atau mengada-ngada secara asal-asalan saja, yang penting shalat, tepat atau tidak itu urusan Allah Swt, maka hal ini adalah terlarang dan tiada hikmahnya sama sekali dan malah berdosa dan tiada manfaat baginya, makanya orang jenis ini tidak akan berpengaruh padanya atas ibadah tersebut, karena tiada diijabah oleh Allah Swt, dia tiada mau belajar untuk lebih meningkatkan pengetahuannya dalam beribadah, maka hal ini termasuk berdosa juga dan bila dia melaksanakan ibadah sesuka hatinya maka sama saja dia dengan menipu diri sendiri, orang lain dan Allah Swt.

Jadi, jika seseorang telah sesuai cara pelaksanaan shalatnya secara benar dan ia jiwai sepenuhnya dalam pelaksanaannya, maka dia tidak akan mau dengan sendirinya untuk berbuat dosa dan maksiat seperti hal-hal yang dilarang Allah Swt, shalat adalah merupakan hubungan vertikal langsung kepada Allah Swt, jadi segala gerak-gerik kita dalam melaksanakan shalat adalah akan selalu diawasi Allah Swt dan diperhatikannya, walaupun kita tidak tahu namun Allah Swt maha tahu yang kita lakukan.

Shalat yang wajib dilakukan adalah lima kali dalam sehari semalam adalah merupakan wujud dari segala bentuk syukur, tunduk, tawaddu’ dan lain-lain kepada Allah Swt, lakukan dengan senang hati tanpa rasa terpaksa atau terpengaruh atas sesuatu hal, tapi laksanakan secara rutin dan tetapkan jadwalnya dalam hati jangan berubah-rubah lagi, minimal laksanakan saja yang wajib saja sebagai permulaan, nanti lama-kelamaan akan menimbulkan kecintaan terhadap ibadah itu sendiri dan secara otomatis hamba tersebut akan terpacu untuk berbuat lebih kepada tuhannya, jika hal yang wajib ini saja telah mampu melakukannya secara istiqamah (rutin) maka dalam kehidupan didunia ini akan diberi Allah Swt ketenangan, dicukupi-Nya, damai dan tenteram dalam mengendalikan nafsu untuk tidak melakukan dosa dan maksiat….

Posting Komentar untuk "RAGAM KETAATAN DAN SHALAT"